NovelToon NovelToon
Balas Dendam Sang CEO

Balas Dendam Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anjar Sidik

Riska tak pernah menyangka hidupnya yang sederhana akan terbalik begitu saja setelah pertemuannya dengan Aldo Pratama, CEO muda yang tampan dan penuh ambisi. Sebuah malam yang tak terduga mengubah takdirnya—ia hamil di luar nikah dari pria yang hampir tak dikenalnya. Dalam sekejap, Riska terjebak dalam lingkaran kehidupan Aldo yang penuh kemewahan, ketenaran, dan rahasia gelap.

Namun, Aldo bukanlah pria biasa. Di balik pesonanya, ada dendam yang membara terhadap keluarga dan masa lalu yang membuat hatinya dingin. Baginya, Riska adalah bagian dari rencana besar untuk membalas luka lama. Ia menawarkan pernikahan, tetapi bukan untuk cinta—melainkan untuk balas dendam. Riska terpaksa menerima, demi masa depan anaknya.

Dalam perjalanan mereka, Riska mulai menyadari bahwa hidup bersama Aldo adalah perang tanpa akhir antara cinta dan kebencian. Ia harus menghadapi manipulasi, kesalahpahaman, dan keputusan-keputusan sulit yang menguji kekuatannya sebagai seorang ibu dan wanita. Namun, di bal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Pilihan di Ujung Tanduk

Malam semakin larut, tapi pikiran Riska tak kunjung tenang. Foto adiknya yang diikat di kursi masih tergeletak di meja. Ancaman Aldo nyata, dan waktu terasa seperti bom yang berdetak semakin kencang. Di luar jendela apartemennya, hujan deras turun, seperti menggambarkan badai yang sedang berputar dalam hidupnya.

Riska berjalan mondar-mandir di ruang tamu kecilnya. Napasnya berat, dadanya sesak, dan kepalanya penuh dengan kemungkinan terburuk. Ia tahu Aldo tidak hanya akan menghancurkannya, tapi juga orang-orang yang ia cintai.

Namun, menyerah pada Aldo sama saja dengan membuang harga dirinya ke jurang. Dokumen yang ia pegang adalah senjata terakhirnya, tapi juga ancaman terbesar bagi keselamatan keluarganya.

---

"Aku tidak bisa membiarkan ini terus terjadi," gumam Riska pada dirinya sendiri, suaranya bergetar.

Telepon di atas meja tiba-tiba berbunyi, mengejutkannya. Riska memandang layar. Nama Yuli terpampang jelas. Ia langsung mengangkatnya.

"Yuli?"

"Riska, kau harus mendengarkan aku baik-baik," suara Yuli terdengar panik di ujung telepon. "Aku sudah mencoba menghubungi seseorang yang bisa membantu kita. Tapi situasi semakin buruk. Orang-orang Aldo sedang bergerak."

"Apa maksudmu?" Riska duduk dengan lutut gemetar.

"Aku mendengar mereka akan membawa adikmu malam ini. Jika kita tidak menyerahkan dokumen itu, mereka akan—"

"Jangan katakan itu!" potong Riska, air matanya mulai mengalir. "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, Yuli. Aku tidak ingin kehilangan adikku, tapi aku juga tidak bisa menyerahkan dokumen ini begitu saja."

"Riska, dengarkan aku," Yuli menurunkan suaranya, mencoba menenangkan. "Kita punya pilihan. Kita harus bermain lebih pintar daripada Aldo. Aku punya ide, tapi itu sangat berisiko."

---

Yuli menjelaskan rencananya dengan detail. Ia menyarankan Riska untuk memanfaatkan dokumen itu sebagai umpan, memberikan ilusi kepada Aldo bahwa mereka siap menyerah. Namun, di balik itu, Yuli telah menghubungi seorang jurnalis investigasi yang memiliki koneksi ke penegak hukum.

"Aku tidak yakin ini akan berhasil," kata Riska setelah mendengarkan rencana tersebut.

"Kita tidak punya pilihan lain," balas Yuli. "Ini kesempatan terakhir kita untuk melawan Aldo. Jika kita menyerah sekarang, dia tidak hanya akan menghancurkan hidupmu, tapi juga hidup orang lain yang kau cintai."

Riska memejamkan matanya, mencoba mengatur napas. “Baik, aku akan melakukannya. Tapi Yuli, jika sesuatu terjadi pada adikku—”

“Itu tidak akan terjadi. Aku berjanji.”

---

Setelah menutup telepon, Riska segera mengemas dokumen tersebut ke dalam amplop. Ia tahu rencana ini bisa menjadi malapetaka. Jika Aldo menyadari bahwa ia sedang dijebak, semuanya akan berakhir dalam sekejap.

