Anelis Siera Atmaja, wanita cantik berumur 23 tahun yang setiap harinya harus membanting tulang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan sepasang anak kembarnya, Arsha Abelano Aillard dan Arshi Ariella Agatha.
Anelis selalu menikmati setiap momen berharga dengan kedua buah hatinya. Baginya, Arsha dan Arshi adalah kebahagian terbesar dalam hidupnya, anugrah yang dikirimkan Tuhan di tengah rasa putus asanya.
Namun di hari itu, penederitaan seolah kembali menyergapnya, saat kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan, kini menghampirinya dengan tiba-tiba.
"Putra anda menderita penyakit Juvenile Myelomonocytic atau kanker darah. Kita memerlukan tindakan transplantasi sumsum tulang belakang segera"
Seketika itu air matanya langsung luruh, apakah Tuhan sekejam ini hingga tega memberikannya cobaan seberat ini.
Haruskah ia mencari keberadaan ayah mereka, laki-laki yang tanpa hati telah menghancurkan kehidupan sederhananya, demi keselamatan buah hatinya.
Salam sayang dari Reinata Ramadani
Ig : Chi Chi Rein
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ashi Eundak Geulis
°°°~Happy Reading~°°°
Udara pagi itu begitu menyejukkan, jajaran perkebunan teh yang membentang luas benar-benar memanjakan mata yang terkadang merasa penat oleh sejuta kesibukan.
Satu minggu sudah Anelis singgah di perkampungan itu, perasaannya sudah mulai membaik, ia mulai nyaman dengan kehidupan barunya, meski hidup di sebuah perkampungan kecil, namun setidaknya ini lebih baik dari pada harus bertahan hidup di kota dengan penuh rasa tertekan.
Anelis memulai rutinitas paginya, membuat sarapan untuk si kembar sembari menyiapkan kue yang akan ia jajakan.
Inilah pekerjaan barunya. Menyetorkan kue-kue yang dibuatnya sendiri ke warung-warung dan toko-toko dekat rumah.
Ingin ia mencari pekerjaan dengan gaji tetap, namun apa daya, dunia kerja di kampung itu begitu terbatas. Mata pencaharian utama di sana adalah sebagai pemetik daun teh. Tidak mungkin ia memilih pekerjaan itu, bukan karena takut kulitnya akan menghitam akibat seharian berada di bawah terik matahari, tapi ia lebih takut jika harus meninggalkan si kembar di rumah seorang diri tanpa pengawasan.
" Mommy, teupetan myh... Ashi udah tape beuldili tellus ini myh... " Terdengar lengkingan yang berasal dari mulut cerewet Arshi, gadis kecil itu tengah berdiri di depan rumahnya dengan satu kotak kecil berisi kue di tangannya.
Anelis yang masih berkutat dengan kue-kue nya itu segera mempercepat gerakan tangannya, jangan sampai tetangga-tetangga barunya itu merasa terganggu dengan suara Arshi yang kian melengking jika terus ia hiraukan.
Tak berselang lama, akhirnya Anelis keluar juga dari rumahnya, di buntuti Arsha yang juga ikut membawa kue-kue itu di kedua sisi tangannya.
Ya, mereka akan menyetor kue-kue itu ke warung dan juga toko-toko dekat rumah. Lalu, bagaimana dengan pendidikan kedua bocah kecil itu?
Mereka terpaksa putus sekolah, di kampung itu masih belum tersedia preschool atau tempat untuk anak-anak kecil mengenyam dunia pendidikan. Disana, hanya tersedia taman kanak-kanak, itu pun mereka tak bisa mendaftarkan diri karena terkendala soal umur. Ya, usia mereka masih terlalu dini. Jadi harus menunggu beberapa bulan lagi agar Anelis bisa mendaftarkan kedua anaknya itu di taman kanak-kanak.
Setelah berjalan kaki kurang lebih 10 menitan, akhirnya mereka tiba juga di salah satu warung, ketiganya langsung di sambut hangat oleh ibu-ibu yang kebetulan tengah berbelanja di sana.
" Waahhh... Neng geulis nya sudah datang, neng geulis apa kabar? " Sahut salah satu ibu-ibu yang langsung menjembel pipi chubby Arshi.
" Eundak geulis, nama aku Ashi, neng Ashi, eundak neng geulis tante... " Sahut Arshi tak terima, sebelumnya Anelis sudah mengajarinya bahasa daerah itu, eneng atau neng merupakan sebutan untuk anak perempuan, namun sepertinya gadis kecil itu belum memahami betul apa arti kata geulis yang di tujukan kepada nya.
Mendapati celotehan Arshi membuat ibu-ibu itu seketika terbahak, sosok Arshi benar-benar menggemaskan dan kini telah menjadi hiburan tersendiri bagi mereka.
" Iya iya, neng Arshi, ngapunten atuh. Neng Arshi emang nggak geulis? "
Arshi menggeleng cepat.
" Eundak, Ashi eundak geulis... " Sahutnya dengan wajah polos, membuat ibu-ibu itu kembali terbahak.
" Gimana neng Ane, betah hidup disini? " Timpal yang lain, mulai membuka percakapan untuk mengakrabkan diri.
