NovelToon NovelToon
Legenda Pendekar Dao Pedang

Legenda Pendekar Dao Pedang

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi Timur / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Epik Petualangan
Popularitas:540.4k
Nilai: 4.8
Nama Author: Soccer@

Di Benua Tian Yuan, semua orang berlatih Dao Sihir hingga ke puncak, menjadi dewa abadi sejati. Itu telah di lakukan dari generasi ke generasi, tradisi yang orang semua percaya bahwa Dao Sihir adalah satu-satunya jalan menuju puncak keabadian.

Namun Jian Xin, pemuda sampah yang di anggap sebagai pemborosan oleh semua orang tiba-tiba muncul dengan Jalan Dao yang berbeda. Jalan Dao yang menantang langit, jalan Dao yang telah di tinggalkan semua orang. Yaitu Dao Pedang .....

Dengan hati Dao Pedang yang kuat, dia menempuh jalan yang lebih sulit dan menyakitkan dari orang lain. Semua untuk membuktikan bahwa Dao yang dia miliki bisa membawannya ke puncak!

Dalam perjalanan yang menyakitkan itu, dia tiba-tiba menemukan rahasia besar yang telah lama menghilang. Rahasia yang di tinggalkan oleh Dewa Dao pertama!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 :Di Tinggalkan Oleh Dewa!

Di tengah alun-alun yang luas dan megah, yang dipadati oleh puluhan orang yang penasaran dan ingin tahu, terdapat sebuah panggung melingkar yang menjulang tinggi ke langit. Panggung itu dihiasi dengan ukiran-ukiran indah dan warna-warna cerah yang mencerminkan keagungan dan kekuasaan. Di atas panggung yang mengesankan itu, berdirilah sebuah pillar batu tinggi yang kokoh, memancarkan aura kekuatan dan kebijaksanaan.

Di depan pillar batu tersebut, duduklah seorang pemuda tampan dengan postur tegap dan anggun. Matanya yang tajam dan dalam memancarkan kesadaran dan kebijaksanaan yang mendalam. Rambutnya yang hitam dan panjang tergerai di bahu, menambahkan kesan keanggunan dan kekuatan. Wajahnya yang tampan dan tenang memancarkan aura ketenangan dan kepercayaan diri yang tak tergoyahkan.

Pemuda itu duduk bersila dengan kaki yang terlipat rapi, tangan yang terletak di atas lutut, dan mata yang tertutup, seolah-olah sedang memejamkan mata untuk memfokuskan pikiran dan menghimpun kekuatan. Suasana di sekitarnya sunyi dan khidmat, seolah-olah semua orang yang hadir terpikat oleh kehadiran pemuda tersebut.

Puluhan pasang mata terfokus pada sosok pemuda di atas panggung, memancarkan ekspresi penuh harap dan impian. Wajah-wajah yang dipenuhi keinginan dan kepercayaan itu terlihat begitu khidmat, seolah-olah sedang menunggu keajaiban yang akan mengubah hidup mereka.

Semua orang terdiam, menahan napas, dan memejamkan mata, seolah-olah berdoa agar keajaiban itu benar-benar terjadi. Udara di sekitar panggung terasa begitu tegang dan khidmat, dipenuhi dengan harapan dan keinginan yang tak terucapkan.

Ekspresi harap yang terpampang jelas di wajah mereka, mencerminkan kepercayaan yang kuat akan kekuatan pemuda itu. Mereka percaya bahwa dia akan membawa perubahan dan keajaiban yang akan mengubah nasib mereka. Suasana sunyi yang mendalam itu menyimpan sejuta harapan dan impian, menantang keajaiban untuk terwujud.

Pemuda itu menggigit bibir bawahnya dengan gigi yang terkatup, menahan napas dan mengeluarkan gumaman lembut, "Aku mohon, dewa, beri aku kesempatan!"

Tetesan keringat deras membasahi punggungnya yang bergetar karena gugup, menandai ketegangan yang memuncak. Telapak tangannya mengepal erat, membentuk tinju yang kuat, seolah-olah siap menghadapi tantangan apa pun.

Pupil mata coklatnya yang tajam dan dalam menatap pillar batu tinggi di depannya dengan harap dan keinginan yang tak terucapkan. Mata itu memancarkan semangat dan tekad yang kuat, seolah-olah meminta kekuatan dari alam semesta untuk mewujudkan impian.

Wajahnya yang tampan dan penuh harap itu terlihat begitu khidmat, seolah-olah sedang berdoa agar keajaiban itu benar-benar terjadi.

Tiba-tiba, dari dalam pillar batu yang tenang, suara dengungan keras dan menggetarkan menyebar ke seluruh alun-alun, memecahkan kesunyian. Suara itu semakin keras dan intens, membuat tanah bergetar.

Pillar batu yang sebelumnya diam dan tak bergerak mulai bergetar hebat, seolah-olah kekuatan dahsyat sedang bangkit dari dalamnya. Cahaya emas yang cemerlang dan menyilaukan mulai muncul di puncak pillar, memancarkan aura kekuatan dan kebijaksanaan.

