"Ah, aku berada di mana?"
Sebuah tempat yang mengesankan! Sial, tapi ini bukan duniaku. Ini adalah dunia sihir! Tunggu, aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda hina yang memiliki sihir sama sekali.
Bodoh, kenapa aku ini mencintai seorang putri kekaisaran sedangkan aku bukan siapa-siapa?
Ahahaha tidak masalah, mari kita genggam dunia ini menggunakan sebuah kecerdasan yang luar biasa. Tidak apa-apa aku tidak memiliki sihir, tapi aku memiliki sebuah seni yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ini adalah dunia yang dipenuhi oleh pedang dan juga sihir. Kau tidak punya sihir? maka kau akan dikucilkan. Tapi mari kita lihat, bagaimana pemikiran dunia modern diterapkan di dunia yang tidak pernah menyentuh sains yang menakjubkan. Juga, mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan dan perkembangan teknologi yang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arachanaee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Orang Asing?
Hingga hewan itu habis, Laura masih berdiri dengan tegak dengan dua pedang yang baru saja memburu bayangan. Sementara Zhayn juga berdiri dengan napas yang terengah-engah seolah baru saja bekerja dengan begitu keras. Sayangnya, dia tidak bisa untuk menyerah, dia menggertakkan giginya dan segera melihat sekeliling, tangannya juga sudah siap sedia untuk mengeluarkan berbagai hewan bayangan lagi.
Tapi tiba-tiba, Laura muncul dalam wujud nyatanya tepat di hadapannya dalam posisi mengayunkan pedang. Jelas itu membuat Zhayn terkejut dan sorot matanya melebar, mulutya ternganga dan wajahnya begitu panik. Tapi belum sempat pedang tersebut mengenai dirinya, Laura menghilang lagi. Zhayn tampak begitu ketakutan.
Kemudian, beberapa menit kemudian, Laura muncul lagi di sampingnya dalam wujud nyata, Zhayn lagi-lagi terkejut, yang kemudian disusul menghilang lagi. Tidak hanya berhenti itu saja, Laura melakukannya secara berulang kali secara cepat hingga membuat Zhayn tampak kebingungan dan sulit untuk mendetekasi arah serangan hingga akhirnya serangan terahir dilancarkan.
Saat ini Laura tepat berada di belakang Zhayn dengan posisi pedang yang menyentuh leher Zhayn. Rasa dingin dari pedang itu terasa begitu pekat yang membuat bahwa Zhayn dalam ambang kekalahan. Dan yang pasti, ketika Laura menarik pedangnya, darah akan berceceran, membasahi tanah tandus yang habis terbakar.
Sayangnya hal itu, tidak Laura lakukan.
Pertarungan sudah berakhir, walaupun Kazuto tidak mencari siapa yang menang atau kalah, tapi pertunjukan itu tadi benar-benar menunjukkan bahwa Laura lah pemenangnya. Dan memang, Laura akan sangat diunggulkan dalam pertarungan ini, dimana serangan Zhayn adalah fokus target, sementara dia harus mencari targetnya yang menghilang.
“Permainan yang sangat bagus.” Kazuto bertepuk tangan, menandakan bahwa pertarungan dari mereka selayaknya untuk selesai.
“Menang karena kami dalam kondisi terpuruk. Wajar saja.” Viona angkat suara. Tampaknya dia kurang bisa menerima apabila Zhayn kalah.
“Bukannya ketika sebelum kalian memperkenalkan diri, kalian sudah diberi satu potong daging?” Helen menjawab ucapan Viona itu.
“Daging yang gak jelas. Rasanya sama seperti asap.”
Helen benar-benar naik pitam dengan jawaban Viona. Tampaknya, orang itu seharusnya diberi pelajaran karena sama sekali tidak mau mengucapkan rasa terimakasih dan justru menghujat mengenai daging tersebut. Sayangnya, emosi Helen dihentikan oleh Kazuto dengan menahan pundaknya.
“Biarkan saja. Tidak ada gunanya untuk membalasnya.” Ucap Kazuto.
Saat itu juga, semua orang yang ada di tempat itu, dia merasakan tekanan sihir yang begitu luar biasa, termasuk Kazuto yang tidak memiliki sihir pun merasakan tekanan sihir yang lumayan kuat itu.
Dan semua orang menyadari bahwa tekanan sihir itu berasal darimana, sehingga mereka yang ada di tempat itu segera menoleh ke atas.
Siapa yang berpikir, seseorang sedang berdiri dalam kondisi melayang di atas langit. Menutupi matahari sehingga bayangannya menimpa Kazuto. Sehingga, Kzuto sendiri tidak bisa meihatnya dengan jelas dan hanya sekadar siluet karena posisi orang itu tengah membelakangi matahari. Hanya saja, orang itu seolah diselimuti sebuah energi sihir yang begitu kuat, yang membuat seolah cahaya bisa dibiaskan disekelilingnya.
