Aresha adalah gadis jenius, dia menyembunyikan identitas asli dan hidup sebagai Disha sejak kecil untuk menghindari ancaman musuh keluarga. Mengenakan kacamata tebal, Disha menutupi pesonanya dengan penampilan yang sederhana sambil diam-diam menyelidiki identitas musuh-musuhnya.
Suatu penyelamatan darurat, Disha berpartisipasi dalam penyelamatan nyawa pasien VVIP bernama Rayden, kemunculan Rayden membuat Disha menyadari adanya bau musuh yang muncul.
Di saat yang sama, karena Disha Rayden teringat pada gadis hilang yang dia cintai selama bertahun-tahun.
Tanpa sepengetahuan satu sama lain, keduanya mulai diam-diam mengawasi gerak-gerik masing-masing.
Apakah Rayden adalah musuh keluarga yang harus Disha hindari? Keterikatan macam apa yang terjadi di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGD Bab 29 - Kisah Yang Telah Lalu
"Kak," panggil Disha lirih, memastikan apakah pria ini sudah tertidur atau belum.
Namun beberapa detik menunggu tidak ada pula sahutan dari panggilannya itu, kedua mata Rayden nampak tenang tak ada sedikitpun pergerakan. Sementara genggaman pria ini pun semakin melemah.
Rayden kini memang sudah tertidur. Seperti menemukan tempat ternyamannya, membuatnya merasa tidak kesulitan untuk segera terlelap.
Perlahan, Disha menarik tangannya. Kemudian bangkit pelan-pelan dan berdiri. Mengambil jarak aman dari ranjang itu.
Belum berhasil, tapi cukup baik untuk hari ini. Setidaknya aku tidak lagi memanggilnya Tuan. Batin Disha. Dengan kedua matanya yang menatap Rayden. Kemudian menatap sekeliling kamar ini dan mencari sedikit petunjuk. Namun dia tidak menemukan apa-apa dan malah melihat pintu kamar itu terbuka, Samuel masuk.
Disha pun dengan segera menundukkan kepalanya memberi hormat. Lalu menjauh dari ranjang itu dan mendekati Samuel yang juga masuk ke dalam ruangan ini.
"Tuan Rayden sudah tertidur, saya akan permisi keluar," ucap Disha.
Dan Samuel tidak menjawab apa-apa, hanya menganggukkan kepalanya kecil.
Disha dengan segera keluar dari ruangan itu.
Waktu bergulir.
Hari pun berganti.
Hubungan Rayden dan Disha semakin dekat saja, kini bahkan selalu Disha yang menemani Rayden untuk berkeliling rumah sakit andai pria itu bosan, bukan lagi Dara.
Pernah sekali Rafaela pun menawarkan diri, namun Rayden menolak, dia hanya mau di dorong oleh perawat berkacamata itu.
Dan disaat hubungan mereka semakin dekat, Disha selalu tak punya sela untuk menanyakan tentang kancing jas itu, dia hanya selalu pura-pura tersenyum saat Rayden memperlakukannya dengan begitu manis.
"Kak," panggil Disha, saat ini mereka berada di taman. Selesai melakukan pemeriksaan rutin Rayden ingin pergi ke taman rumah sakit ini.
"Kenapa?"
"Apa ini milik kak Rayden?" tanya Disha, seraya mengulurkan sesuatu di dalam genggaman tangannya. Sebuah kancing emas bertahtakan burung elang hitam di dalamnya.
Semalam dia memutus benang yang menghubungkan kancing itu di jas Rayden yang ada di dalam lemari pakaian. Dia buat seolah benda itu jatuh.
"Aku menemukan di bawah lemari baju kak Rayden, tadi lupa mau menanyakannya langsung."
Dan melihat benda itu, Rayden dengan segera merampasnya dengan kasar. Pasalnya benda itu adalah barang berharga milik keluarganya. Hanya keturunan Carter lah yang boleh memiliki.
Bukan orang lain. Jika di dapatkan oleh orang yang salah, bisa saja digunakan untuk kejahatan, maka keluarga mereka lah yang akan menanggung beban.
"Jangan lancang, benda ini jatuh di kamar ku, jelas saja ini adalah milikku, kenapa kamu ambil?!" tanya Rayden dengan suaranya yang meninggi. Seketika malah diselimuti emosi. Baginya Disha terlalu lancang, menyadari latar belakang Disha yang hanya anak panti asuhan membuat Rayden malah curiga jika Disha berniat mencurinya.
Sementara Disha langsung menunduk, pura-pura tak berani bersuara.
"Maafkan saya Tuan," ucap Disha pula, bicara dengan suaranya yang lirih, kembali memanggil Rayden dengan panggilan Tuan, seolah dirinya memang tak pantas memiliki hubungan lebih dekat dengan pria ini.
Dan melihat ketakutan Disha membuat Rayden jadi tersadar jika dia telah keterlaluan. Dhisa hanya menemukan kancing ini namun dia sudah berpikir yang bukan-bukan.
Dilihatnya Disha yang meremat jemarinya sendiri, seolah sedang berusaha meredam rada takutnya sendiri.
"Maaf Sha, aku tidak berniat bersikap kasar, hanya saja benda ini sangat penting untukku."
"Maafkan saya Tuan, memang saya yang lancang. Saya telah melewati batas."
"Tidak, bukan begitu, tidak perlu diperpanjang." Rayden menarik tangan Disha dan digenggamnya erat, kembali merasakan tangan gadis ini yang begitu dingin.
"Maafkan aku."
"Maafkan saya Tuan."
"Berhenti memanggilku Tuan."
"Tidak, selama ini kita terlalu dekat, dan hal itu membuat saya lancang. Maafkan saya."
"Dish, sudah, jangan diperpanjang lagi. Duduklah, dengarkan aku." ucap Rayden, tanpa diminta dia pun menceritakan pada Disha kenapa kancing kecil ini sangat berarti untuk dia.
Kancing ini hanya dimiliki oleh keluarga Carter, turun temurun untuk setiap anak yang akan mengambil alih perusahaan keluarga mereka, Carter Kingdom.
Disha yang mendengar itu sangat paham, dia sudah lebih dulu mengetahui informasi itu dari Darco.
Tak sampai disana, Rayden pun menceritakan tentang kisah yang telah lalu, dulu jas milik ayahnya hilang dan membuat mereka dituduh yang bukan-bukan karena ada seseorang yang menggunakan jas sang ayah. Digunakan untuk mencelakai seseorang.
Deg! mendengar itu kedua mata Disha mendelik. Antara percaya dan tidak.
"Karena itulah aku harus menjaga benda ini baik-baik," ucap Rayden pula, mengakhiri ceritanya.
Sementara Disha tergugu.
yg ada malah gemes🤗
....gemes nginjak sampai gepeng
kecilnya kan baik banget.