Karena jebakan yang dilakukan oleh kakak tirinya, Pagi itu Anggun mendapati dirinya berada di dalam selimut yang sama di atas tempat tidur bersama dengan seorang CEO yang dia tahu berwatak kejam dan bengis.
Satu bulan kemudian Anggun mengetahui dirinya sedang hamil. Karena tidak ingin hidup dia dan juga Papanya berada dalam bahaya, Anggun memilih untuk pergi ke luar negeri. Dan di sanalah Anggun melahirkan seorang anak yang genius.
Tetapi Anggun memilih menyembunyikan identitas putranya, karena tidak ingin CEO yang kejam itu mengetahui keberadaannya yang mungkin akan berbahaya bagi nasib dia dan putranya
Enam tahun kemudian dia bertemu kembali dengan pria itu, yang ternyata juga mencarinya selama ini.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka, Apakah keduanya bisa bersatu dan hidup dengan bahagia?
Ikuti kelanjutannya dalam ; CEO itu AYAH ANAKKU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Dengan terpaksa, Akhirnya Anggun pun mengikuti keinginan putranya. Anggun berulang kali mengambil nafas berat . terlihat sekali jika Tuan Ben begitu memanfaatkan keadaan.
Benyamin merasa kesal karena Anggun berjalan tidak sejajar dengan mereka bahkan terkesan Anggun memperlambat jalannya. Benyamin memperlambat lagi jalannya agar sejajar dengan Anggun. Tetapi Anggun malah memperlambat lagi jalannya hingga tetap tertinggal di belakang
"Rupanya kau benar-benar tidak ingin berjalan denganku!" gumam Ben dalam hati
"Hei son, Apakah Mommymu selalu berjalan lambat seperti itu?" tanya Ben kepada Arthur. Arthur pun melihat ke arah ibunya yang berjalan di belakang mereka
"Turunkan Aku Daddy!" ucap Arthur lalu Benjamin pun menurunkan Arthur dari gendongannya. Arthur kemudian berlari ke arah ibunya yang berjalan di belakang.
"Ayo Mommy!" Arthur menarik tangan Anggun lalu membawanya berlari hingga sejajar dengan Benyamin. Lalu dengan tangan kanannya Arthur menggandeng tangan Benyamin, sehingga posisinya kini berada di tengah antara Ayah dan Ibunya.
Siapapun yang melihatnya pasti akan merasa bahwa mereka adalah keluarga yang bahagia, ada seorang anak di gandeng oleh ayah dan ibunya.
"Good job, son!" batin Benyamin. "kau benar benar putraku!"
Hari itu Arthur benar-benar merasa bahagia dia mencoba segala jenis permainan yang ada di dalam wahana
"Ayolah Daddy kenapa kamu tidak bisa memanfaatkan kesempatan? Padahal aku sudah memberi kalian ruang untuk berdua!" gerutu Arthur dalam hati .
Dia sedang bermain mandi bola sendirian, dan dia atas sana Mommy dan Daddynya terlihat begitu kaku
Di tempat lain
"Kurang ajar. Aku benar benar membencimu Anggun!" teriakan geram Tania terdengar begitu melengking.
hrraaaaa...
prank .. pyar...
Lagi, tak ada yang luput dari amukannya.
brak..
Pintu terbuka paksa! Nyonya Bella masuk dengan wajah merah padam
"Apalagi Tania? Ada apa lagi? Kenapa sekarang kau jadi berhobi sekali untuk menghancurkan barang? Apa kamu pikir semua itu dibeli dengan daun? Apa tidak bisakah melampiaskan kemarahan bukan dengan menghancurkan segala sesuatu??" teriak Nyonya Bella karena merasa geram dengan kelakuan putrinya.
"Perempuan sialan itu, lagi lagi dia sudah menghancurkan diriku! Menghancurkan reputasiku! Hari ini aku benar-benar dipermalukan, Apalagi itu adalah di depan Tuan Ben, laki-laki yang sangat aku puja yang aku idolakan dan yang aku impikan!!" teriak Tania menjawab kemarahan ibunya. Dadanya naik turun dengan nafasnya yang tersengal
"Tetapi bukan berarti kau bisa menghancurkan semua barang! Ingat kita sekarang tidak bisa dengan mudah membeli semua itu seperti dulu ketika anak pelacur itu masih berada di luar negeri!! Sekarang keuangan kita terbatas! Tua bangka itu sudah memulai membatasi pengeluaran kita!!" peringatan Nyonya Bella pada putrinya.
Mendengar ucapan wanita yang melahirkannya membuat Tania semakin geram. Mengingat sekarang dia tidak bisa berfoya-foya lagi semenjak kedatangan Anggun dari luar negeri.
"Semua ini karena perempuan jalang itu! Harusnya dia dipermalukan, harusnya Papa merasa malu! Kenapa dia menerima Anggun begitu saja? Kalau semua orang tahu bahwa dia memiliki seorang putri yang hamil diluar nikah bagaimana reputasinya?"