Pukul dua pagi, Riska bertemu dengan Yuli di sebuah tempat terpencil di pinggir kota. Mobil mereka diparkir di belakang gudang tua yang gelap, hanya diterangi lampu jalan yang berkedip-kedip.

"Apakah semuanya sudah siap?" tanya Riska, mencoba menahan gemetar di suaranya.

Yuli mengangguk. “Jurnalis itu sudah siap. Kita hanya perlu memastikan Aldo percaya bahwa dokumen ini asli.”

"Tapi bagaimana jika dia memeriksa isinya?"

"Aku sudah mengganti sebagian besar isinya dengan salinan palsu. Dia tidak akan menyadarinya sampai semuanya terlambat."

---

Tiba-tiba, suara mesin mobil mendekat. Riska langsung merasa jantungnya berhenti berdetak. Dari kejauhan, dua mobil hitam melaju ke arah mereka.

“Mereka datang,” kata Yuli, suaranya berbisik.

Pintu mobil pertama terbuka, dan keluar seorang pria tinggi dengan wajah dingin yang sudah familiar bagi Riska. Itu adalah salah satu orang kepercayaan Aldo. Di belakangnya, dua pria lain dengan tubuh kekar berdiri dengan wajah serius.

"Mana dokumennya?" pria itu langsung berbicara tanpa basa-basi.

Riska melangkah maju dengan tangan gemetar, membawa amplop yang telah disiapkan. "Ini. Tapi aku ingin memastikan adikku baik-baik saja."

Pria itu tertawa kecil, penuh ejekan. “Kau pikir kau punya hak untuk bernegosiasi?”

"Aku tidak akan menyerahkan ini jika kau tidak membuktikan bahwa adikku masih hidup," Riska menegaskan, mencoba menutupi ketakutannya.

Pria itu mengangguk ke arah salah satu anak buahnya, yang kemudian mengeluarkan ponsel dan menunjukkan video singkat adiknya. Dalam video itu, adiknya terlihat duduk di kursi yang sama, dengan mata penuh ketakutan.

"Itu cukup," kata pria itu sambil mengulurkan tangannya. "Serahkan dokumennya."

Riska menatap Yuli sejenak sebelum menyerahkan amplop tersebut. Tangannya masih gemetar saat pria itu mengambilnya.

---

Namun, sesuatu terjadi yang tidak mereka duga. Salah satu pria itu melihat ke arah Yuli dengan curiga. "Apa kau mengenalnya?" tanyanya pada pria pertama.

“Apa maksudmu?”

“Aku yakin dia pernah terlihat dengan jurnalis itu di kafe minggu lalu,” kata pria itu, sambil menatap Yuli lebih tajam.

Yuli tetap tenang. "Kau pasti salah orang," katanya dengan nada datar.

Tapi kecurigaan itu sudah membuat situasi berubah. Pria pertama segera membuka amplop itu dan memeriksa dokumennya. Ekspresinya berubah dingin dalam hitungan detik.

“Kalian pikir bisa mempermainkan Aldo?” katanya dengan nada mengancam.

Riska dan Yuli langsung menyadari bahwa permainan mereka telah terbongkar. Salah satu pria menarik pistolnya, sementara yang lain mendekat ke arah mereka.

"Riska, lari!" teriak Yuli, mendorong Riska ke belakang sebelum semua menjadi kacau.

---

Riska berlari dengan sekuat tenaga, napasnya terengah-engah, sementara suara tembakan terdengar di belakangnya. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Yuli, tapi ia tidak punya waktu untuk memikirkannya. Satu-satunya hal yang ada di pikirannya adalah menyelamatkan diri dan menemukan cara lain untuk menyelamatkan adiknya.

Ketika ia hampir mencapai jalan besar, sebuah mobil hitam meluncur ke arahnya dan berhenti tepat di depannya. Pintu mobil terbuka, dan seorang pria keluar dengan wajah yang sangat dikenalnya.

“Aldo?” suara Riska hampir tidak terdengar karena rasa takut.

Pria itu tersenyum dingin. "Permainan ini sudah selesai, Riska. Sekarang, kau milikku."

1
merry jen
nyesall kmu do dh nuduhh Riska yg menghancurkan hdpy Riska,,bls tuu si claraa Dann selmtinn riskaa gk tau diculik sapa
Rika Ananda
keren
🌟~Emp🌾
aku mampir 🤗 semangat terus y 💪
🌟~Emp🌾
berarti Riska udah di targetkan?
🌟~Emp🌾
terserah lah, yg penting Riska di nikahi
🌟~Emp🌾
syukurlah dia mau tanggung jawab 🤦
🌟~Emp🌾
sungguh terlalu /Sob/
Delita bae
💪💪💪👍👍🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!