Velicia dianggap berselingkuh dari Jericho setelah seseorang memfitnahnya. Jericho yang sangat membenci Andrew—pria yang diyakini berselingkuh dengan istrinya, memutuskan untuk menceraikan Velicia—di mana perempuan itu tengah mengandung bayi yang telah mereka nanti-nati selama tiga tahun pernikahan mereka, tanpa Jericho ketahui. Lantas, bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilylovesss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran
****
Ada rasa senang yang dirasakan Velicia ketika Jericho datang untuk menjemputnya. Akan tetapi, saat pria itu mengatakan akan pergi dan menjauh darinya setelah ia menolongnya, Velicia merasa sangat sedih.
Saat perjalanan menuju kamar inap yang ditempati Nathalie, mereka berjalan bersampingan. Hal yang menyedihkan untuk Velicia adalah ketika tangan mereka berdekatan, tetapi Jericho tidak menggenggamnya seperti dulu lagi.
"Ayah ...." Panggil Jericho.
Mereka bertemu di lorong sebelum sampai di kamar inap. Senyum dari Jaks untuk Jericho dan Velicia menjelaskan jika Nathalie sudah jauh lebih baik sekarang. Melihat Velicia di samping putranya, Jaks segera menyapa dengan bahagia.
"Istriku ingin bertemu denganmu, Velicia. Kami sudah meminta Jericho untuk datang ke rumah denganmu, tapi dia terlalu banyak alasan."
Jericho berdeham kecil, kemudian pria itu kembali melangkah mendahului ayahnya dan segera meraih salah satu tangan Velicia.
"Aku dan Velicia akan segera menemui ibu sekarang, Ayah," ujar Jericho.
Velicia hanya diam mengikuti perintah Jericho. Sampai di dalam ruangan, Jericho dengan segera melepaskan tangan Velicia. Pria itu segera mendekat ke arah Nathalie dan menyapanya dengan senyum yang sumringah.
****
Bibi Anne berjalan perlahan ke dalam kamar Seina. Sejak hari itu, Seina tidak banyak bicara kepada wanita setengah baya tersebut. Wajar jika Seina membencinya, sebab bibi Anne merasa ia telah membuat Seina membayangkan sesuatu yang yang berakhir dengan tidak akan perempuan itu sentuh sekalipun.
"Seina, Ibu membawakan cemilan kesukaanmu. Kau sedang apa? Kau baik-baik saja, kan?" tanya bibi Anne kepada putrinya yang tengah berbaring di atas ranjang sembari memainkan ponsel.
Kebetulan, pintu kamar perempuan itu sedikit terbuka. Jadi, bibi Anne bisa melihat dengan jelas Seina di dalam kamar tersebut. Perlahan, kakinya masuk. Berjalan mendekat pada putrinya, kemudian duduk di samping ranjang setelah meletakkan cemilan yang ia beli ke atas nakas.
"Jika kau masih marah pada Ibu, sekali lagi Ibu minta maaf Seina. Ibu sama sekali tidak berniat untuk membuatmu kecewa."
Seina meletakkan ponselnya di samping. Perlahan, ia membenarkan posisinya menjadi duduk, dan menyandarkan tubuh ke kepala ranjang dengan kedua tangan yang melipat di atas dada.
"Ibu lupa memberitahumu jika Tuan Jericho memintamu untuk bekerja di rumahnya. Jika kau mau, kau bisa ikut dengan Ibu besok pagi."
"Apa? Bekerja dengan Ibu di rumahnya?"
"Bukankah itu jauh lebih baik, Seina? Pikirkan saja, berapa banyak kesempatan yang akan kau dapatkan jika kau ikut bekerja bersama Ibu di sana?"
Seina terlihat tengah berpikir. Bekerja di rumah Jericho? Itu artinya Seina bisa dengan bebas masuk ke dalam kamar utama tanpa harus merasa takut terkena omelan jika ia ketahuan. Seina juga bisa mendapatkan kesempatan lebih untuk mendekati Jericho secara dekat.
Dalam hitungan detik, bibir Seina tersenyum licik. Perempuan itu menoleh ke arah ibunya, kemudian tak lama kemudian ia menganggukkan kepalanya. Pertanda ia menyetujui perkataan ibunya.
"Jika aku bekerja di sana bisa membuat dia terpesona denganku, akan aku lakukan Ibu. Meskipun aku sedikit kecewa karena tidak mendapatkan posisi terhormat. Tapi, jika prosesku menjadi istrinya dengan menjadi pembantu terlebih dahulu ... ya, akan aku paksakan," ujarnya.
Senyum bibi Anne merekah setelah Seina akhirnya berbicara lagi kepadanya. "Baiklah. Besok, ikut dengan Ibu. Kau hanya perlu mengurus kepentingannya agar perhatian Tuan Jericho bisa teralihkan padamu."
