Dibesarkan dalam sebuah organisasi rahasia, membuat dua orang gadis dan dua orang pemuda tumbuh menjadi pembunuh berdarah dingin, masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda.
Chu Haitang adalah seorang dokter ajaib, dia menguasai berbagai macam pengobatan modern maupun tradisional.
Bao Yunceng adalah seorang ahli penempaan senjata, dia sangat lihai dalam membuat berbagai macam benda yang mematikan.
Liu Jinhong adalah seorang ahli strategi sekaligus ahli pedang, jurus-jurusnya terlihat sangat lembut, namun mematikan.
Rong Siyue adalah seorang ahli menundukkan binatang, dia sangat pandai dalam mata-mata dan menyusup.
Keempat orang tersebut dipertemukan pada saat berusia 5 tahun, mereka hidup sebagai saudara dan saling melindungi satu sama lain. Bekerja di bawah naungan seorang tuan yang misterius sekaligus kejam, membuat mental dan pemikirannya berbeda.
Bagaimana jika keempat orang tersebut mengalami perpindahan waktu? Masih bisakah mereka menjadi saudara yang rukun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JEPIT RAMBUT EMAS
Chu Haitang hanya terkekeh geli melihat kelakuan kakak perempuannya yang lebih dewasa dibandingkan umurnya sendiri, dia yang telah hidup lebih dari 25 tahun, menjalani pasang surut kehidupan, bertarung dalam berbagai situasi dan keadaan, mempersiapkan berbagai macam ramuan-ramuan herbal ataupun mencampur racun, namun pada kehidupan keduanya, ia berpikir untuk sedikit menikmati hidup dan bersantai.
Tidak ada salahnya menjadi ikan asin..
"Pergi bantu nenek memasak, kakak akan membereskan tempat tidur!" ucap Chu Yunling, dia membagi tugas dengan adik perempuannya.
Chu Haitang menganggukan kepala, lagi pula dia benar-benar sangat malas untuk berbenah, lebih baik berkreasi dengan masakan, selain bisa mencicip, ada kebanggaan tersendiri di hati gadis kecil itu, ketika makanan yang dibuatnya dinikmati oleh seluruh anggota keluarga.
"Sepakat!" ucap Chu Haitang sambil tertawa, dia melangkah riang dan bersiap membuat menu istimewa.
Pei Yuwen hanya menggelengkan kepala melihat tingkah gadis kecil itu, hatinya menghangat setiap kali melihat senyuman di wajah putra-putrinya. Meskipun selama ini mereka hidup di bawah garis kemiskinan, namun kasih sayang dan kebersamaan yang terjalin begitu erat.
Chu Haitang mulai melihat bahan-bahan yang tertata rapi di sana, matanya tiba-tiba saja berbinar melihat kentang, dia telah lama tidak memakan kentang goreng, akan lebih baik jika camilan kecil ini dinikmati bersama teh.
Lao Shi baru saja akan membantu, namun gadis kecil itu segera menolaknya. "Nenek, lebih baik anda beristirahat, masalah makanan serahkan padaku."
"Apa kau yakin?" tanya Lao Shi, sejak tinggal di dalam goa, tubuh wanita tua itu menjadi semakin bugar dan sehat. Entah karena makanan yang dibuat oleh Chu Haitang sangat lezat dan bergizi, ataupun ada alasan lain yang tidak diketahui. Yang pasti wanita tua itu sangat bersyukur atas berkah dan bimbingan yang diberikan oleh Dewa tua kepada cucu kecilnya.
"Tentu saja!" Chu Haitang menjawab dengan cepat.
"Baiklah, jika kau butuh bantuan, nenek ada di depan!" ucap Lao Shi sambil berdiri, dia berjalan ke arah Pei Yuwen yang sedang menjahit.
Sementara Chu Yunling berdiri dengan kaku di depan tempat tidur yang sebelumnya digunakan oleh Song Jingchen dan Zhao Gong, dia menemukan sesuatu di balik selimut salah seorang pemuda asing itu, karena penasaran, Chu Yunling segera membukanya, matanya tiba-tiba saja membulat saat menatap jepit rambut emas.
"Ini, ini, tidak mungkin kan pemuda itu meninggalkannya di sini? Jepit rambut emas sangat mahal dan bernilai ribuan perak!" gumam Chu Yunling.
Setelah beberapa saat, gadis itu melipat selimut dan kasur lantai, kemudian menyimpannya di sudut lain. Dia juga sengaja menggunakan sisa-sisa jerami sebelumnya, untuk menambah ketebalan tempat tidur yang digunakan oleh kedua orang tua dan juga neneknya.
Melihat Chu Yunling yang berdiri dengan linglung, Lao Shi dan Pei Yuwen menyipitkan matanya. "Yunling, ada apa?"
