Karena kesalah pahaman Satria harus menikahi cewek yang masih duduk di bangku kuliah bahkan masih satu fakultas dengannya.
Lalu apa yang terjadi pada satria selanjutnya?
wajib baca sampai end !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Ingatan Eria melayang pada waktu berkumpul diruang tengah bersama kedua mertua dan juga Satria.
Dimana saat papa bertanya tentang perasaannya pada Satria. Dan Satria yang pergi gitu aja dengan wajah murung.
Eria menggeleng kepala.
"Nggak mungkin kan Sat, malam itu kamu pergi karena marah sama aku. Karena mendengar jawaban aku. Bukannya dari dulu kamu udah tahu kalau aku suka sama kak Mikel"
Entah mengapa didalam hati Eria ada setitik rasa bersalah.
"Satria kamu harus cepet bangun. Aku harus tahu apa yang terjadi sama kamu. Aku harus tanya apa benar kamu malam itu pergi karena marah sama jawaban aku. Satria--"
Eria meneguk ludah, tak bisa melanjutkan ucapannya, tenggorokannya terasa tercekat.
"Maaf kalau jawaban aku membuat kamu sakit hati. Tapi aku nggak bermaksud untuk nyakitin perasaan kamu. Itu memang kenyataannya, aku mau fokus kuliah dulu"
Eria menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Eria menangis, merasa sangat bersalah jika penyebab Satria seperti ini memang karena dirinya.
"Satria maafin aku. Hiks...hiks.."
"Erghhhh"
"Selama aku disini kamu yang selalu ada buat aku Sat. Disaat aku terpuruk karena kak Mikel, kamu yang selalu menghibur aku. Bangun Satria, bangun dong. Huhuhuuu.."
Eria menangis tergugu, mengingat perlakuan Satria diwaktu itu rasanya Eria merasa benar-benar jahat. Apa lagi tadi dikampus, ucapannya terlalu menyepelekan keadaan Satria.
Tanpa Eria ketahui pria yang terbujur diatas brankarrr tersenyum tipis, masih dengan mata terpejam.
"Satri---"
"Nggak usah so' nangis deh, Satria nggak mungkin denger tangisan orang yang nggak tulus"
Celetuk Vega yang baru masuk lagi, diikuti teman-temannya dibelakang, mereka sudah selesai mendengarkan cerita Vega. Dan Vega serta yang lain tentu mendengar tangisan Eria.
Eria mengusap air matanya dan menoleh ke belakang dimana Vega dan teman suami yang lain berada.
"Emang kamu tulus apa? So' tahu!"
Sahut Eria ketus.
Dan kembali memusat pada Satria. Menyentuh jemari Satria yang lebih besar daripada jemarinya.
"Aku jadi yakin deh, sifat kamu yang nyebelin itu sebenarnya marena ketularan sama temen kamu, si Vega R itu!"
Sinis Eria melirik Vega dengan ekor matanya.
"Lo--"
"Udah-udah kita pulang aja!"
Supra membekap mulut Vega dengan telapak tangannya. Supaya Vega dan Eria nggak cek cok mulu.
Vega mengibas tangan Supra.
"Apaan? Orang dia yang ngatai gue"
"Udah-udah, Eria kita pulang dulu ya. Kita titip Satria sama lo karena Om Victor lagi keluar"
Wasa bersuara menatap Eria dan Satria bergantian. Lalu keluar menggiring teman-temannya setelah Eria mengangguk.
Klek.
Mendengar suara pintu tertutup membuat Eria bernafas lega. Ia merasa bisa leluasa mau ngomong apa saja sama Satria.
"Satria, temen kamu si Vega R itu nyebelin banget tauk! Aku dikatai nggak tulus tadi, dikampus juga sempet narik jilbab aku karena aku nggak mau jenguk kamu"
Eria curhat, menumpahkan kekesalannya dihati sama si Vega dari kampus sampai yang tadi.
Tanpa Eria sadari pria yang terbujur diatas brankarrr mengerut kening masih dengan mata terpejam.
"Sebenarnya bukan aku nggak mau jenguk kamu, tapi karena aku memang nggak tahu keadaan kamu kaya apa. Kamu tahu nggak? orang rumah nggak ada yang kasih tahu aku lho, kalo kamu masuk rumah sakit. Pas sarapan pagi aja Papa sama Mama kamu nggak ngomong apa-apa ke aku tentang kamu. Mereka kaya kelihatan nggak suka sama aku, orang tua kamu kelihatan nggak anggap aku ada Sat"
Eria menghela, apa lagi setelah perbincangan diruang tengah itu orang tua Satria kelihatan dingin banget sama dirinya. Nggak hangat seperti sebelumnya.
