Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 : Takdir selalu menemukan jalannya
Adiba menceritakan semua yang terjadi beberapa hari ini pada kakak dan kakak iparnya, termasuk yang sudah terjadi hari ini.
Menurutnya kakak dan kakak iparnya perlu tahu kesulitannya mengasuh Khansa. Bukan bermaksud mengeluh, tapi Ia hanya ingin mengungkapkan keluh kesahnya menghadapi Khansa jika Khansa sudah rewel menanyakan umma babanya.
"Oh ya, untung saja tadi ada..." Adiba menghentikan kalimatnya karena Ia lupa berkenalan dengan wanita yang sudah mengantarkannya ke rumah sakit.
"Maaf, nama kakak siapa ya?"
Shakila yang saat itu sudah menutup kembali seluruh wajahnya dengan burqa tersenyum dibalik burqa yang Ia kenakan.
"Saya Shakila," ucap Shakila menjawab pertanyaan Adiba padanya.
Shakila berniat langsung pulang setelah mengantarkan Adiba dan Khansa ke rumah sakit. Tapi, Adiba memintanya untuk tidak langsung pulang. Dan disinilah Shakila berada sekarang, di ruangan tempat Zahra dirawat.
"Nah iya, untung saja tadi ada kak Shakila yang mengantar kami kesini, jika tidak aku pasti sudah pusing menghadapi Khansa," jelas Adiba.
Anak kecil yang mereka bicarakan saat ini berada dalam gendongan babanya dan sedang tertidur pulas dalam dekapan hangat laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.
Khansa belum bangun lagi semenjak ketiduran di mobil Shakila. Bahkan Shakila lah yang menggendong Khansa sampai Khansa masuk ke ruangan ummanya dan diambil alih oleh babanya.
Shakila berani menggendong Khansa karena sudah mengganti pakaian basahnya. Tadi mereka mampir dulu ke butik Shakila supaya Shakila bisa berganti baju dan tidak kedingin.
Jika diperhatikan dengan seksama, warna pakaian Shakila sebelumnya sudah sedikit memudar karena sudah sering dipakai. Sementara pakaian yang Shakila pakai sekarang masih bagus dan baru.
"Maaf sudah merepotkanmu," ucap Zahra merasa tidak enak sudah merepotkan iparnya.
Jika saja Zahra tidak sakit-sakitan, Ia pasti tidak akan mau merepotkan Adiba. Namun, Allah menyayangi Zahra dan memberikan penyakit padanya. Sebagai seorang hamba, Zahra tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima takdir Tuhannya.
Zahra kemudian beralih menatap perempuan yang mengenakan burqa di hadapannya yang terasa tidak asing baginya, "kamu Shakila?"
"Iya, saya Shakila. Tadi saya tidak sengaja bertemu mereka," jawab Shakila.
Abian merasa ada yang mengganggu dalam hatinya mengetahui perempuan yang mengantarkan adik serta putrinya adalah perempuan yang sama yang Zahra inginkan menjadi istri keduanya.
Abian khawatir jika yang serba kebetulan ini adalah takdir dari Allah SWT. Ia takut jika Allah SWT memiliki rencana dan sengaja menginginkan Shakila masuk ke dalam hidupnya.
"Mas, Adiba disini?" suara itu menginterupsi mereka.
Adam menyelonong masuk ke dalam ruangan Zahra karena kesal dengan adiknya yang tidak mendengarkan ucapannya. Ia sudah meminta Adiba bersabar menunggunya sampai mobilnya selesai diperbaiki, tapi Adiba malah pergi tanpa memberinya kabar.
"Kamu gak bisa ketuk pintu dulu ya?" tegur Abian karena kedatangan Adam mengusik tidur putri kecilnya.
Beruntung Khansa tidak sampai bangun. Gadis kecil itu hanya sedikit menggerakan tubuhnya karena merasa terganggu oleh suara berisik yang Adam timbulkan.
"Maaf, mas," cicit Adam saat melihat gadis kecil yang sedang Abian gendong.
Adam tidak tahu keponakannya sedang tidur dan bersikap sembrono saking kesalnya terhadap adiknya yang kadang suka tidak mau mendengarkannya.
"Kenapa digendong, mas? kenapa tidak ditidurkan dulu Khansa nya?" tanya Adam berniat mengambil alih Khansa supaya keponakannya bisa tidur dengan lebih nyaman.
Adam tidak tega melihat Khansa tidur dengan posisi digendong oleh Abian. Pasti badan Khansa akan sakit jika terus dibiarkan seperti itu.