Cahaya itu semakin terang dan intens, sebelum akhirnya dilepaskan ke langit dalam bentuk semburan cahaya yang spektakuler. Semburan cahaya emas itu menembus awan, memancarkan kekuatan dan keajaiban yang tak terhingga.

Melihat fenomena spektakuler itu, semua orang menghela nafas lega dan terkejut. Ekspresi kekaguman dan kelegaan terpampang jelas di wajah mereka. Seolah-olah beban berat yang menekan bahu mereka telah terangkat, memberikan rasa ringan dan harapan baru. Suasana yang tadinya tegang berubah menjadi euforia dan kegembiraan.

Sudut bibir pemuda yang duduk di atas panggung mengulas senyum gembira, mata coklatnya berbinar dengan kebahagiaan. Namun, beberapa saat kemudian, senyum itu membeku dan menghilang. Wajahnya yang tadinya gembira berubah menjadi kebingungan dan keheranan, seolah-olah dia menyaksikan sesuatu yang tidak terduga. Alisnya terangkat, mata terbelalak, dan ekspresi kekagetan menghiasi wajah tampannya.

Orang-orang di alun-alun saling menatap dengan bingung, kemudian mendongak ke langit, berharap menemukan tanda atau fenomena cahaya yang spektakuler. Namun, langit tetap normal, tanpa perubahan atau tanda apa pun. Keheningan dan kekecewaan menyelimuti alun-alun, seolah-olah harapan besar mereka tiba-tiba pupus.

Beberapa saat kemudian, getaran pada pillar batu perlahan-lahan mereda, dan suara menggetarkan yang menyebar ke seluruh alun-alun secara bertahap memudar, berubah menjadi kesunyian yang mendalam. Semua orang terdiam, kebingungan dan keheranan terpampang di wajah mereka, mencari jawaban atas kejadian misterius yang baru saja terjadi.

Melihat kejadian itu, hati pemuda di atas panggung terasa runtuh. Harapan yang sempat memancar di matanya kini padam, digantikan oleh senyum pahit yang sarat dengan kekecewaan dan putus asa. Dia menunduk, mata menatap tanah, seolah-olah tak berdaya menantang kegagalan yang menghantamnya.

Pemuda itu mendongak, mata coklatnya terlihat kosong dan putus asa, menatap langit yang terasa telah menutup pintu harapan. Suaranya bergetar, penuh kesedihan dan kekecewaan, "Kalian telah meninggalkanku...!"

Semua orang di alun-alun perlahan menarik pandangan mereka dari langit dan kembali fokus pada pemuda yang berdiri sendirian di atas panggung. Berbagai ekspresi terukir di wajah mereka: kekecewaan, kesedihan, dan kebencian.

Pendukungnya menghela nafas kecewa, mata mereka menunduk, tak berani menatap pemuda itu lagi. Sementara itu, suara-suara ejekan dan komentar pedas dari para penentangnya mulai terdengar, menambah luka di hati pemuda yang sudah terluka.

"Dia sudah berakhir, dewa Dao telah meninggalkannya."

"Pembaptisan ini telah final, Jian Xin ini tidak akan pernah menjadi ahli Dao selama hidupnya."

"Sungguh di sesalkan, bahwa anak dari Jian Ruyin sebenarnya menjadi orang yang di tinggalkan oleh dewa!"

Berbagai tatapan jijik dan penghinaan diarahkan ke punggung pemuda itu, membuat tubuhnya bergetar karena kesedihan dan kekecewaan. Sedikit cairan bening menetes dari sudut matanya, menggambarkan luka hatinya yang mendalam.

Mata coklatnya yang basah itu menatap pria paruh baya yang duduk di platform tinggi, seolah-olah mencari jawaban atas kegagalan dan kekecewaan yang dialaminya.

"Ayah, maafkan aku... Jiang Xin telah mengecewakanmu!" kata pemuda itu dengan suara bergetar, penuh kesedihan dan penyesalan. Sudut bibirnya berkedut, matanya basah oleh air mata yang tak terbendung lagi, saat dia berusaha menahan isak tangis yang menggoyahkan hatinya.

Pria paruh baya di platform tinggi menghela nafas berat, kesedihan dan kekecewaan terukir di wajahnya. Namun, dia memaksa senyum lembut dan menatap putranya dengan penuh kasih sayang.

"Aku tidak menyesal, Jiang Xin," katanya dengan suara yang stabil. "Meskipun dewa meninggalkanmu, darah Jiang Ruyin mengalir di dalam dirimu. Putra Jiang Ruyin tidak akan pernah biasa. Jangan pernah berputus asa, anakku. Kau lebih dari cukup untuk menjadi kebanggaan."

Kata-kata pria paruh baya itu tidak keras, namun mengandung kekuatan dan otoritas yang menggetarkan, menyebar ke seluruh alun-alun dengan jelas, sehingga setiap orang yang hadir dapat mendengarnya tanpa terkecuali.

Mendengar kata-kata ayahnya, hati Jiang Xin terisi dengan perasaan hangat dan bersalah. Dia merasa telah mengecewakan harapan besar ayahnya, merusak reputasi keluarga, dan mengancam posisi ayahnya di klan. Rasa bersalah itu memperdalam luka hatinya.

