NovelToon NovelToon
Between Two Alpha’S

Between Two Alpha’S

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Manusia Serigala / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: adelita

Elowen, seorang wanita muda dari keluarga miskin, bekerja sebagai asisten pribadi untuk seorang model internasional terkenal. Hidupnya yang sederhana berubah drastis saat ia menarik perhatian dua pria misterius, Lucian dan Loreon. Keduanya adalah alpha dari dua kawanan serigala yang berkuasa, dan mereka langsung terobsesi dengan Elowen setelah pertama kali melihatnya. Namun, Elowen tidak tahu siapa mereka sebenarnya dan menolak perhatian mereka, merasa cemas dengan intensitasnya. Lucian dan Loreon tidak menerima penolakan begitu saja. Persaingan sengit antara keduanya dimulai, masing-masing bertekad untuk memenangkan hati Elowen. Saat Elowen mencoba menjaga jarak, ia menemukan dirinya terseret ke dalam dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan, dunia yang hanya dikenal oleh mereka yang terlahir dengan takdir tertentu. Di tengah kebingungannya, Elowen bertemu dengan seorang nenek tua yang memperingatkannya, “Kehidupanmu baru saja dimulai, nak. Pergilah dari sini secepatnya, nyawamu dalam bahaya.” Perkataan itu menggema di benaknya saat ia dibawa oleh kedua pria tersebut ke dunia mereka, sebuah alam yang penuh misteri, di mana rahasia tentang jati dirinya perlahan mulai terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Two Alpha's And Mate

Saat Elowen terbangun, matanya terasa berat, seolah baru saja terbangun dari mimpi buruk. Ketika matanya terbuka, rasa kebingungan yang mendalam langsung menyerang. Ia terbangun di atas ranjang yang besar dan mewah, selimut sutra yang melingkupi tubuhnya. Di sekelilingnya, hanya ada kegelapan yang dipenuhi oleh cahaya redup dari lampu minyak yang berkelip, menciptakan bayangan panjang di dinding kamar yang megah.

Dia menoleh ke sekeliling. Dinding-dinding tinggi dengan ukiran halus berwarna emas, perabotan yang mahal—semua yang ada di sini asing dan tidak mengenalinya. Istana ini berbeda dengan tempat-tempat yang pernah ia lihat. Bau kayu dan lilin yang terbakar mengisi udara, atmosfer yang terasa lebih berat dan menindas.

Elowen mencengkram selimut, berusaha duduk. "Apa... Apa yang terjadi? Di mana aku...?" memegang kepalanya yang terasa pusing, mulai panik.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, dan dari bayang-bayang pintu yang terbuka, muncul siluet tinggi dan gelap. Lucian. Keberadaannya begitu nyata, dengan sikap tenang yang hampir tidak tergoyahkan. Dia melangkah masuk, mengenakan jubah hitam dengan aura dingin yang menyelubunginya. Matanya yang tajam langsung menyentuh Elowen, dan tanpa ekspresi, dia hanya berdiri di ambang pintu, menatapnya.

Lucian dengan suara datar, namun penuh tekanan "Kamu terbangun juga akhirnya."

Elowen membelalakkan mata, tubuhnya mulai gemetar karena amarah "Kamu! Apa yang kamu lakukan padaku? Kenapa aku ada di sini? Kenapa kamu membawa aku ke tempat ini?!" menggenggam selimut erat, tubuhnya tegang penuh amarah

Lucian berdiri di depan pintu, tatapan dinginnya mengawasi Elowen. Dia tidak menunjukkan rasa bersalah, tidak ada penyesalan di matanya. Hanya ketenangan yang mengerikan. Langkah demi langkah, dia mendekat, menatap Elowen dengan tatapan yang membuatnya merasa semakin terkepung.

Lucian dengan suara rendah yang penuh penekanan "Kamu milik aku, Elowen. Kamu tidak pantas untuk berada di tempat lain, kamu hanya pantas untuk berada di sini, bersamaku. Kamu tidak punya pilihan selain menerima kenyataan ini."

