Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Instagram:Coretanluka65
FB:Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Kak, sekarang tanggal 4, waktunya cek kelapangan," ucap Rey, memberikan berkas-berkas kepada Roy.
"Kakak akan usahakankan yang langsung turun kelapangan," jawab Roy.
"Iya kak, soalnya ini proyek besar," ujar Rey.
Saat Roy tersadar dengan ucapan adik kembarnya.
"Rey katakan sekali lagi, hari ini tanggal berapa?" tanya Roy.
"Tanggal 4, kak," jawab Rey.
"Memangnya kenapa, kak?" tanya Rey penasaran.
"Rey, untuk kali ini, kakak mohon, kamu saja yang turun kelapangan, untuk melihat proyek, kakak ada hal penting," ucap Roy.
"Hal penting? Tidak ada dijadwal, kak," ucap Rey.
"Memang, ini diluar kerja, nanti akan kakak ceritakan," jawab Roy.
Roy terburu-buru keluar dari ruangan kerjanya, hari ini tepatnya tanggal 4, Roy ada janji dengan Alisa, kalo Roy akan datang dan mengambil rapot Alisa.
"Semoga tidak telat," ucap Roy, tapi saat ia melihat jam ditangannya, Roy kira masih ada waktu untuk membeli sebuah hadiah untuk Alisa.
Dengan kecepatan tinggi, Roy melajukan mobilnya.
•
•
Sedangkan disisi Alisa, ia sedang cemas menunggu kedatangan seseorang.
"Alisa, kenapa kamu melihat kearah depan terus, nak?" tanya sang ibu, yang bernama. Dinda.
"Aku sedang menunggu seseorang, bu," jawab Alisa.
"Siapa?" tanya Dinda, karena sepengetahuan Dinda, Alisa tidak memiliki teman ataupun saudara.
"Ada bu, ayah sudah janji akan menemui aku, ayah akan mengambil rapot aku," ucap Alisa, sontak saja membuat Dinda bingung.
"Ayah? Maksudmu siapa?" tanya Dinda cemas, karena selama ini, ia selalu mengatakan kepada Alisa, kalo ayahnya sudah tiada.
"Nanti ibu akan tahu sendiri," jawab Alisa.
Perhatian semua..
Sang panitia mengalihkan pembicaraan.
"Kita sampai pada pengumunan juara kelas.." ucap sang panitia.
"Dan selamat kepada Alisa, menjadi juara 1 berutut-turut," ucap sang panitia.
Suara sorak terdengar, karena sudah biasa, sedari kelas 1, Alisa selalu menjadi juara 1 dikelasnya.
Lalu Alisa dengan sang ibunda naik keatas, untuk menerima hadiah, dan sekalian memberikan rapot untuk Alisa.
"Juara 1, tapi tidak memiliki ayah," ucap salah satu siswa yang suka mem-bully Alisa.
Sebagian orang menertawakan Alisa, namun Alisa tetap tenang.
"Aku memiliki ayah, sebentar lagi, ayah akan datang," ucap Alisa.
"Jangan mimpi Alisa, kamu tidak memiliki ayah," ujar sang siswa lainnya.
Namun dengan senyuman manisnya, Alisa tidak menjawab apapun, karena Alisa tahu, orang yang ia tunggu pasti akan datang.
Tap..
Tap..
Tap..
Terdengar suara langkah kaki, seorang laki-laki tampan, dengan kemeja hitam, dan kacamata yang menempel, memiliki hidung mancung, kulit putih, dengan gagah berjalan keatas panggung, dan menemui Alisa.
"Selamat atas juaranya, sayang," ucap Roy, mencium kening Alisa.
Alisa tersenyum manis menatap Roy.
"Maaf om, aku akan menyebut om ayah didepan semua orang, biar mereka tidak menghina aku, karena tidak memiliki ayah," bisik Alisa.
"Om izinkan, tapi nanti jangan lupa traktir om," jawab Roy.
"Ini ayahku, memang beliau jarang pulang, tapi selalu menyempatkan untuk mengabari kami," ucap Alisa, dengan bangganya.
Dinda tidak pernah melihat sang anak sebahagia ini, karena selama ini Dinda selalu mengatakan kalo ayahnya sudah tiada.
"Maafkan ibu, nak, selama ini kamu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah," gumam Dinda.
"Tenang saja, saya orang baik," bisik Roy.
Dinda hanya menatap Roy, bohong kalo Dinda tidak menganggumi ketampanan seorang Roy.
Setelah acaranya beres, Alisa mengajak Roy dengan Dinda untuk pulang.
