“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Perbuatan Tak Sengaja
Tiara berdiri tepat di belakang dinding rumah mewah itu. Tangan Hardy tak lepas memegang kedua lengan Tiara. Hardy terpaksa melakukan hal ini, karena ia harus memberikan penjelasan pada Tiara.
Hardy sudah tertangkap basah, ia tak bisa lari lagi, seperti di pelaminan kala itu. Berat baginya untuk menatap wajah Tiara. Sulit baginya untuk berkata pada Tiara. Tapi apa boleh buat? Tiara sudah melihat dirinya saat ini.
Apapun pembelaannya, Tiara tak akan pernah bisa memaafkannya. Bahkan, beribu-ribu alasan pun, pasti tak akan bisa membalikan keadaan. Hardy tetaplah salah, Hardy tetaplah jahat di mata Tiara.
Hati Tiara sakit bukan main. Perasaannya campur aduk saat ini. Rasanya, lidah Tiara kelu tak bisa berkata-kata. Hatinya terlanjur sakit, mendapati kenyataan, jika Hardy masih hidup.
Tiara selalu berharap, tak mengapa Hardy meninggalkannya malam itu, tapi lebih baik dia mati, dan Tiara hanya bisa melihat jasadnya saja. Agar rasa sakit itu habis sampai di situ. Bukan seperti ini, yang ada, sakitnya malah berlarut-larut tanpa henti.
Air mata Tiara jatuh tak tertahankan. Ia tak kuasa untuk berbicara, hanya air mata lah yang bisa mewakili betapa kekecewaannya sangatlah besar pada Hardy.
“Ti, apa kabar? Aku rindu, aku sungguh rindu padamu. Maaf, maafkan aku, Ti …” Hardy menunduk lesu.
Tiara tak bergeming. Tiara seperti mati rasa, ia tak bisa mengeluarkan amarahnya. Tiara tak bisa melampiaskan kekecewaannya pada pria yang selama ini ia tunggu.
Rasa sakit Tiara tak akan mampu terbayarkan oleh apapun. Semua ini berawal karena Hardy meninggalkannya. Tiara kehilangan semua, karena Hardy.
Jika saja Hardy tak meninggalkannya malam itu, mungkin Tiara akan sangat bahagia. Jika saja Hardy tetap ada disisinya, mungkin kedua orang tuanya tak akan meninggalkannya. Jika saja Hardy menepati janji sucinya, mungkin adik Tiara tak akan menderita seperti ini.
Semuanya berawal dari seorang pria kejam yang bernama Hardy. Keluarga Tiara digunjing habis-habisan oleh tetangga mereka. Ayah Tiara harus menjual rumah karena membayar utang-utang sisa pernikahan mereka.
Ayah dan ibunya kecelakaan saking stresnya mereka menghadapi kenyataan pahit ini. Tiara merasa hancur. Raga Tiara memang masih hidup, namun hatinya tak usah ditanya lagi. Tiara sudah mati rasa terhadap semuanya.
“Aku tahu, aku tak pantas menampakkan diri lagi dihadapanmu. Maaf, aku tak tahu jika tadi itu kamu. Kalau saja aku tahu, tak mungkin aku berada di dekatmu. Aku pasti menghindar, karena aku tahu, kamu pasti sangat membenciku. Kamu pasti tak menginginkan kehadiranku. Maaf, aku bingung harus bagaimana lagi. Tapi kumohon, izinkan aku menghapus semua luka itu. Sungguh, aku tak sengaja melakukannya. Aku tak bermaksud untuk—” ucapan Hardy terpotong.
“Cukup, sudah tak perlu kamu bahas apapun lagi. Aku tak ingin melihat ke belakang lagi. Terserah, apapun itu, aku sudah tak peduli. Kumohon, lepaskan aku, biarkan aku pergi. Aku tak mengenalmu lagi, aku tak tahu atas dasar apa kamu seperti ini. Sudah, lepaaaaaas,” Tiara mencoba melepaskan cengkeraman tangan Hardy di lengannya.
“Sekarang sudah terlanjur, aku tak bisa melepaskanmu begitu saja. Aku sudah memberanikan diri untuk melihat wajahmu. Kumohon, kamu harus dengarkan penjelasanku, aku tak ingin kita seperti ini, aku ingin kamu memaafkan aku, Ti,” Hardy tiba-tiba meneteskan air matanya.
Sebenarnya, bukan hanya Tiara yang sakit di sini. Jika saja Tiara tahu, apa yang sebenarnya terjadi, mungkin Tiara tak akan semarah ini pada Hardy. Tapi, apa yang bisa Hardy lakukan sekarang? Mau dijelaskan sedemikian rupa pun, semuanya sudah terlambat.