Elowen marah, suaranya semakin keras. "Aku bukan milik siapa pun! Aku bukan barang untuk dimiliki, Lucian! Aku milik diriku sendiri! Aku tidak akan pernah menjadi milikmu!" berdiri dengan penuh amarah, tubuhnya tegang.

Lucian tidak terpengaruh oleh amarahnya. Dia hanya memandangnya dengan penuh dominasi, seolah menganggap remeh perlawanan Elowen. Namun, Elowen merasa panas di dadanya—amarah yang membara, seolah tak bisa lagi dikendalikan. Dia berbalik dan melangkah menuju pintu.

Elowen berjalan dengan langkah tegas, berusaha keluar. "Aku akan pergi! Aku tidak akan tinggal di sini!" mencoba memegang gagang pintu.

Namun, Lucian bergerak dengan cepat, lebih cepat dari yang Elowen bisa prediksi. Dia menghentikan langkah Elowen dengan satu tangan yang kasar, mencegahnya membuka pintu. Elowen terkejut, namun tidak menyerah. Dia melawan, menendang dan mendorong, berusaha melepaskan diri.

Lucian dengan suara datar, penuh kekuatan. " Kamu tidak akan pergi kemana-mana. Kamu harus berada di sini, bersama aku. Tidak ada yang bisa menghalangi itu."

Elowen berteriak, hampir menangis. "Kamu terlalu egois, Lucian! Ini bukan cara untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan! Lepaskan aku! Aku benci ini!"

Dia terus memberontak, berusaha melawan, namun Lucian memegangnya dengan tangan yang lebih kuat, memaksanya tetap berada di kamar. Sementara itu, rasa putus asa mulai menyelimuti Elowen. Rasa sakit di dadanya semakin dalam. Dia hanya bisa meronta, merasa seperti kehilangan kendali atas hidupnya.

Lucian mengunci pintu dengan satu gerakan cepat, lalu melemparkan pandangan tajam ke arah Elowen.

Lucian dengan senyum tipis yang tajam, suaranya lebih dingin. " Kamu tidak akan bisa melawan takdir ini. Kamu akan tetap di sini sampai aku bilang kamu bisa pergi."

Elowen terduduk di lantai, air matanya mulai mengalir. Keputusasaannya menggulung, dan harapan untuk melarikan diri perlahan memudar. Dia berharap Loreon ada di sini untuk menyelamatkannya. Tapi Loreon tidak ada. Tidak ada siapa pun yang datang untuk membantunya.

Elowen dalam isak tangis, suaranya penuh harapan namun penuh keputusasaan. "Loreon... Valerie... Tolong aku... Tolong..." air matanya mengalir lebih deras, tubuhnya gemetar.

Dalam kesendirian dan keputusasaannya, Elowen merasa dunia ini sangat besar dan sangat menakutkan, tanpa ada yang dapat membantunya. Sementara itu, Lucian berdiri di luar, matanya masih terfokus pada pintu yang terkunci.

...➰➰➰➰...

Pagi itu, Loreon terbangun dengan perasaan cemas yang terus mengganggu. Segera setelah dia membuka matanya, dia merasa ada yang aneh. Saat menuju kamar Elowen, hatinya semakin gelisah. Kamarnya kosong. Hanya ada kesunyian. Tanpa berlama-lama, Loreon berlari keluar, memanggil-manggil nama Elowen, mencari ke setiap sudut istana, berharap menemukan jejaknya.

Namun, semakin dia mencari, semakin terasa keheningan yang mencekam. Tidak ada Elowen. Tidak ada petunjuk. Loreon yang biasanya tenang dan terkendali mulai kehilangan kesabaran. Perasaan panik perlahan berubah menjadi amarah yang membara. Tidak ada orang yang bisa memberinya jawaban yang jelas. Hanya kekosongan yang semakin menyelimutinya.

Langkahnya membawa Loreon menuju halaman utama istana, di mana ia berhenti dan menatap ke langit. Tanpa bisa menahan emosinya lagi, ia teriakkan nama Lucian ke udara.

Loreon teriak. "Lucian! Kau yang membawa Elowen! Keluarlah!"

