Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Zio bersikap selayaknya pria culun, saat ia masuk ke kelas bersama pak Rektor suasana menjadi riuh.
"Tenang ... tenang semuanya." Pak Rektor mencoba menenangkan mereka.
Hanya Arsy yang diam saja dan terlihat cuek. Sedangkan Zio, pandangan tidak lepas dari Arsy.
"Bapak ada dua kabar yang perlu kalian ketahui. Yang pertama, bapak perkenalkan dulu anak baru, baru pindah dari luar negeri. Perkenalkan, namanya Zio," ucap pak Rektor.
Zio menunduk sedikit dan bertingkah selayaknya pria polos pada umumnya. Sementara Arsy mencebikkan bibirnya karena dia tahu siapa Zio sebenarnya?
"Dan kabar yang kedua, sahabat kalian David, entah kenapa tiba-tiba pindah keluar negeri untuk menyambung pelajarannya disana. Dan baru beberapa menit yang lalu bapak menerima kabar tersebut," ucap Rektor lagi.
"Silakan duduk Nak Zio," ucap Rektor mempersilahkan Zio duduk.
Zio pun memilih tempat duduk didekat Arsy. Namun berada dibelakang Arsy. Zio merasa senang bukan main, akhirnya dia bisa dekat dengan Arsy.
Ponsel Zio berbunyi pertanda pesan masuk. Zio menoleh ke kiri dan kanan sebelum membuka pesan tersebut.
'Tuan, bagaimana dengan kuliahnya?'
Zio membaca pesan tersebut lalu mematikan teleponnya agar tidak menggangu. Menurutnya pesan itu tidak penting dan hanya mengganggu saja.
"Hai!" sapa Zio pelan. Namun Arsy tidak menoleh sedikitpun, karena ia lebih fokus pada penjelasan dari dosen.
Merasa dicuekin, Zio pun diam saja. Hingga kelas merekapun selesai. Para mahasiswa dan mahasiswi semuanya keluar.
Yang belum keluar dari kelas hanya Arsy dan Zio. Karena Zio memang ingin keluar bersama Arsy.
"Gak nyangka seorang ketua mafia lulusan luar negeri S2 masih belajar disini," ucap Arsy seolah mengejek.
Zio hendak menjawab, namun Arsy lebih dulu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari kelas.
"Hei tunggu!" Zio pun mengejar Arsy lalu menarik tangannya pelan.
"Bagaimana kamu tahu?" tanya Zio pelan.
"Jadi tebakan ku benar?" tanya Arsy balik.
"Tidak, itu tidak benar. Aku ...." Zio tidak jadi meneruskan ucapannya karena Arsy sudah dipanggil seseorang.
"Ar...!" Naura berlari kecil menghampiri Arsy.
"Kalian ...?" Arsy dan Zio saling pandang. Mereka lupa jika Zio masih memegang tangannya.
"Ini tidak seperti yang kamu lihat," jawab Arsy membela diri.
"Kamu?"
"Ah iya, namaku Zio, mahasiswa baru," jawab Zio kembali berlagak culun.
Kemudian Naura mengajak Arsy ke kantin. Zio mengikuti mereka, namun dicegah oleh Arsy dan Naura.
"Maaf, cowok tidak boleh ikut dengan kami," ucap keduanya serentak.
Zio berhenti ditempatnya. Tadinya dia ingin ikut, namun saat mendengar kalimat itu, iapun mengurungkan niatnya.
Zio terpaksa ke kantin sendiri dan duduk sendiri. Zio memilih tempat duduk paling pojok.
"Ternyata tidak semudah yang aku bayangkan," gumamnya sambil memperhatikan Arsy yang tertawa bersama Naura.
Tidak berapa lama dua orang cowok menghampiri Arsy dan Naura. Zio merasa panas saat melihat kedekatan mereka.
Apalagi Arsy yang tanpa segan-segan merangkul Arsa. Dan semua itu tidak luput dari pandangan Zio.
"Jadi dia sudah punya pacar? Baru pacar, belum istri orang, berarti aku masih punya kesempatan," batin Zio.
Zio tanpa sadar menusuk-nusuk mangkuk bakso yang baru saja diantar oleh pelayan kantin.
"Mas, baksonya tumpah," ucap pelayan yang menunggu bayarannya dari Zio. Karena peraturannya harus bayar setelah makanan diantar.
"Ah iya maaf," ucap Zio. Zio menatap pelayan itu dengan tatapan tajam.
"Bayarannya mas," pinta pelayan kantin.
"Tapi aku belum makan, kok sudah minta bayaran?"
"Maaf, memang peraturannya seperti itu."
Zio pun langsung membayar makanan dan minuman yang ia pesan tanpa meminta kembaliannya. Zio pun segera pergi tanpa memakan bakso yang ia pesan.
Zio tidak masuk ke kelas, melainkan langsung ke parkiran. Ia duduk disana sambil menunggu Arsy pulang.