Chu Yunling tersentak kaget, setelah menormalkan kembali reaksi wajahnya, gadis itu mendekat ke arah sang ibu, kemudian menyerahkan jepit rambut emas yang ditemukannya. "Ibu, lihatlah! Pemuda itu meninggalkan jepit rambut emasnya di tempat tidur,"
"Apaaa?" wajah Pei Yuwen dan Lao Shi berkedut mendengar ucapan gadis itu, mereka telah hidup jauh lebih lama dibandingkan dengan Chu Yunling dan Chu Haitang, sehingga mengetahui maksud dari salah seorang pemuda itu.
Tidak semata-mata seseorang meninggalkan jepit rambut emas, kecuali dia memiliki minat terhadap salah seorang anak perempuan dari keluarga mereka, jika di ingat-ingat, Chu Yunling selalu menyendiri dan tidak pernah berbicara dengan siapapun, berbeda dengan Chu Haitang yang bergaul dengan sangat baik, dia bahkan mendapatkan token dan giok dari seorang pemuda kaya yang menyebut dirinya Song Jingchen.
Batuk!
Lao Shi mengambil jepit rambut itu, kemudian melihatnya dengan teliti. Bentuknya sangat indah, ada ukiran bunga di belakangnya. Sepertinya pemilik jepit rambut itu benar-benar sangat kaya.
"Nenek akan menyimpannya, saat bertemu dengan pemuda itu nanti, kita bisa mengembalikan jepit ini padanya!" ucap Lao Shi, dia berjalan ke arah tempat tidurnya dan mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil.
Mendengar keributan dari dalam goa, akhirnya Chu Rong dan Chu Wentian memutuskan untuk masuk, kedua orang pria berbeda usia itu memicingkan mata melihat jepit rambut emas di tangan Lao Shi, sudut bibir Chu Wentian berkedut sambil menunjukkan tatapan penuh ejekan.
"Pemuda itu sengaja meninggalkan jepit rambutnya di tempat tidur, ayah, sepertinya kita harus mulai mengasah sabit dan parang!" ucapnya, membuat semua orang langsung tertegun.
"Jangan khawatir, adik perempuanmu baru saja mengajarkan ayah cara membuat busur dan anak panah, jika babi hutan itu datang dan berniat untuk menculik harta berharga kita, dia harus tahu siapa pemiliknya!" jawab Chu Rong, wajahnya berubah hijau dan ungu.
"Ya, dia makan banyak terakhir kali, keluarga kami belum menghitung akun!" tambah Chu Wentian.
Chu Rong mendengus, "Lupakan soal makanan, jika dia berani mencuri putriku, ayahmu pasti akan melemparnya dengan kotoran. Huh!"
Lao Shi, Pei Yuwen dan Chu Yunling terdiam mendengarkan celotehan kedua pria itu, sepertinya mereka makan lebih banyak cuka di banding gula, sehingga mulutnya menjadi sangat masam.
Lao Shi melotot, dia nampak tidak puas dengan putra tunggalnya itu. "Apa maksudmu? Kau ingin kedua putrimu tidak menikah dan menjadi wanita tua? Dasar bodoh!"
Chu Rong bersenandung, "Keluarga kami di lindungi dewa tua, dia juga pasti tidak puas dengan pemuda itu."
"Itu benar nenek, aku akan bekerja lebih keras di masa depan, sehingga bisa melindungi kedua adik perempuan, mereka tidak perlu menjadi menantu keluarga mana pun." Chu Wentian tak mau kalah.
Harta keluarga mereka di incar pemuda asing, siapa yang akan terima? Biarkan saja leluhur merangkak keluar dari dalam tanah dan memberikan pelajaran kepada pemuda itu, lagi pula siapa yang menyuruh dia tertarik kepada adik perempuannya? Ada begitu banyak gadis cantik di luaran sana, kenapa harus memilih putri kecil dari keluarga Chu mereka?
Chu Wentian melirik ke arah Pei Yuwen, "Ibu, berikan aku lebih banyak uang, aku ingin pergi ke kota untuk membeli sesuatu,"
"Barang apa yang ingin kau beli, sehingga menghabiskan banyak uang?" tanya Lao Shi sambil cemberut.
"Aku harus membeli dupa, mulai besok, aku akan membakar dupa lebih banyak untuk dewa tua dan leluhur, huh! Pemuda itu tidak di perbolehkan membawa adik perempuan dari rumah Chu kami!" ucap Chu Wentian.
Lao Shi memukul dahinya sendiri, "Dasar cucu kurang ajar! Kau ingin menyulitkan leluhur dan dewa tua hanya karena seorang pemuda tertarik pada adikmu? Kemari! Aku harus menghajarmu!"
Melihat wanita tua itu melepas sepatunya, Chu Wentian segera bersembunyi di belakang tubuh Chu Rong. "Nenek, aku hanya menjalankan tugas sebagai anak dan juga kakak yang baik, adik perempuan kami di besarkan dengan susah payah, dan dia ingin mencurinya. Bukankah pemuda itu terlalu berwajah tebal? Dia bahkan tidak memberikan upah pada Haitang yang sudah repot-repot mengobatinya."
Wajah Lao Shi semakin hijau, dia berjalan dengan sangat lincah. "Kemari! Jika aku tidak memukul pantatmu, kau hanya akan tumbuh menjadi pemuda bodoh!"