setelah suatu insiden tragis yang menewaskan keluarganya, seorang pemuda bernama arka tiba - tiba di hadiahi sebuah "Sistem" oleh makhluk misterius. sistem ini memberikan arka misi-misi untuk mengeliminasi makhluk supranatural dari berbagai dimensi.
setiap kali ia berhasil menyelesaikan misi, ia mendapatkan poin untuk membeli kemampuan baru atau memperkuat dirinya. Namun, setiap misi beresiko, dan jika ia gagal, ia harus membayar "hukuman", yaitu kehilangan bagian tubuh atau ingatan tertentu. Akankah arka bertahan hidup dan membalas dendam, atau malah terjerat kekuatan sistem yang lebih besar dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diambang pilihan (2)
Sebelum ia sempat melangkah, suara dari Pengawas itu kembali menggema di ruang yang hening.
“Kau harus siap menghadapi konsekuensi dari pilihanmu,” Pengawas itu berkata dengan tegas, dan meski suaranya tetap dingin, ada ketegangan yang jelas terdengar di dalamnya. “Ini bukanlah jalan yang bisa kamu ambil begitu saja. Setiap keputusanmu akan mengarah ke takdir yang lebih besar. Tak ada jalan mundur. Ingat, kegagalan akan menghilangkan lebih dari sekadar tubuhmu, Arka. Kegagalan akan menghapus memori-memorimu. Maka, bersiaplah.”
Arka menatap pintu yang terbuka di hadapannya. Kegelapan yang begitu dalam di baliknya membuatnya merasa seperti ada sesuatu yang lebih gelap dan lebih berbahaya menunggu di sana. Perasaan gugup merayapi dirinya, tetapi rasa penasaran yang telah lama terpendam membuatnya tidak bisa mundur. Ia sudah terjebak dalam permainan Sistem ini, dan hanya satu hal yang kini ada dalam pikirannya: **mengungkap rahasia itu.**
Dengan langkah mantap, Arka melangkah maju menuju pintu. Cahaya di sekitar tubuhnya semakin meredup, dan ketegangan semakin terasa seiring ia semakin mendekati kegelapan yang tak terlihat ujungnya. Begitu kakinya melangkah masuk ke dalam, sebuah suara terdengar di telinganya. Suara itu seperti bisikan, datang dari segala arah sekaligus.
> **[Sistem Pembalasan - Proses Transisi]**
> Selamat datang, Pembalas. Sebelum kau melangkah lebih jauh, kau akan menjalani ujian berikutnya. Ketahuilah, ujian ini jauh lebih sulit dan kompleks dibandingkan sebelumnya. Pilihanmu akan menentukan segalanya. Tidak ada waktu untuk meragu.
Arka berhenti sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. Tubuhnya terasa kaku, dan jantungnya berdegup kencang. Ia tidak tahu apa yang menantinya di dalam kegelapan itu, tetapi ia tahu satu hal: ia tidak bisa mundur lagi.
Langkah demi langkah, ia terus melangkah masuk ke dalam kegelapan yang pekat, menembus ruang yang tampaknya tak ada habisnya. Waktu terasa melambat, dan Arka mulai merasakan suhu yang semakin menurun, udara yang semakin berat. Sesaat kemudian, di tengah keheningan yang menakutkan, sebuah suara terdengar lagi.
> **[Sistem Pembalasan - Ujian Ke-2]**
> "Ujian kedua dimulai. Kau akan menghadapi makhluk yang lebih kuat, lebih berbahaya. Tetapi kali ini, makhluk itu bukan hanya fisik. Keberhasilanmu akan bergantung pada keputusan yang kau ambil, dan seberapa kuat keteguhan hatimu."
Sebelum Arka bisa merespon, sebuah sosok muncul dari kegelapan. Makhluk itu memiliki tubuh tinggi besar, dengan kulit yang seperti terbuat dari batu hitam, bercahaya samar-samar di bawah cahaya yang hampir tak tampak. Matanya yang bersinar merah menatap Arka dengan penuh kebencian, dan aura yang memancar dari tubuh makhluk itu membuat udara di sekitarnya terasa tebal, hampir tak bisa ditembus.