"Seharusnya dia takut kalau nama baiknya akan hancur. Tapi kenapa Papa malah tenang-tenang saja Bahkan tidak mau bertindak apapun. Bahkan dengan bangga Papa memperkenalkan Arthur sebagai calon penerusnya??" Tania merasa geram karena apa yang terjadi sama sekali tidak seperti apa yang dia inginkan.
"Mama tidak peduli apapun alasanmu! Cepat bereskan semuanya sekarang juga sebelum lelaki tua bangka itu datang dan mengetahuinya. Atau kamu mau uang bulananmu dipangkas lagi seperti minggu lalu ketika kamu menghancurkan barang-barang?" ancam Nyonya Bella kemudian pergi keluar dari kamar tersebut
Brakk
Pintu yang ditutup dengan kasar oleh Nyonya Bella membuat Tania tersentak. Ucapan mamanya benar. Jangan sampai Tuan Diwangga Ayah tirinya itu tahu bahwa dia sudah menghancurkan beberapa barang lagi! Kalau tidak mungkin dia akan kehilangan uang bulanan seluruhnya.
"Semua ini karena perempuan jalang itu. Aku harus menghancurkan dia bagaimanapun caranya!"
keesokan harinya. . .
"Bibi Tania Kenapa wajahmu pucat sekali? Matamu terlihat merah. Kau terlihat seperti vampir?" Celoteh Arthur di meja makan ketika mereka sedang berkumpul untuk sarapan.
Ucapan yang terdengar polos dari bocah berusia lima tahun itu membuat semua mata sontak menoleh kepada Tania. Tania mengepalkan tangannya merasa geram. Tetapi dia tidak berani membentak Arthur di depan ayah tirinya.
"Aku tidak salah kan Grandpa? Lihatlah wajah bibi Tania terlihat menyeramkan dia tidak terbiasa seperti Mommy yang sangat cantik. Kalau Mommy meskipun tanpa apapun sudah cantik sekali. Tapi kalau bibi Tania yang tanpa tepung, Lihatlah wajahnya putih ada banyak bintik-bintik hitamnya, terlihat seperti buah Naga putih!" ucap Arthur yang seolah-olah bergidik ngeri ketakutan melihat wajah Tania.
Anggun menutup mulutnya menahan diri untuk tidak tertawa mendengar ucapan putranya
Tania merasa geram mendengar ucapan Arthur, sekaligus juga merasa kesal pada dirinya sendiri. Jika bukan karena perlengkapan kosmetiknya yang dihancurkan kemarin, mungkin hal ini tidak akan terjadi.
"Yang diucapkan Arthur benar. Apa kamu akan pergi ke perusahaan dengan wajah seperti itu?!" geram Tuan Diwangga
"Maaf papa, sebenarnya aku ingin minta uang pada Papa. Perlengkapan kosmetikku habis!" ucap Tania dengan ragu-ragu
"Habis? lagi? Bukankah baru minggu lalu kamu meminta uang? Apa perlengkapan kosmetik itu kau makan, hingga dalam satu minggu sudah habis lagi? Sudah aku katakan padamu untuk mulai berhemat!!"
"Kamu pikir perusahaan itu adalah pohon uang yang bisa kau petik seenaknya? Dan jika peralatan make up mu memang habis, apa kamu tidak memiliki tabungan sedikitpun? Apa selama beberapa tahun menumpang hidup di rumahku kamu hanya berfoya-foya saja? Ingatlah statusmu. Kamu bukan siapa-siapa di sini yang bisa seenaknya meminta uang!!"
Mulut Anggun menganga mendengar ucapan Papanya kepada Tania. Tidak menyangka jika Papanya akan bisa berucap seperti itu. Sejak kapan Papanya mulai bersikap tegas kepada kakak tirinya? Bukankah selama ini apapun yang dilakukan oleh kakak tirinya adalah benar?
"Tuan besar ... !" seorang pelayan datang tergopoh-gopoh
"Ada apa? Kenapa menyela waktu makan kami? Apa kau tidak tahu sopan santun?" bentak Nyonya Bella, berharap dia mendapatkan pujian dari sang suami, karena bisa mengajari pelayan.
"Didepan ada seorang tamu, Beliau mengatakan namanya adalah Benyamin Jordan!" ucap sang pelayan membuat Tuan Diwangga yang baru saja memasukkan makanan ke dalam mulutnya tersedak.
"Apa? Tuan Jordan? Katakan pada beliau untuk masuk!" titah Tuan Diwangga.
Uhuk Uhuk
Anggun pun ikut tersentak hingga dia terbatuk mendengar sebuah nama yang disebut oleh pelayannya.
"Saya sudah ada di sini Tuan Diwangga, Apakah saya terlalu lancang jika ingin ikut sarapan bersama keluarga anda?" Benyamin datang dengan gaya sok coolnya
"Daddy ...?" teriak Arthur lalu turun dari kursinya dan menghambur ke arah Mr Ben
Tuan Diwangga terkesiap mendengar teriakan Arthur. Oanggilan apa itu tadi? Daddy? Benarkah tadi cucunya itu memanggil dengan sebutan Daddy kepada konglomerat nomor satu di negaranya itu? Apa dia tidak salah dengar?