“Si-siapa dia? Dia bukan orang sini?” Viona menatap ke arah Kazuto. Orang yang melayang itu tampak memiliki kekuatan sihir yang tidak bisa untuk diremehkan.
“Di desa ini tidak ada yang bisa terbang!”
Orang-orang disekitar Kazuto pun langsung waspada dan segera bersiap untuk mengeluarkan sihirnya sekalipun tekanan sihir itu perlahan-lahan menghilang. Apalagi sosoknya terlihat begitu kuat, yang membuat siapapun langsung menelan ludah secara kasar.
Orang itu turun perlahan-lahan ke tempat Kazuto berada, dan ketika Kazuto menyipitkan matanya agar bisa melihat dengan jelas, dia merasa tidak begitu asing.
Dan ketika orang itu tepat mendarat di atas tanah, sosoknya benar-benar sangat rupawan. Kulitnya begitu mulus semulus salju, sangat putih dan halus. Tapi tatapannya sinis dan kejam, seolah jika kamu berurusan dengannya, tidak ada ampun yang terlintas di matanya.
Semua orang benar-benar ketakutan dan berdiri di depan Kazuto seolah Kazuto adalah seseorang yang harus mereka lindungi karena tidak memiliki sihir sama sekali. Dari sorot matanya saja, sudah menunjukkan bahwa orang itu adalah orang yang sangat kuat, kekuatan mereka apabila digabungkan tidak akan mampu untuk melawannya.
“Si-siapa kamu?” Theo, pemuda yang awalnya adalah orang yang bersemangat, kini berubah menjadi kikuk ketika berhadapan dengan orang tersebut.
Namun, orang tersebut sama sekali tidak berkata sepatah kata sedikitpun, dia berjalan perlahan-lahan ke arah mereka, yang mana itu cukup membuat mereka semakin bergetar dan sulit untuk bernapas.
Dan semakin mendekat semakin mendekat, siapa yang berpikir bahwa orang tersebut melewati mereka. Dia justru langsung berdiri di hadapan Kazuto.
Helen dan Laura? sosok yang harusnya siap siaga untuk melindungi Kazuto, mereka justru memalingkan wajahnya dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mereka pura-pura tidak melihat.
“Temanku, Saudaraku Kazuto!” orang itu tersenyum, mengankat kedua tangannya seolah bahagia bisa bertemu dengan Kazuto. perlakuannya seolah hendak memeluk Kazuto.
“Kau kebanyakan drama sialan!” Kazuto menendang kaki orang tersebut.
Semua orang yang melihat itu terkejut, kecuali Helen dan Laura yang sudah mengerti.
Sementara orang itu merintih kesakitan, “Akhh.” Ucapnya sambil meyentuh kakinya yang ditendang oleh Kazuto. Dan paras kerennya tiba-tiba menghilang dan digantikan dengan sesuatu yang aneh. Tapi, tidak mengubah fakta bahwa orang itu, orang yang memiliki aura yang kuat itu, baru saja ditendang oleh Kazuto. Dan, Kazuto baru saja dipanggil teman atau saudara? Itu berada di luar ekspetasi mereka yang membuat mereka hampir kehilangan akal.
“Kau jahat sekali! Aku sudah mengitari pegunungan Ara, dan sama sekali tidak tahu desamu itu berada dimana.”
“Aku pikir kamu membawakanku tumpukan belerang.”
“Ah tidak. Tapi aku sudah mengurus tambang itu. aku sudah memasang Array sihir yang membuat magical beast apapun sulit untuk bertahan di dalamnya.”
Kzuto yang mendengar hal itu, dia kemudian merangkul leher Ryugard, kemudian dia menariknya ke belakang seolah ada sesuatu hal yang hendak mereka bicarakan dan tidak ingin di dengar oleh para pendatang itu. Hal itu pula yang membuat wajah Ryugard yang berubah penuh wibawa menjadi santai. Dan memang, Kazuto berbisik,
“Karenamu, ada sekitar 20 orang yang datang ke desaku dalam kondisi mengemis. Mereka sebenarnya tawanan dari benteng Valmour, dan dihukum mati di pegunungan Ara saat musim dingin.”
“Aku akan mengusir mereka jika kamu tidak mau mengusirnya.”
“Jangan!” Kazuto menolak. “Aku butuh mereka untuk pertambangan. Sayangnya di antara mereka adalah seorang penyihir. Dan agak tidak suka jika mereka di bawah pimpinanku.”
“Baik, aku mengerti.”
Ryugard kemudian berdiri dan memasang wajah yang begitu kejam, sangat berbeda dengan ketika dia berhadapan dengan Kazuto yang meunjukkan rasa aman dan pertemanannya. Sehingga hal ini, ekspresi wajah yang keluar dari Ryugard itu cukup membuat para pendatang itu merinding.
“Aku sudah mengerti kalian berasal darimana. Dan seharusnya kalian berterimakasih kepadaku karena kalian masih hidup hingga saat ini!”
ayo mampir juga dinovelku jika berkenan