Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#22
Nico menatap Aga. "Masih belum ingin memberitahu kak Mahen?" Tanya Nico. "Ini sudah memasuki hari keempat Keyla belum sadarkan diri. Dan aku rasa kak Mahen berhak tahu kondisi Keyla.
Ponsel Keyla kembali berdering. Lama Aga bergulat dengan pikirannya sampai ponsel Keyla berhenti berdering.
Feli menyentuh bahu Aga. "Ga, tidak kah kamu berfikir di antara kita seharusnya kak Mahen lah yang lebih berhak untuk mengetahui keadaan Keyla." Bujuk Feli.
Aga menarik nafasnya berat lalu menghembuskannya perlahan. Ia meraih ponsel Keyla lalu membuka room chat. Aga lebih memilih untuk mengirim pesan dari pada menelefon Mahen. Ia memberitahu Mahen untuk segera datang ke ruangan Dahlia tempat Keyla di rawat. Keyla dan Kezia di rawat di rumah sakit yang sama.
Ponsel Keyla kembali berdering. Aga menghela nafasnya, dengan berat hati ia menjawab panggilan dari Mahen.
"Halo Key / Kak Mahen." Jawab mereka bersama- sama.
"Braga? Kenapa kamu yang menjawab? Di mana adikku?" Tanya Mahen.
"Keyla sedang dirawat di rumah sakit.."
"Apa maksudmu?" Potong Mahen.
"Aku tidak bisa menjelaskannya di sini kak. Aku mohon kak Mahen untuk cepat datang kesini. Keyla membutuhkan kakak." Jawab Aga lalu memutuskan panggilannya.
.
.
Setelah mengakhiri panggilan telefonnya, Mahen bergegas pergi dari ruangan Kezia menuju ke ruangan tempat Kayla di rawat.
"Mau kemana kamu?" Tegur Keenan.
Mahen menghentikan langkahnya. "Mahen ada perlu sebentar pa." Jawab Mahen
"Tapi bagaimana nanti jika Kezia mencarimu?" Kali ini Sofi yang bertanya.
"Bukankah disini masih ada kalian semua?" Jawab Mahen sambil membuka pintu ruang rawat Kezia.
"Berhenti kamu." Titah Keenan tanpa sengaja meninggikan suaranya.
"Adikku sedang membutuhkanku sekarang." Ucap Mahen yang membuat Keenan semakin tersulut emosi.
"Adikmu ada disini." Ucap Keenan tajam.
Mahen mendongakkan kepalanya untuk menahan air matanya yang hampir menetes. "Ternyata benar kata Keyla. Kalian bukan rumah untuknya. Bahkan setelah apa yang adikku lakukan untuk anak kesayangan kalian, kalian tetap tidak akan pernah peduli dengannya." Ucapnya Mahen lalu tetap memilih untuk pergi.
Beruntung Keyla dan Kezia di rawat di rumah sakit yang sama. Derap langkah kaki yang tergesa- gesa mengalihkan atensi Aga dan Nico yang memang sengaja untuk menunggu kedatangan Mahen sedikit jauh dari ruangan Keyla. Mereka bergegas berdiri saat Mahen sudah mendekat.
Mahen yang sedang kalut menarik krah baju Aga. "Apa yang terjadi dengan adikku. Bukankah aku memintamu untuk menjaga dan melindunginya." Ucap Mahen emosi.
Nico meraih pergelangan tangan Mahen. "Kak lepas. Ini di rumah sakit." Ucap Nico. "Kami akan menjelaskannya tapi aku mohon kak Mahen untuk tenang dulu."
Mahen menepis tangan Nico. "Bagaimana aku bisa tenang. Aku bahkan tidak tahu bagaimana kondisi adikku sekarang." Ucap Mahen sambil menyugar rambutnya.
Setelah merasa Mahen sedikit lebih tenang, Aga memberanikan diri untuk meraih tangan Mahen. Ia membawa Mahen ke depan ruangan tempat Keyla di rawat.
"Keyla sakit kak." Ucap Aga. Ia menahan tangan Mahen yang akan masuk ke ruangan rawat Keyla. "Tunggu kak, sebelumnya ada yang ingin aku bicarakan dengan kakak." Pin
"Aku mohon." Ucap Aga saat Mahen ingin menolak.
Aga mengajak Mahen untuk duduk terlebih dahulu. Mahen sedikit luluh saat melihat secara jelas raut wajah Aga yang menunjukkan sedang tidak baik- baik saja. "Apa yang ingin kamu katakan." Tanya Mahen.
"Sudah satu minggu ini Keyla tidak sadarkan diri." Jawab Mahen.
"Apa ini gara- gara operasi kemarin?"
Aga menggelengkan kepalanya. "Bahkan Keyla sudah tidak sadarkan diri sehari sebelum melakukan operasi."
"Tunggu. Apa maksudmu sebelum operasi? Apa terjadi sesuatu dengan adikku? Jika Keyla tidak sadarkan diri lalu siapa yang sudah mendonorkan ginjalnya untuk Kezia?" Tanya Mahen.
Aga menatap Mahen. "Aku akan menjawab pertanyaan kakak satu- persatu. Keyla sakit." Aga menjeda ucapannya.
