Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Lasya terus terpikirkan akan perubahan sikap Andrian tadi yang secara tiba-tiba. Baginya itu sangat aneh!
Bahkan saat ini dia sudah tertidur tanpa mengucapkan selamat malam kepadanya.
" Kenapa mas Andrian tadi bersikap baik di depan mama ya? Apa sebenarnya mas Andrian itu juga suka dengan ku, tapi dia masih malu untuk mengatakannya."
Hati Lasya berkata-kata sendiri. Karena masalah sepele ini, dia bahkan sampai tidak bisa tidur hingga larut malam.
Dia menoleh, mengubah posisinya menjadi menghadap Andrian. Dia tatap wajah Andrian hingga beberapa saat. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk ikut tidur juga.
Pukul 2 malam.
Deringan telepon Andrian terus berbunyi. Tapi antara Lasya dan Andrian terus tidur dengan begitu nyenyaknya seolah sama sekali tak terganggu dengan suara ponsel yang mengalun.
" Andrian Andrian. Berani sekali kamu mengacuhkan telepon dari ku."
Bianka sangat kesal sekarang. Sudah puluhan kali dia menelpon Andrian, kekasihnya. Tapi teleponnya sama sekali tidak ada yang di angkat.
Kekesalan terlihat begitu jelas di raut wajahnya. Dia memukul-mukul bantalnya sendiri dengan seluruh kekuatannya. Andaikan saja papa Hendrik tidak ikut campur, dia pasti sudah menyusul Andrian sekarang.
" Apa yang harus aku lakuin. Aku tidak bisa diam terus seperti ini. Bisa gawat kalau sampai wanita culun itu hamil. Posisi ku pasti akan semakin tersingkirkan! Aku harus mencari cara, ya... aku nggak bisa diam saja seperti ini. Andrian milik ku, dia adalah milik ku."
•
Cahaya cerah di luar sana terlihat menyinari bumi. Sepasang suami-istri masih tertidur dengan sangat lelap. Bahkan untuk pertama kalinya, sepasang pasutri ini tidur dalam pelukan kehangatan. Mereka saling memeluk satu sama lain, layaknya sepasang suami-istri yang harmonis pada umumnya.
Jam terus berputar.
Jarum jam sudah menunjuk pada angka 7 pagi. Andrian mengerjapkan mata, dia bangun terlebih dulu.
Napasnya seketika tertahan. Kaget sekali saat melihat dirinya dan Lasya berpelukan. Bahkan lebih kagetnya lagi tangannya memeluk Lasya juga.
" Apa yang terjadi tadi malam."
Dia bertanya dalam kediaman. Dia terus menatap Lasya dengan raut kebingungan.
Matanya melebar, tangannya segera dia tarik menjauh saat Lasya bergerak.
Andrian buru-buru bangun. Dia duduk dengan muka yang dia tutupi dengan ke dua telapak tangannya.
" Apa yang sebenarnya terjadi. Apa.aku tadi malam mabuk lagi dan melakukan hubungan dengannya? Tidak mungkin tidak mungkin. Seingat ku, aku tidak minum alkohol apapun."
" Tapi... kenapa bisa aku sedekat itu dengan dia."
" Ini pasti ulah Lasya. Dia pasti diam-diam menarik tangan ku dan membuatku memeluknya. Ya, ini ulah dia."
Dia menoleh, menatap sinis Lasya. Dengan kesal dia berdiri dan menuju kamar mandi.
Lasya terbangun saat suara air dia dengar. Dia pun duduk dan menguncir rambutnya.
" Mas, kamu sudah bangun ya."
Dia mencoba berteriak dan berbicara dengan Andrian. Tapi Andrian hanya diam. Jadi Lasya berpikir mungkin saja Andrian tidak mendengarnya.
Lasya pun berdiri. Dia menata bantal serta selimutnya. Ya walaupun di ganti setiap hari, setidaknya pelayan di sini tidak melihat kamar ini berantakan.
Sembari menunggu Andrian. Lasya memilih berolahraga ringan di Balkon. Udara pagi di wilayah ini sangat lah sejuk. Sangat jauh berbeda dengan udara di kota.
Lasya menyatukan kedua telapak tangannya. Berolah raga dengan menggerakkan tangan ke kanan-kiri. Setelah ini, dia menggerakkan lehernya. Mengendorkan otot-otot kaku di sekitar sana.
Andrian keluar dari kamar mandi. Dia menunduk dengan tangan mengusap rambutnya yang masih sedikit basah. Langkahnya langsung terhenti, saat dimana dia secara tidak sengaja melihat paha Lasya yang terekspos dengan sempurna akibat piyama tidurnya yang naik ke atas.
Andrian membeku, bahkan jakunnya bergerak naik-turun.
" Mas.."
Lasya yang merasa ada memperhatikan langsung menoleh. Ternyata benar saja, Andrian ada di belakangnya walau dengan jarak yang jauh.
Andrian mengalihkan pandangannya, berpura-pura melanjutkan mengusap rambutnya.
" Kamu sudah selesai mas."
" Hem."