"Tenang saja, Ibu. Aku bisa melakukannya. Pria mana yang tidak tertarik denganku? Aku cantik, bahkan Velicia juga kalah denganku. Tapi mungkin kedua mata Jericho nampaknya buta."
"Tentu. Kau jauh lebih baik dari Velicia, Seina."
****
Pagi-pagi, Velicia berlari masuk ke dalam toilet yang ada di dalam kamar inap. Untung saja Jericho tidak ada di sana dan Nathalie masih terlelap di atas brankar. Perutnya mendadak mual dan ia melupakan obat yang sudah diberikan dokter untuk berjaga-jaga saat mual datang.
Saat ia membuka pintu toilet, Velicia harus dikejutkan dengan kehadiran Jericho yang mendadak sudah berdiri di hadapannya. Membawa setenteng makanan yang sepertinya dia beli untuk sarapan pagi.
"Ini untukmu," katanya sembari menyodorkan makana. Tersebut.
Perlahan, tangan Velicia meraihnya. Salad sayur yang biasa ia makan di tempat yang biasa ia makan. Sayang sekali, ia tidak bisa memakannya untuk sekarang demi kesehatan janinnya, tetapi Velicia tetap menerimanya dengan senyum manisnya sekilas.
"Karena ibuku sedang tidur, aku akan mengantarkanmu pulang. Tidak perlu berpamitan, dia pasti mengerti kenapa kau memilih pergi bersamaku. Ayah juga akan segera datang untuk menjaganya."
Rasanya perasaan Velicia sangat sedih ketika mendengar perkataan Jericho. Waktu berlalu begitu cepat, padahal Velicia sangat menikmati saat-saat bersama Jericho. Meskipun pria itu tidak begitu dekat dengannya dan kentara menjaga jarak, tetapi Velicia senang berada di dalam satu ruangan yang sama.
"Jika kau sibuk, aku bisa pulang sendiri memakai busway."
"Kenapa? Kau takut dia akan cemburu padaku karena telah mengantarkanmu pulang? Aku tidak akan melakukan apa pun. Aku hanya akan mengantarmu pulang ke tempatmu. Anggap saja ini imbalan karena telah menolongku."
Menyesakkan mendengar perkataannya. Velicia ingin kembali menjawab, tetapi tiba-tiba ayah mertuanya masuk ke dalam. Raut wajahnya sedikit terkejut melihat Velicia dan Jericho berdiri di dekat toilet dengan raut wajah serius.
"Kalian sudah akan pergi?" tanya pria setengah baya itu.
"Sudah, Ayah. Aku akan pergi bekerja dan Velicia akan beristirahat di rumah. Semalaman, ia sudah menemani ibu mengobrol."
"Oh, baiklah tidak masalah. Pergilah dan hati-hati di jalan."
"Iya, Ayah."
Mereka kemudian berpamitan pada Jaks dan segera meninggalkan lorong rumah sakit. Saat hendak masuk ke dalam mobil, Velicia memundurkan langkahnya, kemudian menatap kedua bola mata Jericho dengan lekat.
"Tidak perlu mengantarku. Arah tempat tinggalku hanya akan membuatmu terlambat datang ke kantor. Aku tidak masalah pulang memakai busway."
Raut wajah Jericho terlihat sedikit tidak terima dengan keputusan Velicia yang dengan keukeuh ingin pulang sendiri menggunakan busway.
"Kenapa kau mendadak keras kepala? Kau seharusnya bersyukur karena aku masih peduli padamu dan ingin mengantarkanmu pulang, Velicia. Di luar sana, belum tentu kau bisa menemukan pria yang masih memaksakan diri untuk tetap terlihat baik-baik saja disaat istrinya telah berkhianat."
Pertemuan mereka kembali memberi kesan menyakitkan untuk Velicia. Pembahasan yang dibawakan Jericho tidak pernah berubah. Jika pun Velicia ingin menjelaskan jika semuanya adalah fitnah, kemungkinan besar Velicia akan kalah jika kondisi Jericho seperti sekarang.
"Jika kau membenciku, kau tidak perlu menyakiti perasaanku, Jericho."
"Apa? Lalu, bagaimana denganmu? Kau tidak sadar telah menyakiti perasaanku? Apakah yang kau lakukan di belakangku adalah sebuah lelucon di matamu? Iya, begitu?"
Velicia mengepalkan kedua tangannya. Kedua matanya memanas sedang dadanya semakin terasa sesak. Apakah Velicia harus meninggalkan kota tempatnya tinggal agar tidak bisa bertemu lagi dengan Jericho? Haruskah?
****
kau masuk dalam jerat wanita siluman itu 😏🤨
bahkan kau tak memikirkan perasaan orang tua mu yg ingin sekali bertemu Velicia disaat terakhir nya 😡😡
jika bertemu Valencia dalam keadaan yang lebih baik dan begitu bahagia 🙂