"Syringomyelia." Lanjut Aga. "Kata dokter penyakit ini menyerang otak dan sum- sum tulang belakang." Mahen terdiam masih mencerna ucapan Aga.
"Sudah berapa lama?"
"Aku sendiri tidak tahu pasti kak. Aku juga baru- baru ini mengetahuinya." Jawab Aga.
"Lalu siapa yang sudah mendonorkan ginjalnya untuk Kezia."
FLASH BACK ON
Aga, Feli dan Nico bergegas menemui Keyla saat mendapatkan kabar dari dokter Ferdi jika ada pendonor ginjal yang cocok dengan ginjal Kezia. Mereka mengetuk pintu kamar kos Keyla dengan senyum yang tak luntur dari bibir mereka bertiga.
Tok.. Tok.. Tok..
"Key buka pintunya. Keyla." Panggil Feli berulang- ulang tapi tak mendapatkan sautan.
"Ya tuhan kenapa aku lupa." Ucap Aga sambil menepuk keningnya. Ia merogoh saku celananya lalu meraih kunci duplikat kamar Keyla yang memang selalu ia bawa kemana- mana.
Setelah berhasil membuka pintu, mereka di buat terkejut melihat kondisi Keyla yang tidak sadarkan diri di lantai kamarnya.
Aga membalikkan tubuh Keyla lalu membawa kepalanya di atas pangkuannya. "Key." Panggil Aga sambil menepuk pipi Keyla.
Aga memutuskan untuk membawa Keyla ke rumah sakit saat merasakan tubuh Keyla dingin dan wajahnya terlihat sangat pucat membuat. Sedangkan Feli berusaha untuk menghubungi dokter Ferdi untuk memberitahukan kondisi Keyla. Beruntung ternyata dokter Ferdi sedang berada di rumah sakit sehingga saat Keyla sampai bisa langsung mendapatkan penanganan.
Cukup lama mereka menunggu Keyla dengan cemas.
"Bagaimana dok?" Tanya mereka bertiga bersamaan.
Raut wajah dokter Ferdi yang tidak bisa di tebah membuat mereka bertiga menahan nafasnya.
"Keyla masih belum sadarkan diri. Penyebabnya dari Kysta yang ada di dalam tubuh Keyla yang semakin membesar sehingga menekan dan merusak sumsum tulang belakang serta saraf yang membawa sinyal dari otak ke tubuh."
Mereka bertiga terdiam.
"Apa itu berarti kemo yang sudah Keyla lakukan tidak berhasil?" Tanya Aga.
"Berhasil atau tidaknya kemo itu tidak bisa di lihat dari satu atau dua kali kemo. tapi juga bergantung pada pasien itu sendiri. Untuk saat ini kita pantau dulu tiga sampai empat hari. Jika dalam kurun waktu itu Keyla masih belum sadarkan diri kami terpaksa melakukan operasi untuk mengurangi tekanan di otak dan tulang belakang." Jelas dokter Ferdi.
"Jadi Saya sarankan untuk memberitahu salah satu wali dari Keyla karena kami memerlukan izinnya untuk melakukan tindakkan tersebut." Tambah dokter Ferdi.
"Apa harus operasi dok? Tidak adakah cara lain?" Tanya Aga penuh harap.
"Jika pasien bisa sadar secepatnya maka kami akan melanjutkan kemoterapinya." Ucap dokter Ferdi.
"Lalu untuk donor ginjal bagaimana dok?" kali ini Nico yang bertanya.
"Untuk masalah itu kalian tidak perlu mengkhawatirkannya. Semua sudah di tangani suster Tasya dan dokter Aldo." Jawab dokter Ferdi. "Kalian fokus saja untuk kesembuhan sahabat kalian." Ucap dokter ferdi lagi sambil menepuk bahu Aga."
FLASH BACK OFF
"Jadi pendonor ginjal untuk Kezia aku tidak tahu itu siapa." Ucap Aga.
Mahen menghela nafasnya lega karena Keyla tidak jadi mendonorkan ginjalnya untuk Kezia. "Kak. Aku sebenarnya sudah berjanji kepada Keyla apapun yang terjadi kepada dirinya aku tidak akan memberitahu kakak." Ucap Aga sedikit ragu.
"Kenapa?" Tanya Mahen lirih. "Apa Keyla sekecewa itu sampai- sampai dia tidak mau aku mengetahui kondisinya." Ucap Mahen lirih.
"Keyla tidak ingin membuat kakak khawatir. Keyla merasa menjadi beban kakak jika kakak mengetahui kondisinya. Jadi untuk sementara bisa tidak kak Mahen berpura- pura tidak mengetahui kondisi Keyla." Ucap Aga.
Mahen menatap Aga. "Aku mohon kak." Mohon Aga.
"Lalu apa aku harus diam saja melihat adikku kesakitan?" Tanya Mahen.
"Kakak bisa memantaunya dari jauh dulu. Aku janji aku akan selalu menemani Keyla dan akan melaporkan perkembangan kesehatannya."
"Kenapa? Sampai kapan aku harus berpura- pura?"
"Ini permintaan Keyla kak." Jawab Aga lirih. "Sampai Keyla sendiri yang memberitahu kakak. Nanti aku akan mencoba untuk membujuknya." Bujuk Aga.