Tidak pernah terbersit di pikiran Mia, bahwa Slamet yang sudah menjadi suaminya selama lima tahun akan menikah lagi. Daripada hidup dimadu, Mia memilih untuk bercerai.
"Lalu bagaimana kehidupan Mia setelah menjadi janda? Apakah akan ada pria lain yang mampu menyembuhkan luka hati Mia? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Power Of Mbak Jamu. Bab 29
Mia membolak balik paket yang diantar kurir ketika sudah berada di kamar. Dia duduk bersila di tempat tidur lalu membuka lakban tebal sedikit demi sedikit.
"Baju ke pesta? Bagus sekali," Gumam Mia membeber kemeja wanita lengan panjang lengkap dengan rok panjang, yakni pakaian pesta kantor.
"Tapi... Siapa yang mengirim?" Mia berpikir sudah pasti Vano orangnya. Sebab tidak mungkin Jaka, karena dia tidak tahu jika Mia akan ke pesta.
"Ah... Pria itu" Mia terus bergumam, tetapi dia tidak peduli. Vano mengirimkan baju ini lantaran ingin Mia memakainya ke pesta hari ini.
Ting.
Mia melihat pesan masuk, rupanya dari panitia konsumsi perayaan ulang tahun perusahaan, mengirim bukti transfer untuk pembayaran kue. Mia mengetik pesan ucapkan terimakasih lalu tersenyum. Transfer 22 juta, 500 ribu telah masuk rekening.
Mia ambil beberapa amplop di lemari, kemudian mengisi uang seikhlasnya untuk beberapa lansia dan anak yatim di sekitar rumahnya. Berbagi rezeki sedikit itu sudah kebiasaan bagi Mia, karena rasa syukur kepada Allah yang memberinya rezeki.
Tink.
Pesan masuk yang kedua kali, Mia segera memeriksa.
"Bajunya sudah tiba belum?" Vano yang mengirim pesan.
"Sudah Mase... kok pakai repot-repot sih. Terimakasih ya..."
"Nanti kenakan baju itu untuk ke pesta" chat Vano lalu dia tutup dengan emote love.
"Apaan ini pakai emote hati segala" Mia risi sendiri, lalu menutup handphone. Mia bangun dari tempat tidur, kemudian bersiap-siap karena jam delapan pagi acara akan dimulai.
Mia berjalan ke rak sepatu memilih alas kaki yang kira-kira pantas untuk dia padukan dengan baju setelan. Setelah menyemir sepatu hak tinggi yang jarang dia pakai, Mia pergi ke salon yang tidak jauh dari rumah. Dalam keadaan kurang tidur seperti ini jika tidak dia atasi sedikit, yang ada matanya akan berkantung. Lagi pula yang akan dia datangi pesta orang-orang kantoran maka penampilannya jangan sampai memalukan keluarga Vano.
Mia mengucap salam kepada pemilik salon yang sedang menyapu, walaupun sebenarnya belum buka tetapi biasanya salon tersebut siap melayani kapan saja.
"Mbak Mia, tumben..." ucap pemilik salon, dia kaget tidak biasanya Mia bertamu apa lagi pagi-pagi begini. Namun, pemilik salon yang menyatu dengan rumah itu mengajak Mia masuk.
"Saya mau minta tolong muka saya didempul Bu" Mia terkikik. Lalu duduk di depan kaca yang sudah disiapkan oleh ibu salon.
"Mbak Mia bisa saja" pemilik salon ikut tertawa lalu mulai membersihkan wajah dan serangkaian perawatan lainnya.
Wajah yang sebenarnya cantik kini semakin cantik dengan riasan natural. Mia memandangi wajahnya di depan kaca pangling sendiri. Walaupun make up yang Mia pakai bukan yang menor.
"Saya permisi Bu... terimakasih" pungkas Mia setelah membayar jasa lalu pamit pulang. Baju baru sudah dia pakai tidak lupa mengenakan sepatu, kemudian berangkat.
"Mia... kamu cantik banget, mau kemana?" Putri di luar rumah kaget melihat perubahan Mia.
"Mau ke Sandranu grup Mbak" Mia menjelaskan bahwa ada undangan dari sana.
"Oh gitu..." Putri manggut-manggut, meninggalkan baju yang dia jemur dalam ember menghampiri Mia.
"Mia... di antara dua pria itu sama-sama menyukai kamu. Apakah kamu sudah menentukan pilihan?" Putri tahu bahwa Vano menyukai Mia. Jika boleh berharap Putri akan memilih Jaka, tetapi jika hati Mia sudah menentukan pilihan kepada Vano, Putri hanya bisa berdoa semoga tetangga yang sudah seperti saudara itu mendapat kebahagiaan. Karena masalah jodoh sudah ada yang mengatur.
"Mbak Putri ada-ada saja" jawab Mia pendek lalu melanjutkan perjalanan. Baginya untuk saat ini dia belum berpikir ke arah jodoh. Di pinggir jalan Mia berhenti menunggu taksi yang sudah dia pesan.