"Tidak apa-apa, biarkan saja. Takutnya Khansa malah bangun," perkataan Zahra membuat Adam mengurungkan niatnya mengambil alih Khansa.
Jika kakak iparnya sudah berkata seperti itu, Adam tidak bisa apa-apa selain menuruti kakak iparnya. Ia tidak tega melihat Khansa, tapi Ia juga tidak berhak untuk membantah kakak iparnya.
"Baiklah."
Mata Adam kini tertuju pada perempuan asing yang ada di ruangan kakak iparnya. Entah kenapa Ia merasa familiar dengan perempuan ini.
"Apa yang aku pikirkan? wanita yang memakai burqa tidak hanya gadis pemilik butik!" Adam segera menyangkal apa yang sempat terlintas dalam pikirannya saat melihat Shakila.
Adam diam-diam telah mengagumi seseorang. Ia tidak mengetahui nama, tempat tinggal, bahkan belum pernah melihat wajahnya. Tapi rasa kagumnya terhadap perempuan itu lumayan besar.
Saking kagumnya Adam terhadap perempuan tersebut, Ia bahkan sampai bisa mengenali perempuan yang dikaguminya saat mereka tanpa sengaja berpapasan di jalan atau dimanapun.
Sekarang, Adam merasakan hal yang sama saat melihat perempuan di depannya. Tapi sepertinya kali ini Ia sudah salah mengenali orang. Tidak mungkin juga perempuan yang dikaguminya berada disini.
"Jaga pandangan, kak. Astaghfirullah," tegur Adiba menyadari tatapan tidak biasa kakaknya.
Mereka adalah keluarga yang paham agama. Tidak ada satupun anggota keluarga mereka yang matanya jelalatan melihat yang bukan marham.
Adiba menegur Adam karena bagaimanapun kakaknya manusia biasa yang sering kali khilaf. Padahal selama ini Adam selalu menjaga pandangannya.
Adam langsung mengalihkan pandangannya setelah mendapat teguran dari Adiba, "astaghfirullahalazim."
"Oh ya, kenalkan ini Shakila, calon istri mas kalian," ucap Zahra tiba-tiba mengenalkan Shakila sebagai calon istri Abian.
Abian maupun Shakila belum setuju untuk menikah, tapi Zahra sudah mengklaim Shakila sebagai calon istri kedua Abian.
"Sayang!" Abian nampak keberatan dengan cara istrinya mengenalkan Shakila.
Tidak ada yang setuju untuk menikah, kenapa Zahra bicara seperti itu di depan adik-adik Abian?
"Apa maksudmu, mba?" tanya Adiba tidak mengerti.
Bagaimana bisa perempuan yang sudah mengantarkannya ke rumah sakit tiba-tiba menjadi calon istri kakaknya?
Bukannya menjawab pertanyaan Adiba, Zahra malah melemparkan pertanyaan pada Shakila, "Shakila, kamu mau kan menikah dengan suamiku?"
Shakila tidak tahu situasi seperti apa yang sedang dihadapinya sekarang. Ia juga bingung karena Zahra tiba-tiba saja menanyakan itu padanya.
"Kamu tahu kenapa kamu bisa ada disini?" Zahra kembali melemparkan pertanyaan pada Shakila yang masih terdiam kaku di tempatnya.
Shakila sama sekali tidak mengerti yang sedang Zahra bicarakan. Ia berada disana hanya karena rasa kemanusiaannya. Bukan karena ada hal lain.
"Allah sudah mengabulkan doa yang selama ini aku langitkan. Aku selalu meminta supaya kamu bisa menjadi istri kedua suamiku."
"Poligami bukan hal yang mudah, mba," ucap Shakila akhirnya merespon perkataan Zahra.
Shakila sempat berpikir memberikan peran ibu untuk Khansa. Tapi Ia belum memutuskan apapun sampai saat ini. Karena Ia tahu poligami bukan hal mudah.
"Aku tahu, tapi hidupku sudah tidak lama lagi dan kamu bisa memiliki mas Abian seutuhnya setelah aku meninggal nanti."
"Almeera!" Abian memanggil nama depan Zahra sebagai ungkapan bahwa dirinya tidak menyukai apa yang sudah Zahra katakan.
"Semua ini demi kebaikanmu, mas," Zahra menunjukkan senyuman dengan matanya.
Adam dan Adiba tidak bisa berkata-kata. Mereka terlalu terkejut mendengar apa yang sudah kakak ipar mereka bicarakan.
"Aku mengenal suara perempuan ini, jangan bilang..."
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk