***^^ Cerita ini adalah kisah nyata.
Nama tempat dan tokoh dalam cerita hanya samaran semata, serta ada tambahan-tambahan bumbu di dalamnya. Selamat membaca 🤗🤗 ***^^
Yulia Kinanti, wanita cantik asal desa yang menikah dengan seorang laki-laki dewasa asal kota yang bernama Rama Bagaskara 45 tahun. setelah mereka menikah, Yulia di boyong ke rumah suaminya yang ada di kota.
Namun siapa sangka, sang suami ternyata mempunyai anak laki-laki yang sudah dewasa, dia bernama Dewangga Arya Bagaskara 23 tahun yang seorang mahasiswa.
Dewangga Jatuh hati terhadap ibu tirinya sejak pertama kali melihatnya. namun, Angga berusaha untuk menahannya dan melupakannya, akan tetapi rasa itu tidak bisa di hilangkankan dan justru semakin besar. membuat Angga gila dan melakukan banyak cara untuk mendapatkan hati ibu tirinya. bagaimana kah kisah mereka selanjutnya. ? yuk terus ikuti ceritanya ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ~ Dewi KEGELAPAN ~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Yulia memejamkan mata untuk meresapi setiap sentuhan lembut benda yang tak bertulang itu. Angga sendiri semakin bersemangat menyesap bibir yang sudah menjadi candunya itu. Keduanya bahkan lupa saat ini sedang berada di mana. Bisa saja bik Ijah atau Rama memergoki mereka.
" Eh, maaf.! "
Benar saja, tiba-tiba terdengar suara Bik Ijah. Tampaknya wanita itu terkejut saat mendapati Angga dan Yulia saling berciuman. Wanita yang sedang membawa nampan, yang terisi teh dan bubur pesanan Rama itu harus rela membalikkan tubuhnya, agar tidak kembali menyaksikan tontonan live di depan mata.
Jantung Bik Ijah berdegup kencang, antara rasa kaget dan juga takut, jika Angga sampai marah kepada dirinya, karena sudah sangat lancang masuk ke dalam kamar Yulia.
Angga menjauhkan wajahnya, tapi dia tak terlihat panik sama sekali. Berbanding balik sama Yulia, wanita itu semakin pucat saat Bik Ijah memergoki perbuatan mereka yang menjijikkan.
Mungkin setelah ini, Bik Ijah akan memandang sinis kepada dirinya. Bahkan statusnya saat ini adalah istri Rama ayah dari Angga.
" Bik apa yang kamu lihat ?. " Suara berat Angga mampu membuat peluh bik Imah mengucur deras dari pelipisnya ke lehernya, apalagi jika harus menatap mata Angga yang sudah terlihat marah dan melotot itu. Terus terang saja, bik Imah takut setengah mati.
" Maaf, Bibik tidak melihat apa-apa Den." gemetar rasanya tubuh bik Ijah, bahkan kalau saja dia tidak tahan, dia pasti sudah terkencing-kencing.
" Kenapa tidak mengetuk pintu terlebih dahulu. Apa bibik sudah kehilangan sopan santun.? " Angga sudah berdiri di belakang bik Imah yang hanya bisa menunduk takut. Angga berdiri dengan santai sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.
" Maaf Den, bibik kira Nyonya sedang tidur, bibik tidak tau kalau ada Den Angga di sini. " Ucap Bik Ijah.
" Apa yang bibik lihat. ?"
" Tidak ada Den. "
" Awas kalau bibik sampai buka mulut, saya akan pecat bibik tanpa pesangon. Dan saya akan pastikan tak ada yang mau menerima bibik bekerja di rumahnya.
Bik Ijah menelan salivanya kasar, tentu saja dia takut dengan ancaman Angga. Karna dia tau siapa Angga sebenarnya. Apa lagi dia sudah sangat nyaman berada di sini, Angga adalah majikan yang baik dan pengertian.
" Iya Den, bibik mengerti. "
" Baiklah bik, lupakan saja apa yang sudah bibik lihat. "
" Baik Den. "
" Aku akan berikan bonus lima kali gaji buat bibik. "
Mata bik Ijah sontak membola, begitu juga dengan Yulia. Di atas ranjang wanita itu hanya bisa memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Memang Angga tak pernah main-main dengan ucapanya, meskipun dia hanya mahasiswa, tapi dia memiliki segalanya tanpa campur tangan ayahnya.
" Aduh, terimakasih banyak Den. " wajah bik Ijah berseri-seri. terngiang-ngiang dengan pundi-pundi uang yang akan ia terima. Lima kali gaji, kalau satu kali gaji 5 juta, berati dia akan mendapatkan 25 juta sekaligus secara cuma-cuma.