" Aku mandi dulu. Kamu tunggu aku ya, kita ke bawah sama-sama."
" Cih, kamu kira kamu pikir kamu penting. Aku nggak sudi nunggu-nunggu kamu."
Bibir Lasya seketika manyun. Tapi dia tidak marah.
" Jangan begitu, aku mandinya nggak akan lama kok. Kamu tunggu aku ya, ingat jangan turun dulu."
Lasya berlari kecil. Meninggalkan Andrian begitu saja.
Lima belas menit sudah, Lasya sudah menyelesaikan mandinya dan keluar dari kamar mandi. Tapi apa yang dia lihat. Nyatanya Andrian tidak menunggunya.
Demi bisa menyusul, Lasya bergegas memakai baju dan menggunakan skincare dan me make up wajahnya tipis. Setelah selesai dia langsung keluar kamar dan hendak menghampiri Andrian.
Lasya sudah berjalan kesana kemari. Tapi di sisi manapun dia tidak bisa menemukan Andrian.
" Dimana mas Andrian? Kenapa dia tidak ada di mana-mana."
Lasya menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Dia bingung mau mencari suminya kemana. Sedangkan di vila ini tidak ada orang lain selain dirinya dan Andrian.
" Apa mas Andrian sudah sarapan ya."
Lasya kembali masuk. Dia melihat ke atas meja makan. Terlihat semua masih tertata rapi, itu artinya makanan ini belum tersentuh sama sekali.
" Mas Andrian sebenarnya dimana. Kenapa dia nggak nunggu aku di meja makan saja."
Lasya mengedarkan pandangannya. Tetap berusaha mencari Andrian.
" Coba aku keluar saja deh. Siapa tau mas Andrian di luar."
•
" Aku ketiduran."
" Kamu ketiduran? Kamu bilang ketiduran. Bisa-bisanya kamu disana tidur dengan tenang, sedangkan aku di sini terus gelisah mikirin kamu Andrian."
" Ck,memangnya ada apa."
" Kamu kapan pulang An. Aku sangat merindukan mu. Apa kamu nggak kangen sama aku."
Andrian diam, dia tidak menjawab ucapan Bianka.
" Andrian, ada sesuatu hadiah yang mau aku berikan padamu. Aku harap kamu segera pulang."
" Hadiah? Hadiah apa?" Andrian membalas dengan ke dua alis yang sedikit bertaut.
" Pokoknya ya hadiah. Makanya kamu pulang. Aku nggak akan mengatakan di sini, aku mau memberikan hadiahnya secara langsung."
" Ya terserah."
" Kamu buruan pulang ya, aku sudah sangat kangen kamu. Aku nggak sabar ingin bertemu kamu."
" Iya."
Tanpa Andrian sadari, ternyata Lasya mendengarkan perbincangan mereka. Saat ini dia sedang bersembunyi di balik pohon. Dia menahan rasa sesak serta kecemburuannya.
" Kamu nanti pulang ya. Aku akan tunggu kamu. Aku juga punya gaya baru lo."
" Maksut mu."
" Aku punya gaya baru buat olah raga ranjang kita." Ucap Bianka dengan mengedipkan satu mata. Dia mencoba menunjukkan wajah menggoda serta imutnya.
" Jangan keras-keras nanti ada yang dengar."
Andrian menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan kalau tidak ada orang lain selain dia.
" Kenapa, kamu kok kayaknya takut banget sih. Lagian kan aku memang bicara fakta. Aku lah wanita yang kamu cintai Andrian. Hanya aku lah wanita yang bisa menemanimu saat bercin..."
" Stop.."
Andrian mengangkat telapak tangannya. Menunjukkan kepada Bianka agar wanita ini mau berhenti bicara. Sedangkan Bianka langsung terkekeh kecil saat melihat kegugupan di wajah Andrian. Sebenarnya dia sendiri tidak mengerti kenapa Andrian bisa ketakutan. Sedangkan pada kenyataannya dia tidak punya rasa apapun kepada Lasya, lantas alasan apa lagi baginya untuk takut.
" Aku tutup teleponnya dulu. Aku mau sarapan."
" Baiklah An. Selamat makan yan sayang ku. Segeralah pulang, aku sangat-sangat menunggu mu."
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Andrian langsung mematikan sambungan telepon ini begitu saja.
Dia berbalik dan hendak menuju ke Vila.
•
" Mas...kamu darimana saja. Aku dari tadi nyariin kamu lo."
Layaknya istri yang manis dan baik. Lasya berdiri dan menyambut kedatangan Andrian di meja makan.
" Kamu mau makan apa mas?"
" Terserah."
Sikap dingin Andrian sudah kembali lagi.
" Kamu tadi dari mana mas? Kenapa nggak nunggu aku." Lasya bertanya dengan tangan yang tetap bergerak mengambilkan makanan.
" Bukan urusan mu. Lagian kita nggak sedekat itu, untuk apa aku menunggu mu."
Deg...
Lasya sesaat terdiam. Dia beberapa detik membeku akibat ucapan Andrian yang seolah membuat dinding penghalang di antara mereka. Kenapa?