Arka menarik napas dalam-dalam dan mengambil posisi bertarung. Tapi kali ini, ia tahu ini bukan hanya sekadar pertempuran fisik. Makhluk ini membawa ancaman yang lebih besar, yang melampaui sekadar kekuatan fisik. Ia merasakan getaran energi aneh yang datang dari makhluk itu, seolah-olah sesuatu yang lebih dalam, lebih tersembunyi, sedang mempengaruhi realitas di sekitarnya.
“Pilihlah dengan bijak, Pembalas,” suara makhluk itu bergema dalam pikirannya. “Kekuatanmu mungkin tidak cukup untuk mengalahkanku. Tetapi jika kau memilih jalur yang benar, mungkin ada cara lain untuk mengalahkanku.”
Makhluk itu melangkah maju, dan Arka langsung teringat kata-kata Pengawas tadi. **Keputusan.** Semua ini adalah ujian tentang membuat keputusan yang tepat. Setiap langkah yang ia ambil dapat mengarahkannya pada hasil yang berbeda. Setiap keputusan akan menentukan apakah ia bisa bertahan atau akan terhukum.
Dengan satu gerakan cepat, makhluk itu meluncurkan serangan yang sangat dahsyat, memancarkan gelombang energi yang menghancurkan segala yang dilaluinya. Arka melompat mundur, menghindari serangan yang hampir saja mengiris tubuhnya menjadi dua bagian. Ia merasa tubuhnya begitu berat, seolah-olah ada kekuatan yang mencoba menahannya, menghentikannya untuk bergerak lebih cepat.
Serangan berikutnya datang lebih cepat lagi. Kali ini, makhluk itu menambah kecepatan dengan menggerakkan tangan kanannya yang bertahtakan batu tajam. Arka hanya punya sedikit waktu untuk bereaksi. Ia menyentakkan tubuhnya ke samping, menghindari serangan dengan tipis, namun merasa angin dari serangan itu melambungkan dirinya beberapa meter ke belakang.
Ia menabrak dinding batu yang keras, tetapi segera bangkit. Tubuhnya terasa lelah, dan meski ia memiliki kekuatan yang meningkat, makhluk ini tampaknya jauh lebih kuat dari sebelumnya. Ia bisa merasakan ketegangan dalam pikirannya, mencerca dirinya karena merasa semakin terpojok.
Namun, ia tahu bahwa jika ia terus menyerang secara fisik, ia akan kehabisan tenaga. **Apa pilihan yang benar di sini?** Ia kembali mengingat kata-kata makhluk itu: *“Kekuatanmu mungkin tidak cukup, tetapi pilih jalur yang benar.”*
Tepat saat makhluk itu bersiap melancarkan serangan berikutnya, Arka tiba-tiba merasakan sesuatu di dalam dirinya — sebuah dorongan untuk menggunakan pikirannya, untuk mengubah pola pikirnya. Ia menutup matanya sejenak, mencoba meresapi keadaan sekitar dan mencari solusi selain bertarung dengan kekuatan fisik semata.
Ketika ia membuka mata kembali, ia melihat aura makhluk itu, bukan hanya sebagai musuh, tetapi juga sebagai bagian dari ujian yang harus ia pahami. Ia merasakan energi yang sama yang ditarik oleh Sistem, sesuatu yang lebih besar dari sekadar tubuh fisik.
Dalam detik yang krusial itu, Arka memutuskan untuk **bermain dengan pikiran dan energi,** bukan hanya kekuatan fisik. Ia menyusun strategi yang lebih cerdas dan lebih berbahaya — sebuah keputusan yang akan mengubah jalannya pertarungan.
Namun, tepat saat ia mulai melancarkan serangan, makhluk itu menghilang dalam sekejap, meninggalkan Arka di tengah kegelapan. ***Tiba-tiba, semuanya menjadi sunyi.***
“Keputusanmu akan membawamu ke takdir yang lebih besar, Arka,” bisikan itu datang dari segala arah.
Saat Arka berdiri terengah-engah, mencari-cari jejak makhluk itu, sesuatu yang lebih besar mulai terungkap, dan Arka tahu, ujian kali ini baru saja dimulai...