Ya ampun, tapi dosa nggak ya, menerima suap seperti ini. Tapi, masa bodoh lah, yang penting aku dapat uang. Batin bik Ijah. di dalam dadanya terus saja bergejolak antara takut dan senang.
" Yasudah, letakkan saja yang bibik bawa ke atas nakas." Titah Angga.
Dengan patuh bik Ijah membawa nampan yang sejak tadi ia pegang, untuk di letakkan di atas nakas, yang berada tepat di sebelah ranjang. bik Ijah tersenyum canggung, saat tak sengaja bersirobok dengan mata Yulia.
Begitu juga dengan Yulia, dia bahkan tidak tau harus berbuat apa saat ini. Yulia membalas senyum bik Ijah, tak kalah canggung. Setelah selesai dengan tugasnya, bik Ijah segera bergegas pamit undur diri.
" Permisi Den, non. "
" Hm. "
" Iya bik, makasih. "
Yulia melotot tajam ke anak tirinya, saat bik Ijah sudah menghilang dari pandangan matanya. " Gara-gara kamu, aku malu sama bik Ijah. " Yulia cemberut.
Angga terkekeh, di matanya Yulia tampak lebih menggemaskan saat memajukan bibirnya seperti itu. Pemuda itu meraih mangkuk yang terisi bubur yang masih hangat, dan duduk di tepi ranjang.
Angga meletakkan mangkuk itu di kasur, dan membantu Yulia untuk duduk menyandar di kepala ranjang. Tak lupa Angga meletakkan bantal di sepanjang punggung wanita cantik itu, agar merasa nyaman.
" Makan dulu ya, aku suapi." Angga tersenyum lembut dan menyodorkan sesendok bubur tepat di depan mulut Yulia.
Yulia membuka mulut tanpa protes. Ada rasa haru dengan ketulusan laki-laki dingin seperti Angga. Bahkan Yulia nyaris tak bisa menelan bubur yang sudah masuk ke dalam mulutnya, serasa nyangkut di tenggorokan.
" Kenapa kamu seperti ini, Angga. ?" Lirih Yulia.
" Karena aku sangat mencintai kamu. " Angga tersenyum, seraya terus menyuapkan bubur ke mulut mungil Yulia.
" kenapa kamu mencintaiku?, padahal banyak wanita di luar sana yang lebih dari aku. " Ujar Yulia.
" Cinta tak butuh alasan, kenapa dan bagaimana.? Yang pasti aku merasa nyaman saat berada di dekatmu, aku merasa lebih bersemangat menjalani hidup ini." Angga mengusap sudut bibir Yulia yang terkena bubur.
Ada jutaan kupu-kupu yang berterbangan di dalam hatinya. Kenapa Angga bisa begitu manis kepadanya. Apa memang setiap wanita dia perlakukan dengan cara yang sama.?
" Aku punya suami Angga, dan kamu tau sendiri siapa suamiku. "
" sayangnya aku nggak peduli. Ayah bisa mencari wanita lain di luar sana, tapi aku tidak akan bisa. " Angga meletakkan mangkuk yang masih tersisa setengahnya. Dengan telaten Angga membantu Yulia untuk minum teh hangat yang di bawa bik Ijah tadi.
" Terserah kamu deh, kepalaku makin pusing berdebat yang tak ada habisnya sama kamu. " aku mau istirahat saja."
Yulia kembali merebahkan tubuhnya, sungguh berbicara dengan Angga membuat kepalanya semakin pusing dan juga panas dingin. Sikap keras kepalanya sang anak tiri sungguh tak ada penawarnya.
Angga hanya tersenyum kecil, lalu membantu Yulia memasang selimut di tubuhnya. Setelah memastikan Yulia terlelap, pemuda itu beranjak menuju sofa dan menghempaskan bokongnya di sana.
*****
Sementara itu di kantor tempat Rama bekerja, tampak laki-laki itu tengah sibuk dengan beberapa berkas yang harus dia periksa. Bahkan sampai jam satu siang dia belum sempat mengisi perutnya.
Sebenarnya Rama sangat memikirkan sang istri, entah bagaimana kabarnya hari ini, Rama juga belum sempat menelepon Angga. Hanya saja selama Angga belum menghubungi dirinya, dia anggap Yulia baik-baik saja. Semoga sang istri cepat sembuh seperti sedia kala.
" Sayang, kamu belum makan siang bukan. ?" Silvia masuk dengan membawa satu paper bag, entah apa isinya. Bahkan Rama tak ada waktu sedikit pun untuk meliriknya walau sebentar saja. Laki-laki itu sebenarnya sangat kesal, melihat sang wanita yang masih saja mengganggunya.