Teriakan itu bergema di sekitar halaman, tapi tidak ada jawaban. Loreon semakin marah, membanting pintu istana dengan keras, membuat banyak orang terkejut. Di saat yang sama, Erison keluar dari balik pintu, matanya menunjukkan rasa heran dan khawatir.

Harison memperhatikan Loreon yang marah. " Ada apa ini, Loreon? Kenapa ribut-ribut di sini?"

Loreon menatap Harison dengan tajam, suaranya penuh amarah. "Elowen hilang! Aku tahu Lucian yang menculiknya! Di mana dia sekarang?"

Harison mengernyitkan dahi, kebingungan. "Lucian? Dia sudah pergi sejak semalam. Katanya, ada urusan penting. Kenapa?"

Loreon dengan emosi yang semakin membuncah. "Tidak! Dia pasti yang menculik Elowen! Aku tahu, Erison! Dia itu licik, licin, dan berbahaya! Dia hanya ingin menghancurkan hidupku!"

Harison terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang. Dia tahu betul hubungan rumit antara Loreon dan Lucian, dan dia juga sadar bahwa mereka memiliki sejarah yang penuh konflik. Namun, ia merasa ada hal yang lebih besar di balik kejadian ini.

Harison dengan suara lebih tenang, mencoba menenangkan Loreon.

"Jangan terburu-buru menuduh, Loreon. Kita tidak bisa asal-asalan. Kalau memang Elowen hilang, kita harus mencari petunjuk lebih dulu. Siapa tahu ini bukan ulah Lucian, bisa saja itu adalah pekerjaan wizard dari pack sebelah."

Loreon menatap Erison dengan tatapan penuh keyakinan. "Tidak, aku yakin ini Lucian. Dia ingin menguasai semuanya. Dia terobsesi dengan Elowen. Aku tahu dia bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya."

Harison menatap Loreon, terlihat sedikit ragu. Namun, dia tahu bahwa dalam keadaan seperti ini, membiarkan Loreon pergi sendirian bisa berbahaya. Dia juga sadar bahwa mencari Elowen adalah hal yang mendesak. Akhirnya, dia mengambil keputusan untuk membantu, meskipun hatinya sedikit khawatir.

Harison dengan nada tegas. "Baiklah, kita akan pergi mencari Elowen. Tapi, kita harus melakukannya dengan hati-hati. Jangan terburu-buru, Loreon."

Loreon hanya mengangguk, tetap dengan tekad bulatnya. "Aku akan pergi ke Istana Valtor. Elowen ada di sana."

Harison mengangkat tangan dan memberi perintah pada beberapa pengawalnya yang berada di sekitar halaman.

Harison "Anak buah, segera cari tahu keberadaan Elowen! Jangan biarkan jejaknya hilang begitu saja!"

Beberapa pengawal langsung bergerak untuk mencari petunjuk, sementara Loreon bergegas menuju pintu utama istana. Ia sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi. Yang terpenting adalah menemukan Elowen dan menghadapinya langsung.

Sementara itu, di dalam ruangannya, Valerie mendengar kabar tentang hilangnya Elowen. Tubuhnya terkejut mendengar berita itu, dan perasaan cemas langsung merayap. Dia tahu betul bagaimana pentingnya Elowen bagi Loreon dan dirinya sendiri. Selain itu, Valerie merasa bertanggung jawab karena dialah yang memperkenalkan Elowen pada dunia yang baru ini—dunia yang penuh bahaya.

Valerie dengan wajah cemas, berlari keluar ruangan. "Apa?! Elowen hilang?!"

Valerie langsung menuju halaman istana, bertanya-tanya ke mana Elowen bisa pergi dan siapa yang bertanggung jawab. Rasa takut dan tanggung jawab yang besar menghantui hatinya. Dia merasa bahwa kejadian ini adalah akibat dari dunianya—dunia yang membawanya bersama Elowen ke dalam situasi berbahaya.

Di saat yang bersamaan, Loreon sudah meninggalkan istana, menuju Istana Valtor dengan penuh keyakinan. Dia tahu persis siapa yang harus disalahkan, dan dia tak akan berhenti sampai Elowen kembali.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!