Nasi sudah menjadi bubur, tak akan bisa diolah menjadi nasi lagi. Semua sudah hancur, menurut versi pemikiran masing-masing. Jika saja diberikan kesempatan, Hardy pasti ingin menjelaskan semua yang terjadi. Tetapi, apakah Tiara mau mendengarkannya?
“Tiara, apa kabarmu? Masihkah kamu mau mendengarku bicara? Masihkah kamu mau mendengarkan penjelasanku? Kumohon, Ti, aku mohon …,” Hardy kini memegang tangan Tiara, berharap jika Tiara akan luluh padanya.
“Tak perlu, sudah cukup. Sudah terlambat bagimu untuk menjelaskan apapun. Aku sudah merelakan semuanya, toh, hidup harus terus berjalan ‘kan? Jika aku terus bergelut dengan masa lalu kita, rugi sekali diriku ini!”
Hardy menghela nafas, ucapan Tiara memang benar adanya. Apalagi, kini, yang Hardy tahu, Tiara memang sudah menikah lagi. Dan juga, Tiara mendapatkan pria yang lebih segalanya dari dirinya.
Ah, iya. Benar juga. Tiara sudah tak merasakan sakit karena aku meninggalkannya. Dia sudah bahagia bersama CEO Antariksa. Aku lupa, aku harus pura-pura tak tahu, jika dia sudah menikah. Batin Hardy.
“Baiklah, semoga suatu saat nanti, kebenaran akan membuka jalannya sendiri. Aku yakin, suatu hari nanti, kamu pasti tau apa alasanku meninggalkanmu, tanpa harus aku menjelaskannya.”
“Aku sudah tak tertarik untuk mengetahuinya, mohon maaf,”
“Baiklah, aku sangat memaklumi sifatmu ini. Tapi, Tiara, izinkan aku meminta satu hal padamu, sebelum aku benar-benar menghilang dari kehidupanmu. Kumohon, kumohon kamu mau mengabulkan satu permintaan ini …” Hardy sedikit memaksa.
“Permintaan? Permintaan apa maksudmu?” Tiara mengerutkan dahinya.
Tanpa aba-aba, Hardy semakin mendekatkan tubuhnya pada Tiara. Sudah terasa hembusan nafas mereka saling beradu. Perasaan aneh berkecamuk, entah kenapa, Tiara malah tak bisa menolak perlakuan Hardy saat ini padanya.
Akhirnya, Hardy mendekatkan bibirnya pada bibir manis Tiara. Hardy berusaha mendekatkannya. Ya, Hardy mulai mengecup bibir Tiara. Kecupan itu sangatlah lembut, sangat-sangat penuh perasaan yang mendalam.
Bibir mereka saling beradu. Tiara tak bisa melepaskan sentuhan itu, saking kuatnya Hardy memegang tubuhnya. Getaran aneh mulai terasa, menjalar ke seluruh tubuh Tiara. Ini apa? Apa maksud Hardy? Kenapa Tiara sulit sekali untuk berontak?
Tiara merasa dirinya sangat murahan. Mau-maunya menerima ciuman dari pria yang telah menghancurkan hidupnya. Tapi, mau bagaimana lagi? Hati dan perasaan tak bisa berbohong. Sesakit apapun Tiara, Hardy adalah orang pertama yang pernah Tiara cintai.
Sudah beberapa detik, bibir itu saling berpagutan. Tiara hanya bisa memejamkan mata, melihat kenakalan yang Hardy lakukan. Mereka …, mereka tak menyadari, jika ada sepasang mata, yang tengah melihat mereka dari kejauhan.
“TIARAAAAAAA! HENTIKAN!” Tiba-tiba saja Alvin sudah berada di belakang mereka, memergoki Tiara dan Hardy yang tengah bercumbu mesra.
Tiara refleks mendorong Hardy, “astaga, t-tu, Mas Alvin!”
Hardy berbalik, ia pun juga kaget, tak menyangka jika suami Tiara akan memergoki mereka.
Alvin berjalan mendekat dengan penuh emosi. Langkahnya semakin tak beraturan. Semakin dekat, semakin Alvin ingin melakukan sesuatu terhadap mereka berdua.
Alvin mendekati Hardy, dengan cepat Alvin menarik kerah dasi Hardy, dan satu pukulan pun mendarat di pipi hardy. Ya, Alvin memukul Hardy dengan sekuat tenaganya. Alvin marah, Alvin muak melihat perbuatan hina yang dilakukan oleh Tiara dan Hardy.
“Mas Alvin! Hentikan! Ayo pergi, ayo!” Tiara menarik paksa tangan Alvin, untuk segera menjauh dari Hardy. Sekuat tenaga Tiara menarik Alvin, hingga akhirnya, ia mau menuruti Tiara, dan meninggalkan Hardy seorang diri.