Pertemuan tanpa sengaja, membawa keduanya dalam sebuah misi rahasia.
Penyelidikan panjang, menyingkap tabir rahasia komplotan pengedar obat terlarang, bukan itu saja, karena mereka pun dijebak menggunakan barang haram tersebut.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Akankah, Kapten Danesh benar-benar menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#35. Si Pembuat Cherry Pil•
#35
Renata menatap nanar 2 ampul berisi cairan rahasia yang entah apa namanya, “Aku sengaja memerintahkan salah satu anak buahku menggeledah apartemen Nona Alley, Dan Mereka menemukan kedua cairan ini di dalam lemari kaca khusus.”
Apakah ini adalah racun yang sudah menghilangkan nyawa Edgar? Renata tak tahu pasti, ia hanya mengira-ngira, karena biasanya insting seorang Ibu tidaklah salah, apalagi mengenai anak kandungnya. “Sudah kamu bawa ke laboratorium, untuk diperiksa?”
“Sudah, Nyonya, hasil pastinya baru keluar esok.”
Jika benar Alley adalah orang di balik meninggalnya Edgar, maka Renata tak akan pernah memaafkan Alley. Ia Sudah berbaik hati membiarkan Alley menjadi wanita simpanan Gerald, tapi ternyata hal itu masih belum cukup baginya, sampai-sampai Alley tega menyingkirkan jiwa tak berdosa seperti Edgar.
Renata menatap pigura berisi foto lucu menggemaskan Edgar dalam balutan pakaian sekolahnya, kini senyum itu hanya tinggal kenangan, Edgar yang selalu memeluk dan menghibur hatinya, kini telah pergi untuk selamanya. Mungkin Edgar memilih pergi karena tak ingin terus-menerus melihat kesedihan sang mommy yang terpaksa menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Bahkan mungkin Edgar mengerti jika Renata terpaksa bertahan demi dirinya, entahlah.
•••
Esok harinya.
Renata yang sudah tak sabar mengetahui hasil pemeriksaan cairan misterius yang ditemukan di Apartemen Alley, akhirnya memutuskan untuk pergi bersama Marcus ke Laboratorium.
Dan wanita yang Renata ketahui sebagai sahabat Marcus sudah menanti kedatangan mereka, Renata dan Marcus di bawa ke sebuah ruangan tertutup, dan bisa di pastikan tak ada siapapun yang akan mendengar percakapan mereka, karena ruangan tersebut kedap suara.
Gracia membuka layar tablet, disana terlihat deretan nama asing yang tak Renata ketahui. Tapi dari penjelasan Gracia, “Semua nama ini adalah nama latin dari zat berbahaya yang bisa merusak sistem pencernaan, serta melumpuhkan fungsi organ tubuh manusia secara bertahap.”
Tak perlu mendengar lebih lanjut penuturan Gracia, karena Renata sudah tahu, “Tapi kenapa, ini tak terdeteksi oleh tim medis yang memeriksa Edgar saat itu.”
“Kemungkinannya hanya satu, yakni Alley sudah menyuap pihak rumah sakit, agar rencananya berjalan tanpa masalah. Marcus sudah menemukan bukti rekaman pembicaraan Alley dan petugas di Rumah Sakit.”
Renata beralih menatap Marcus, “Saya baru mengetahuinya semalam, entah berapa jumlah nominal yang diberikan Nona Alley hingga petugas itu tetap tutup mulut sampai akhir.” Marcus mengaku.
Kedua tangan Renata terkepal erat. Tentu saja sebagai wanita simpanan Gerald, tak sedikit nominal yang Gerald berikan demi menyenangkan Alley. Dan kini uang-uang tersebut justru membuat Edgar pergi mendahului kedua orang tuanya.
Renata berdiri dengan wajahnya yang datar, “Nyonya,” ujar Marcus, yang melihat bahwa Renata tak baik-baik saja.
“Renata, tenangkan dirimu, mari kumpulkan bukti-bukti lagi agar Alley tak bisa lolos dari jerat hukum.” Senada dengan Marcus, Gracia pun mencoba menghalangi Renata yang tengah dikuasai amarah.
“Untuk menyelesaikan ini, tak perlu menunggu hukum bertindak, ini murni bentuk kemarahan seorang Ibu, yang ingin membalaskan dendam atas kematian putra tersayangnya.”
Renata pergi meninggalkan ruangan, Marcus tak bisa tinggal diam, ia membuntuti langkah kaki Renata kemanapun wanita itu pergi, karena itu adalah tugasnya.
Gracia hanya menatap kepergian Renata dengan tatapan iba, ia tahu bagaimana rasa sakit yang kini diderita Renata.
Brak!