"Om, ini rumah aku dengan ibu, maaf ya kalo jelek," ucap Alisa.
"Om suka," jawab Roy.
"Ayo om duduk, biar aku buatkan minum," ucap Alisa.
Roy tersenyum.
"Perkenalkan, saya Roy." Roy mengulurkan tangannya.
"Saya Dinda, ibunya Alisa," ucap Dinda tersenyum.
"Kami bertemu saat diRS, katanya neneknya Alisa sedang dirawat, dan kebetulan adik saya juga sedang dirawat waktu itu," ucap Roy.
"Ah iya, Alisa suka cerita dengan saya, terima kasih atas kebaikannya, tuan," ucap Dinda.
"Sekarang ibu kamu sudah sembuh?" tanya Roy.
"Sudah meninggal, dua minggu yang lalu," jawab Dinda.
"Maaf, saya tidak tahu, turut berduka cita," ucap Roy.
"Terima kasih," jawab Dinda tersenyum.
"Ini om minumnya," sahut Alisa.
"Terima kasih, cantik," ucap Roy.
"Sama-sama om," jawab Alisa.
"Alisa mau hadiah apa dari om?" tanya Roy.
"Kan udah om," jawab Alisa.
"Hadiah lain, Alisa bisa katakan dengan om, mau apa," ujar Roy.
"Mau om, jadi ayahnya Alisa, agar ibu tidak cape bekerja lagi," ucap Alisa dengan polosnya.
Pipi Dinda memerah, tidak enak dengan ucapan anaknya.
"Kalo itu, butuh proses, tapi om janji, suatu saat akan menjadi ayah Alisa," ucap Roy.
"Alisa.." ucap Dinda, menatap sang anak.
Roy menggeleng, memberikan kode agar tidak memarahi Alisa.
"Om serius, mau menjadi ayah aku?" tanya Alisa.
"Serius, tapi kamu harus membantu om, supaya dekat dengan ibu kamu," bisik Roy.
"Aku akan membantu om, tenang saja," bisik Alisa.
"Kenapa bisik-bisik," kata Dinda penasaran.
"Rahasia ibu," jawab Alisa.
"Alisa, om ada kerjaan, jadi om terpaksa harus pergi sekarang," ucap Roy.
"Tapi nanti om kesini lagi, kan?" tanya Alisa.
"Om janji akan kesini lagi besok, bagaimana kalo kita jalan-jalan besok?" ucap Roy.
"Yey..." Alisa bersorak bahagia.
"Aku mau om, janji ya om," ucap Alisa.
"Om janji," jawab Roy.
"Saya pergi dulu, besok saya akan menjemput kalian," ucap Roy.
"Memangnya tidak apa-apa?" tanya Dinda.
"Tidak, saya senang," jawab Roy.
"Baiklah, terima kasih," ucap Dinda.
Roy mengangguk, lalu meninggalkan rumah Dinda.
"Dia sangat tampan sekali, jadi mau nikah lagi," gumam Dinda.
"Eh ya'ampun, Dinda jangan gitu." Dinda menepuk pipinya, menyadarkan dirinya dengan ucapan yang barusan ia katakan.
•
Tidak jauh dari Roy, ia juga merasa kagum saat melihat Dinda saat pertama kali melihatnya.
"Mungkin selama ini, tuhan menahan jodohku, karena mungkin. Jodohku satu paket, bonus anaknya," gumam Roy.
Sepanjang perjalanan, Roy tersenyum-senyum saat mengingat kecantikan Dinda, apalagi ia wanita tangguh, menghidupi sang anak sendiri.
Selama hidup Roy, ia tidak pernah tertartik dengan seorang wanita, karena menurut Roy, sangat tidak penting.
Tapi saat bertemu dengan Dinda, Roy merasakan akan ada kehidupan selanjutnya bersama Dinda.
"Aku seperti orang tidak waras saja," ucap Roy menggelengkan kepala dengan tingkahnya sendiri.
Sepanjang perjalanan, Roy tidak bisa melupakan senyuman manis janda anak satu itu.
"Hilang wibawamu, Roy," gerutu Roy, namun Roy tidak bisa menahan perasaan senangnya.
Roy tersenyum, karena mengingat, Alisa sudah dekat dengannya, tinggal deketin ibunya.
"Tidak pernah terpikirkan, aku tertarik dengan seorang janda anak satu," ucap Roy, menertawakan dirinya sendiri.
**
Guys, baiknya gimana ya buat Roy dan Dinda, xixixi..