"Apa aku terlambat, tidak mungkin 'kan aku menggunakan kekerasan. Baru saja jatuh cinta, ternyata sakit rasanya," batin Zio.
Zio menghidupkan ponselnya yang tadi sempat ia matikan karena sang asisten mengganggunya.
Beberapa panggilan tidak terjawab dari Tio dan sang kakek. Zio menghela nafas panjang. Tidak berapa lama, ponselnya pun berdering.
"Ya, ada apa?" tanya Zio langsung ke intinya.
"Tuan, Tuan besar mencari Anda di perusahaan, Tuan besar tadi marah-marah karena Tuan tidak ada, saya harus bagaimana, Tuan?"
"Bilang saja aku lagi berusaha untuk mendapatkan seseorang."
"Tapi Tuan ...."
Tio hendak bicara pun tidak jadi, karena Zio sudah mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
Zio yang masih kesal saat melihat Arsy dekat dengan cowok lain, ditambah lagi sang kakek yang selalu mendesaknya. Hal itu semakin membuat pikirannya kacau.
Sementara didalam kelas ...
Arsy yang melihat kursi Zio kosong pun sesekali menoleh kebelakang. Namun demikian, ia tetap fokus mendengarkan penjelasan dari dosen.
"Kemana anak itu, baru masuk saja sudah berulah," batin Arsy.
Hingga kelas pun berakhir, namun Arsy tidak melihat Zio sama sekali. Seperti biasa, Arsy akan keluar paling belakang dari yang lain.
Arsy langsung ke parkiran, karena ia akan langsung pulang. Namun saat tiba di parkiran, ternyata Zio sedang menunggu nya.
"Sudah selesai?" tanya Zio dengan lembut. Ia harus menepis rasa cemburunya, karena takut Arsy semakin menjauh darinya.
"Kamu tidak masuk kelas? Apa ada masalah?" tanya Arsy.
Zio menggeleng. "Aku cuma bad mood."
Arsy tidak berkata-kata lagi, ia langsung memakai helmnya dan menghidupkan mesin motornya. Lalu segera pergi dari situ.
Zio pun mengejar Arsy dari belakang. Arsy melajukan motornya, Zio juga melajukan motornya. Ia tidak ingin ketinggalan oleh Arsy.
"Ngapain sih dia ngikutin aku?" batin Arsy.
Arsy membelokkan stang motornya saat diperempatan jalan. Zio juga mengikutinya, pokoknya dia akan selalu mengikuti Arsy.
"Merepotkan," gumam Arsy, lalu menghentikan motornya di pinggir jalan.
"Ngapain kamu ikut aku? Kita tidak searah."
"Aku hanya ingin memastikan jika kamu sampai dengan selamat. Aku tidak ingin kamu kenapa-napa."
Arsy mendengus kesal. Lepas dari David, sekarang malah datang lagi satu. Akhirnya Arsy memiliki ide untuk mengelabui Zio.
Arsy kembali menjalankan motornya, tujuannya kini bukan kembali ke mansion. Melainkan ke restoran.
Zio masih terus mengikuti sampai akhirnya mereka tiba di depan restoran. Arsy memarkirkan motornya lalu masuk kedalam restoran.
"Ngapain dia kemari?" gumam Zio. Daripada penasaran, Zio pun ikut masuk kedalam dan duduk di kursi.
Arsy kembali keluar setelah berganti pakaian dengan pakaian seragam pelayan. Lalu ia membawa buku menu dan diserahkan ke Zio.
"Silakan Tuan, mau pesan apa?" tanya Arsy.
"Jadi kamu kerja disini?" tanya Zio tanpa menjawab pertanyaan Arsy.
"Aku harus kerja part time untuk biaya hidup dan kuliahku," jawab Arsy.
"Aku bisa bantu kamu, tapi kamu harus berhenti bekerja sebagai pelayan," pinta Zio.
"Maaf Tuan, Anda mau pesan apa?"
"Yang ini saja," jawab Zio menunjuk salah satu menu yang ada disitu.
"Mohon tunggu sebentar Tuan," ucap Arsy sedikit membungkuk layaknya seorang pelayan.
"Tunggu! Aku ingin bertemu dengan bos mu."
"Maaf Tuan, bos kami sedang tidak ada ditempat."
Arsy pun langsung ke dapur restoran setelah mengatakan itu. Ia tidak mau berlama-lama dihadapan Zio.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maaf ya, jika cerita ini tidak sesuai dengan ekspektasi kalian. Seharusnya cerita mafia berlatar belakang luar negeri seperti negara barat. Dan juga pergaulannya harus pergaulan bebas seperti wanita malam dan sebagainya.
Tempatnya juga harus ada diskotik atau bar dan minuman beralkohol. Tapi ini tidak sesuai dengan temanya. aku ada berpikir untuk tidak melanjutkan cerita ini.
paham...
jd jangan terlalu sombong