"Mia... kamu mau kemana?" Pria yang tengah bersepeda pun berhenti. Memandangi Mia yang tampil smakin cantik saja, debar dadanya sangat kencang.
"Mau ke Sandranu grup Jak"
Deg.
Jawaban Mia membuat dada Jaka sesak, ke Sandranu grup jelas akan bertemu Vano. Jaka tidak mau berkata-kata lagi lalu pamit melanjutkan perjalanan.
"Kenapa tuh Jaka" Mia memandangi sepeda Jaka yang sudah bergerak menjauh. Jasa taksi yang sudah dia pesan pun tiba, Mia lalu berangkat.
*************
Di tempat yang berbeda, seorang wanita tengah mengacak-acak mencari pakaian yang akan dia kenakan ke pesta yang sama, tetapi tidak ada yang cocok, karena menurutnya semua pakaian sudah kuno.
"Ranti... kenapa pakaian kamu berantakan begini?" Slamet yang baru selesai mandi kaget melihat kamarnya berantakan. Padahal Slamet sudah sejak pagi beres-beres.
"Mas Slamet sih, nggak pernah membelikan aku baju" Ranti kesal, selama menjadi istri Slamet tidak pernah sekalipun dibelikan baju.
"Sudahlah, pakai yang ada saja" Slamet pusing tiap kali Ranti minta ini itu. Dia buka lemari pakaian ambil kemeja. Seketika Slamet ingat kemeja tersebut dulu Mia yang membelikan.
"Yang ada bagaimana? Jelek semua begini," Rutuk Ranti membanting baju ke kasur.
"Kamu jangan merengek terus Ranti, sekarang sudah siang. Mau ikut ke pesta tidak?" Slamet kesal. Lemari dan tempat tidur ini saja terpaksa kredit karena desakan Ranti. Entah bagaimana membayar cicilan setiap bulan mulai tanggal 5 besok, tetapi Ranti bukan berpikir, justru setiap hari selalu menyalahkan dirinya.
"Huh! Baju ini lagi! Ini lagi!" Sewot Ranti tak urung mengenakan baju yang ada.
"Kalau disana nanti, jaga sikap kamu Ranti, jangan membuat malu," Tegas Slamet, karena kemungkinan besar di pesta nanti akan bertemu Mia. Jika tidak diajari, Ranti akan bersikap seperti ketika di pasar kemarin.
"Au, ah" Ranti kesal, tetapi dia memikirkan sesuatu.
"Mudah-mudahan saja, janda mantan kamu itu nggak datang," Mia jengel, heran sekali kemana-mana mengapa selalu bertemu dia.
"Sudah jelas datang, makanya jaga sikap kamu Ranti" Slamet mengulangi. Lalu mereka pun berangkat dengan motor. Dalam perjalanan pun pertengkaran terus berlanjut.
Begitulah rumah tangga Slamet, sudah tidak bisa dikatakan sebagai suami istri. Setiap hari bertengkar, Slamet tidak bisa menuruti kemauan Ranti yang selalu menuntut. Kadang kesabaran Slamet habis akan mengucap kata kasar, tetapi yang ada Ranti mengadu kepada Maya yang belum tahu sifat Ranti. Tidak jarang Maya orang tua Slamet sendiri datang ikut campur.
Saat ini dunia Slamet terbalik. Dulu ketika Maya memarahi Mia, maka Slamet akan membela Mia. Tetapi saat ini, setiap kali Slamet bertengkar dengan Ranti, ibu kandung Slamet sendiri yang akan maju membela menantu pilihannya.
Di depan perusahaan mereka pura-pura romantis berjalan bergandengan tangan. Padahal tujuan Ranti ingin pamer kemesraan jika tidak sengaja bertemu Mia.
Mereka hendak masuk lift yang akan menuju auditorium lantai tiga, terpaksa antri berdesakan. Karena para tamu undangan bukan hanya para karyawan tetapi boleh membawa suami istri maupun anak-anak. Terpaksa tangan Ranti melepas tangan Slamet hingga Slamet tertinggi di belakang.
Lift terbuka, kaki Ranti hendak masuk. Namun, dia menarik kakinya lantaran pandanganya tertuju ke arah kaki wanita beralas sepatu hitam. Cocok dengan kulitnya yang putih masuk lebih dulu. Ranti mendongak menatap badan wanita yang mengenakan baju mewah itu dari belakang membuat dirinya inscure.
"Andai saja, baju aku sebagus itu," batin Ranti lalu berdiri di sebelah wanita yang wangi parfumnya khas wanita. Lagi-lagi membuat Ranti iri. Ranti pun mendongak memandangi siapa wanita yang sudah membuatnya penasaran tepat di sebelahnya.
"Kamu?" Ranti terperangah.
...Bersambung...
peran Slamet sebagai suami apa?
kalau pengangguran gampang banget poligami