Ayana Amalia seorang gadis berusia 19 tahun yang masih kuliah rela mengorbankan rahimnya untuk mengandung dan menjadi ibu surogasi anak dari seorang pasangan kaya raya untuk menebus hutang keluarganya dan mengobati penyakit ibunya,
namun kesalahan datang Proses ibu surogasinya gagal Ayana malah terikat cinta dengan tuannya hingga mengandung anak tuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nenahh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rumah ibu
Hari sudah mulai senja dimana matahari sudah berada di ujung bumi, kedua insan itu masih dalam perjalanannya, mobil yang melaju kencang di tengah menelusuri area perumahan sederhana.
"mas Ilham ini kan arak ke rumah ibuku." menatap Ilham lekat.
"Iya memangnya kenapa? Kamu ga mau ke rumah ibumu, kamu ga rindu?" pertanyaan terus terlontar tanpa jeda.
"mau banget mas, aku sudah rindu ibuku."
Senyum di wajahnya bersinar, membuat kebahagiaan tersendiri di dalam diri Ilham saat melihat gadis di sisinya tersenyum bahagia.
Semalam memang dia membuat ayana harus kehilangan kesuciannya, tapi itu semua tidak dalam keadaan sadar.
walaupun hati kecilnya sudah mulai menyukai Ayana tapi dia tau posisinya sekarang adalah seorang suami dan CEO ternama.
bukan tidak berani bermain wanita, tapi dalam pernikahan ini dia sangat menghormati istrinya sangat percaya akan kesetiaan Marta, tapi siapa sangka istrinya malah bermain api dengan pria lain.
"tok, tok, tok," suara ketukan pintu, "ibu"
"Ayana, kamu ko kesini bukannya kamu lagi kerja ko malah pulang." jawab Bu Dewi dengan pelukan hangat yang sangat merindukan anak tunggalnya.
"iya Bu, Ayana udah izin buat ke rumah ibu, Ayana rindu ibu."
"ibu juga sangat merindukan mu nak," tapi kata-katanya terhenti saat melihat pria di belakang Ayana, "dia siapa nak."
"oh iya Bu ini mas Ilham, suaminya mbak Marta, sekalian anterin Ayana.
"ya ampun, maaf ya pak, ibu baru lihat baru ketemu." antusias Bu Dewi menyambut tamu kehormatan hari ini.
Sebenernya Ilham sudah pernah melihat Bu Dewi namun waktu itu Bu Dewi belum sadarkan diri masih dalam pengaruh efek bius pasca operasi.
"nak, tolong bantu ibu di dapur ya, sebentar lagi waktunya makan malam, kita makan malam bersama pak Ilham." Bu Dewi mengajak Ayana masak untuk pak Ilham kebetulan asisten rumah tangga sedang pulang kampung keperluan mendadak.
"kalau tidak terburu-buru bolehkah pak Ilham berkenan untuk makan malam disini."
"Tentu bu dengan senang hati, kesempatan seperti ini tidak akan terulang lagi." jawabannya mengarah untuk Bu Dewi namun matanya mengarah kepada gadis itu sambil Tersenyum manis semanis gula.
"Bu, ibu istirahat aja biar Ayana yang masak toh sudah lama Ayana ga masakin buat ibu," sambil memapah ibunya untuk beristirahat dikamar, Ayana langsung bergegas ke dapur untuk membuat makan malam.
Tiba-tiba Ilham menghampiri Ayana yang sendirian di dapur melingkarkan tangannya ke pinggang Ayana dari belakang, berbisik lembut di telinga nya.
"Perlu aku bantu?" sambil mencium pipi Ayana.
"Mas, jangan di sini, nanti ibu liat gimana,?"
"lalu bolehnya di mana?" mempererat pelukannya, " ayo kita ke hotel."
"maksudnya jangan seperti ini, kita bukan siapa-siapa"
Mulutnya berkata tidak mau, tapi tubuhnya tidak bisa dibohongi bahkan dia nyaman saat dipeluk Ilham, aroma tubuh pria ini begitu candu, membuatnya enggan untuk jauh.
"Kau mau aku jadikan siapa-siapa nya aku, agar kita bisa bersama," masih terus menciumi pipi Ayana.
Tangannya mulai aktif di area favorit Ilham yaitu dua bukit yang menjulang, dan Ayana kini sudah tidak bisa lagi menyeimbangi kesadarannya dia terbawa candu oleh laki-laki yang berstatus tuannya itu.
"Bukan gitu mas, kamu sudah memiliki mbak Marta, dan aku tidak mau dengan pria beristri."
"Aku bisa menjadikanmu istriku dan aku akan membahagiakan mu" kini tangannya mulai turun ke arah celana jeans Ayana.
"Mas stop, please," Ayana mempertegas suaranya.
Ilham pun terpaksa menyudahi kegiatannya,
satu jam telah berlalu, Bu Dewi dan Ilham sedang asyik mengobrol di meja makan yang mengarah ke dapur, tempat Ayana masak.
"makan malam siap" Ayana membawa nampan yang berisikan nasi dan beberapa lauk.
"Waaahh, kelihatanya menggoda" Ilham antusias mengambil piring ingin segera menyantap masakan Ayana sebelum tuan rumahnya menawari.
Ayana tertawa melihat tingkah Ilham yang seperti kanak-kanak.
"ayo mari pak silahkan di cicipi makanan sederhana kami."
Satu suapan mendarat di mulut Ilham dia merasakan sesuatu yang baru dia rasakan, merasa baru kali ini menemukan masakan Ter enak di muka bumi ini.
"Eeeeemmmm, enak banget masakan kamu Ayana" Ilham melahap tiada henti seperti seorang yang tengah kelaparan tidak mendapatkan makanan beberapa hari.
padahal lauk yang tersaji hanya ayam goreng sambal dan tempe goreng, beda dengan makanan yang biasa Ilham makan semuanya makanan mewah restoran bintang lima.
setelah selesai makan.
Ilham terdiam sejenak melihat perbedaan Marta dan Ayana sungguh bagaikan langit dan bumi.
bahkan Ayana tidak pernah masuk dapur, selalu dengan kemewahan.
Jangankan masakan Marta, bahkan aku belum pernah mencicipi kopi atau teh buatannya.
aku di layani hanya sebatas di ranjang.
malam semakin larut menunjukan jam 12 malam, namun tamu yang satu ini tidak mau melangkahkan kakinya untuk pulang.
"Ayana kamu mau menginap disini?" tanya Ilham
"Memang boleh mas" antusias.
" tentu, mengapa tidak."
"Makasih banyak mas Ilham"
lagi-lagi Ilham di buat bahagia karna melihat Ayana bahagia telah di izinkan Menginap di rumahnya.
"Pak Ilham mau menginap juga disini?, kami masih ada satu kamar tamu" tanya Bu Dewi "pulang pun sudah terlalu larut."
Bu Dewi malah menawarkan serigala menginap di kandang ayam, jelas si serigala tidak akan menolaknya.
"Kapan lagi aku bisa berdekatan dengan Ayana, sementara besok Marta sudah pulang." gumamnya dalam hati, dia kegirangan karna malam ini bisa dapat kesempatan untuk dekat dengan Ayana.