Genre: Urban Fantasy dengan elemen Aksi dan Misteri
Garis Besar Cerita:
"Power" adalah sebuah novel web yang mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Arya Pratama yang hidup di Jakarta tahun 2030. Dia menemukan bahwa dirinya memiliki kemampuan supernatural untuk mengendalikan listrik. Namun, kekuatan ini membawanya ke dalam konflik berbahaya antara kelompok-kelompok rahasia yang memperebutkan kendali atas kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Akar Yang Tersembunyi"
Suasana di markas Persaudaraan Elemen terasa berat. Tim Arya, masih dengan luka-luka dari pertarungan sebelumnya, duduk dalam diam di ruang rapat. Guru Bayu berdiri di depan mereka, wajahnya serius.
"Apa yang terjadi hari ini," Guru Bayu memulai, "adalah bukti bahwa situasi jauh lebih kompleks dari yang kita duga."
Arya mengangguk lemah. "Mereka terlalu kuat dan terorganisir untuk menjadi kelompok yang baru terbentuk. Siapa mereka sebenarnya, Guru?"
Guru Bayu menghela napas panjang. "Ini saatnya kalian tahu kebenaran yang selama ini kusembunyikan."
Semua mata tertuju pada Guru Bayu.
"Persaudaraan Elemen bukanlah satu-satunya kelompok pengendali elemen yang ada," lanjutnya. "Ada kelompok lain, yang kami sebut 'Bayangan'. Mereka adalah pecahan dari Persaudaraan Elemen yang memisahkan diri ratusan tahun lalu."
Citra tersentak. "Jadi... mereka adalah saudara kita?"
"Dalam arti tertentu, ya," jawab Guru Bayu. "Tapi filosofi dan tujuan mereka sangat berbeda dari kita. Mereka percaya bahwa kekuatan mereka memberi mereka hak untuk menguasai dunia."
"Dan ledakan di pelabuhan?" tanya Rama.
"Itu adalah usaha mereka untuk 'membangunkan' lebih banyak pengendali elemen," jelas Guru Bayu. "Mereka berencana membangun pasukan."
Arya mengerutkan dahi. "Tapi mengapa baru sekarang? Mengapa mereka menunggu begitu lama?"
Guru Bayu menatap Arya dengan serius. "Karena mereka menunggu munculnya 'Kunci'."
"Kunci?" tanya Dara bingung.
"Ya, Kunci," Guru Bayu mengangguk. "Seseorang dengan kemampuan untuk membuka potensi penuh dari kekuatan elemental. Seseorang sepertimu, Arya."
Ruangan itu hening seketika. Arya merasakan beban di pundaknya semakin berat.
"Jadi... aku adalah alasan di balik semua kekacauan ini?" tanya Arya, suaranya bergetar.
Nyi Roro, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Bukan salahmu, Arya. Ini adalah takdir yang sudah diramalkan sejak lama."
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Bima.
Guru Bayu menatap mereka satu per satu. "Kita harus bersiap untuk perang. Bayangan tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan."
"Dan apa itu?" tanya Citra.
"Arya," jawab Guru Bayu singkat. "Mereka menginginkan Arya dan kekuatannya."
Suasana di ruangan itu semakin tegang. Arya merasa semua mata tertuju padanya.
"Aku tidak akan membiarkan mereka menggunakan kekuatanku untuk kejahatan," kata Arya tegas.
Guru Bayu tersenyum lemah. "Aku tahu. Itulah mengapa kita harus bergerak cepat. Kita harus ke Pulau Seribu secepatnya."
"Pulau Seribu?" tanya Dara. "Apa hubungannya dengan semua ini?"
"Pulau Seribu adalah tempat di mana Persaudaraan Elemen dan Bayangan pertama kali terpisah," jelas Nyi Roro. "Di sana ada artefak kuno yang konon bisa mengendalikan kekuatan elemental."
"Dan kita harus mendapatkannya sebelum Bayangan," tambah Guru Bayu.
Arya berdiri, matanya memancarkan tekad. "Kalau begitu, ayo kita berangkat."
Namun, sebelum mereka bisa membuat rencana lebih lanjut, alarm markas berbunyi keras. Layar besar di ruangan itu menyala, menampilkan gambar langsung dari berbagai titik di Jakarta.
Pemandangan yang mereka lihat membuat mereka terkesiap. Di berbagai lokasi, orang-orang dengan kekuatan elemental muncul, menciptakan kekacauan. Api berkobar, banjir melanda, tanah berguncang, dan angin topan mengamuk.
"Ini lebih buruk dari yang kita duga," gumam Guru Bayu.
Arya menatap timnya. "Kita harus membagi tugas. Sebagian dari kita harus tetap di sini untuk menangani situasi di Jakarta, sementara yang lain pergi ke Pulau Seribu."
Guru Bayu mengangguk setuju. "Arya, kau akan memimpin tim ke Pulau Seribu. Bawa Citra dan Rama bersamamu. Bima dan Dara akan tetap di sini bersamaku untuk menangani situasi di kota."
Arya mengangguk, meski dengan berat hati harus berpisah dengan sebagian timnya. "Baiklah. Kita tidak punya waktu untuk membuang-buang waktu.