"Satria ka---"
Cek klek
"Eria, teman Satria kemana? Papa baru belikan jajanan ini, dikantin"
Suara papa Victor membuat Eria urung bicara, Eria menoleh ke belakang, terlihat papa Victor menenteng satu kresek yang entah itu apa isinya.
"Mereka udah pulang Pa. Belum lama tapi"
"Yasudah jajanannya buat kamu saja. Kamu pulang dulu sana biar Papa yang nemenin Satria. Kamu baru pulang ngampus, pasti capek"
Victor mengulurkan kantong kresek pada menantunya.
"Itu buat Papa aja, buat camilan disini sambil jagain Satria"
Eria tidak langsung menerimanya. Merasa tidak enak hati.
Victor menghela, menaruh sekresek jajanan itu diatas nakas dekat brankarrr Satria.
"Papa kenapa nggak bilang sama Eria"
Setelah beberapa menit semuanya terdiam, Eria memberanikan diri untuk bertanya.
"Maksudnya, aku nggak tahu kalo Satria sakit Pa"
Eria menunduk, rasa bersalah dan kesal berbaur menjadi satu. Kesal karena kedua mertuanya tidak memberitahu keadaan Satria yang luka. Merasa bersalah karena kemungkinan filingnya benar. Satria marah karena jawabannya dan pergi dari rumah.
"Papa dan Mama nggak mau bikin kamu repot. Kami ingin kamu fokus dengan kuliahmu. Seperti yang kamu katakan semalam"
Mendengar jawaban Papa mertua, Eria merasa hatinya tersentil.
Entah mengapa ada rasa tidak suka dengan perkataan Papa.
"Pa tapi kan--"
"Papa paham kok, kamu dan Satria memang masih sangat muda untuk menjalani perihal pernikahan. Jadi kamu nggak usah mikir yang aneh-aneh. Kabari Papa saja jika orang tua mu sudah menelfon"
Drrrttt...drrrtttt
Hape Eria yang ada disaku celana jeansnya bergetar. Eria mengambil dan melihat siapa yang menelfon.
Eria mengerut kening, entah itu hanya kebetulan semata atau memang sudah direncanakan oleh Tuhan.
"Sebentar Pa, ada telfon"
Victor mengangguk mempersilahkan Eria.
Eria keluar kamar rawat Satria. Ia duduk dikursi tunggu, menggeser tombol hijau.
"Hallo Pa. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam. Kamu sedang apa Ri?"
Tanya papa ditelfon.
"Aku dirumah sakit. Satria sakit Pa belum sadar dari kemarin"
Eria menunduk lesu, menatap sepatu warna putih miliknya yang masih bersih.
"Innalilahi, suamimu sakit apa Ri? Papa dan Ibu masih diperjalanan pulang, jadi perlu uang banyak buat muter lagi"
Terdengar disana suara papa sangat terkejut. Dan Eria menceritakan yang dirinya tahu. Eria juga mengatakan jika mertuanya ingin bicara penting.
"Pa, ini papa ku telfon"
Seru Eria sudah masuk ruang rawat dan berdiri disisi mertua yang duduk dikursi dekat brankarrr. Menyodorkan hapenya.
Victor menoleh dan menerima hape Eria.
"Selamat siang Pak"
Sapa Victor menempelkan hape ditelinga. Lalu memilih keluar ruangan untuk berbicara yang lebih serius.
Melihat mertuanya keluar, Eria merasa cemas. Menerka-nerka, sekiranya apa yang para orangtua bicarakan.
Eria berjalan mendekati pintu dan mengintip di balik jendela. Terlihat papa Victor tengah berbicara serius di telfon.
Hai hai! Dibawah ini adalah pemenangnya. selamat untuk para pemenang G A.
buat pemenangnya silahkan chat aku ya kasih nomor yang mau diisi.
masing masing pemenang dapat 20ribu pulsa.
terimakasih thor.
Hadehh Eria Eria....dibalikin pulang lu baru rasa
walaupun kamu nggak cinta tapi satria adalah suami kamu.
ada orang yang bilang.
lebih baik di cintai daripada mencintai
si eria kok gitu apa beneran nggak ada rasa sayang buat satria secara kan mereka suami istri.
eria /Angry//Angry/
erianya baru bangun tidur nyenyak.
/Proud//Proud/
jadi pingin tahu reaksi eria pas tahu satria yang keadaannya kaya gitu.