" Alhamdulillah betah bu, terimakasih sudah menerima kami. Kalau bukan karena ibu-ibu, belum tentu kami akan betah hidup disini... " Sahut Anelis ramah dengan senyum yang senantiasa terbit dari bibirnya.
" Kalau boleh tahu, bapaknya anak-anak tidak ikut ke sini neng? Perasaan, saya kok tidak pernah lihat "
Pembicaraan itu mulai melebar, membuat senyum Anelis pelan-pelan memudar, ia terdiam sejenak, menundukkan wajahnya saat merasa kain baju bawahnya seperti di tarik-tarik oleh sesuatu, ternyata Arshi pelakunya. Arshi dengan wajah yang mulai mendung kini menatap Anelis dalam-dalam, ia butuh penjelasan.
Di belainya rambut pirang Arshi yang tergerai, mengisyaratkan untuk tetap tenang, dan untungnya Arshi mengerti, beruntung gadis kecil itu tak sampai menangis atau bahkan merengek meminta pulang seketika itu.
" Emmm... Bapaknya anak-anak tengah merantau bu, kalau sudah selesai kerjanya, nanti akan menyusul kami kesini... " Terpaksa Anelis berbohong, ia tak mungkin mengatakan anak-anaknya itu tak memiliki seorang ayah di depan putra-putrinya sendiri, ia harus memikirkan perasaan mereka juga.
" Emmm... Kalau begitu saya pamit dulu, ini putri saya udah pengen minum susu, tadi saya lupa membawanya... " Pamitnya dari pada harus bertahan disana, ia tak mau lagi terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan semakin menyulitkan nya.
Sesampainya di rumah, Anelis langsung mendudukkan putrinya itu di kursi depan rumah, sedari perjalanan nya ke rumah, putri kecilnya itu sudah terisak, bahkan sesekali terlihat menyeka air matanya diam-diam.
" Sayang... " Bujuk Anelis agar gadis kecil itu berhenti dari isaknya. Namun bukannya berhenti, gadis kecil itu malah kian terisak.
" Mommy... " Lirihnya, kemudian merengkuh tubuh mommy nya erat-erat.
" Sshtt... Anak mommy ngga boleh nangis dong, kan kemarin sudah janji sama mommy nggak boleh cengeng.. "
Arshi menggelengkan kepalanya kuat.
" Eundak, Ashi eundak nanit kok, Ashi keulilipan, atit cekali myh, huhuhu... " Sahut Arshi, tangisnya kian kencang, meski berusaha menyembunyikan isaknya, namun tangis gadis polos itu malah semakin ketara.
" Iya iya... Sini mommy tiupin matanya, biar nggak sakit lagi... "
Di tiupnya mata Arshi bergantian. Ada rasa sesak disana, melihat putri kecilnya itu berusaha menyembunyikan perasaannya, malah semakin membuat Anelis semakin sesak, ia telah gagal menjadi mommy yang baik untuk kedua buah hatinya, sampai-sampai membuat anak-anaknya itu harus menahan semua perasaan dan rasa sakitnya.
" Sudah? "
Arshi menganggukkan kepalanya, sembari mengusap lelehan air mata yang mengendap di pelupuk matanya.
Matanya mulai mengerjap, ia mendongakkan wajahnya, kepala mommy nya itu benar-benar menghalangi pandangannya, sangat mengganggu.
" Om Laka... " Teriak Arshi, sontak membuat Anelis dan Arsha seketika menoleh serentak, menatap pada sosok yang baru saja tiba di halaman rumahnya dengan dahi berkerut.
Tak memperdulikan mommy nya yang masih bersimpuh di depannya, Arshi segera bangkit dari duduknya, lalu mendekati laki-laki berparas rupawan itu yang baru saja turun dari motornya.
" Om Laka, Ashi mau gendong... " Sahut Arshi sembari merentangkan tangannya menengadah, meminta laki-laki di depannya agar segera mengangkat tubuh mungilnya.
Laki-laki itu tersenyum manis, berjongkok sedikit, lalu mengangkat gadis mungil di depannya tanpa ragu.
" Gadis kecil om apa kabar? " Sahut laki-laki itu sembari menciumi pipi chubby Arshi dengan gemas.
" Hamdulillah, kabal Ashi baik ceukali om... "
" Beneran? Kok matanya basah, Arshi bohong sama om ya... " Sahut laki-laki itu, tangannya mulai menggelitik di area ketiak Arshi.
" Ihhh... Beneulan om... Hahaha... Ashi geli om... Beulhenti..., Ashi jangan di geulitiki lagi, hahaha... " Arshi menggeliat saat laki-laki yang tengah menggendongnya itu kian menggoyangkan jarinya menggeliti ketiak nya.
" Kode menyerah dulu, baru om akan berhenti... "
" Hahaha... Iya..iya... Ashi jeulek om danteng, udah... Udah om... Ashi geli... Hahaha... "
Merasa menang, laki-laki itu pun menyudahi kejahilannya, lalu menatap Anelis dengan tatapan lembutnya.
" Kamu apa kabar? "
" Alhamdulillah, baik mas Raka... "
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Hayoloooh
Kapal readers semua mau berlabuh kemana nih🤣
Jangan lupa like nya dong
Happy Reading
Saranghaja💕💕💕