Pintu mobil sudah ditutup, Marcus berlari ke kursi kemudi. “Kita akan berkunjung ke tempat Gerald.” Renata bertitah, maka Marcus hanya bisa mengiyakan, selama hal itu tak membahayakan.
Mobil mewah tersebut, bergerak menuju pusat kota, tempat ED Company berada, gedung tersebut adalah perusahaan perusahaan milik Gerald. Pria itu terlalu mencintai Renata, hingga apapun ucapan istrinya selalu ia dengar, termasuk ketika Renata memintanya untuk membangun bisnis legal yang diatas namakan pada George Edgar Santiago putra mereka.
“Apa Suamiku sedang berada di tempatnya?” Tanya Renata, usai Marcus menarik hand rem.
“Di sebelah kiri Anda, adalah mobil milik Tuan Gerald.”
Renata tak begitu hafal jumlah mobil milik Gerald, ia hanya tahu pakai saja, karena semua sudah disiapkan oleh suaminya.
Marcus membuka pintu untuk Renata, wanita cantik itu pun turun, ia merapikan pakaiannya yang sedikit kusut, sebelum berjalan dengan wajah tegak nan anggun memasuki lobi utama.
Semua orang mengenalnya, maka tak heran mereka segera menundukkan badan, karena sang nyonya bos sedang datang berkunjung.
Lift khusus sudah terbuka ketika security mendengar kedatangan Renata, dan tetap dengan Mercus di belakangnya Renata memasuki kotak besi berukuran raksasa, naik menuju lantai paling atas, tempat Gerald berada.
Alley nampak bersungut-sungut kesal, usai mendapat kabar kedatangan Renata, namun suka atau tidak ia tetap bawahan, maka ia pun harus berdiri menyambut kedatangan istri Gerald.
Wajah kesal yang terpaksa memasang senyuman itu membawanya berdiri meninggalkan meja. Dan tak lama kemudian orang yang Alley tunggu pun tiba.
“Selamat datang, Nyonya.”
“Apakah suamiku ada?”
“Beliau sedang ada pertemuan dengan klien di lantai bawah, apa Anda akan menemuinya disana sekarang?” tanya Alley sopan, wanita bermuka dua itu memang sopan dan lembut tutur katanya, ia tersenyum namun dibalik itu, hatinya penuh dengki dan tak segan menyemburkan bisa.
Sekuat tenaga Renata menahan gejolak amarahnya, karena tujuan utamanya adalah bertanya pada Alley tentang motif di balik perbuatannya. “Jika suamiku bertemu Klien, kenapa Kamu disini?” sindir Renata.
Dan Alley pun tertawa getir, karena Gerald kini hanya menempatkannya di belakang meja, sementara Gerald mempekerjakan seorang asisten baru, agar bisa menemani Gerald kemanapun pria itu pergi.
•••
“Kapt … Anda baik-baik saja?” tanya Rara, ia melihat Danesh mengepalkan tangan dengan wajah memerah.
“Huuuufftt.” Danesh menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia menuju Balkon apartemen, Dan …
“AAAAAAARRRRGGGHHHH!!” Teriakan keras ia keluarkan, hingga tenggorokannya serak, bajing^ngan yang selama ini cari ternyata orang yang ia kenal, bahkan orang yang dulu membuatnya celaka.
Danesh duduk meringkuk, ia menjambak rambutnya sendiri ketika saat-saat pahitnya kembali berputar seperti video yang ditayangkan ulang.
“Hei Bas, Apa kamu melihat Dhera?” Tanya Rara.
Bastian pun baru sadar jika Dhera sudah menghilang sejak mereka memasuki apartemen, “Tadi dia bilang akan menyusul naik, karena sedang menerima telepon dari Komandannya.”
Rara mengangguk, ia kembali membaca satu persatu nama yang berada di piramida organisasi.
Diantara semua nama, ada satu orang yang namanya berada di tengah, bahkan semua anak panah mengarah pada nama tersebut.
“Marco, Apa kamu mengenal Pria ini?” Tanya Rara.
Siapakah dia? Entahlah, tapi Marco menyimpulkan dia adalah orang penting yang menggerakkan organisasi tersebut, karena posisi anak panah itu terlihat mencurigakan.
Danesh kembali ke dalam ruangan, meski emosinya belum reda sepenuhnya. Karena ia lebih tertarik untuk kembali melihat nama-nama yang ada di daftar hitam kepolisian.
“Dia si pembuat Cherry pil, pemilik laboratorium, sekaligus menyuplai obat untuk semua orang penting di sini.” Danesh menjabarkan analisanya, sementara jari telunjuknya membuat gerakan melingkar pada gambar yang terlihat di layar monitor.
•••
insyaallah nanti sore up lagi, kiw kiw kiw💃💃💃