Namun, ketika Jiang Xin menatap mata ayahnya yang hangat dan lembut, sebuah tekad dan ide tak terduga muncul dalam pikirannya. Pupil matanya yang sedih berubah menjadi tegas dan berapi, mencerminkan keputusan yang kuat dan tak tergoyahkan.

Dengan gerakan perlahan, Jiang Xin berdiri dari posisi duduknya. Matanya menyapu tatapan jijik dan penghinaan di sekitarnya dengan ekspresi acuh tak acuh. Lalu, dengan langkah tegas dan penuh percaya diri, dia berjalan menuruni panggung dan menghilang dari pandangan umum, meninggalkan kebingungan dan keheranan di wajah para penonton.

Melihat punggung putranya yang menjauh dengan kesepian, Jiang Ruyin menghela nafas berat, kesedihan dan kekecewaan terukir di wajahnya yang tampak jauh lebih tua. Jiang Xin, satu-satunya putranya, juga merupakan kenangan terakhir dari wanita yang dicintainya.

Di dalam hatinya, Jiang Ruyin selalu berharap putranya menjadi praktisi kuat, membuktikan kepada dunia bahwa seorang pria biasa seperti dia bisa melahirkan seorang jenius. Namun, kenyataan pahit ini telah menghancurkan harapan tersebut, meninggalkan Jiang Ruyin dengan kesedihan yang mendalam.

..

Berdiri di puncak gunung, Jiang Xin menatap ke langit biru yang luas dengan mata yang penuh kekecewaan. Cahaya matahari yang terang menerangi wajahnya, menciptakan kontras yang menarik antara keindahan alam dan kesedihan yang mendalam di hatinya. Awan-awan putih yang bergulir pelan di langit seolah menemani kesendiriannya.

Pemuda itu membentangkan kedua tangannya lebar-lebar, menyeruakkan angin. Matanya perlahan terpejam saat angin sejuk menerpa wajahnya, membuat rambut dan jubah hitamnya berkibar-kibar, seperti sayap yang siap meluncur ke langit.

Jiang Xin tampak menikmati kenyamanan yang dibawa angin, seolah tiupan lembutnya membawa pergi rasa sakit dan kekecewaan di hatinya, mengurangi beban emosi yang menghimpitnya. Ekspresi wajahnya mulai terlihat tenang, seperti menemukan kedamaian sejenak.

Kedua matanya perlahan terbuka, dan di tengah badai emosi yang meluap, Jiang Xin membuka mulutnya lebar-lebar, melepaskan teriakan keras ke langit yang biru, meluapkan kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan yang terpendam.

"AAAAAAAAAAAGGGGGHHHHH!!!"

Dada Jiang Xin naik-turun, napasnya terengah-engah. Amarah dan kesedihan bergelora dalam hatinya. Setiap pikiran tentang tatapan jijik dan penghinaan orang banyak, serta kekecewaan di mata ayahnya, memperkuat perasaan putus asa.

"Hidup ini tidak berarti," katanya pada dirinya sendiri. "Kehadiranku adalah kesalahan. Dewa-dewa telah merenggut harga diri, wibawa, dan kekuatan dari genggamanku."

Dengan wajah merah padam dan mata berapi, Jiang Xin berteriak ke langit, "Mengapa?! Mengapa kalian harus menghancurkan hidupku?! Apa dosaku?!" Suaranya menggema di udara, mencerminkan kesedihan dan kemarahan yang mendalam.

Tiba-tiba, suara tua yang lembut dan bijak terdengar di telinganya, memecah kesunyian dan keputusasaan Jiang Xin.

"Tidak ada dewa di dunia ini lagi, mereka telah melangkah ke alam yang lebih luas. Jangan salahkan mereka atas kegagalanmu. Mereka tak bisa mendengar ratapanmu."

"Ha?" Jiang Xin melompat ke belakang, wajahnya penuh kekagetan dan ketakutan. Matanya yang coklat menyapu sekitar dengan cepat, mencari sumber suara misterius.

"Siapa?! Siapa yang berbicara?!" katanya dengan suara bergetar.

1
Joko Pelawi
bagus
Dirman Ha
if sdh bbk kl
Dirman Ha
ig dh n jo
Darus Sutriatno
whusssssssssssssssssssssssssssssss
boommmmmmmmmmmmmmmmmm
habisi zu jian
Darus Sutriatno
nah dramatisasi diskripsinya sudah meningkat lebih apik, good job /Good/
Muhammad Rusli
Luar biasa
Wilman Radius
mc lemah 👎
Darus Sutriatno
chen xuan jangan diganggu thor, dia sedang sibuk jadi MC di serial Reinkarnasi Super Jenius Kultivasi
Darus Sutriatno
hancurkan arogansi dan keangkuhan klan Bing
Darus Sutriatno
selamat malam jadi selamam ya thor?
yg di undang Jian Xing kenapa yg grogi malah authornya /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Darus Sutriatno
lanjutkan strategimu Jian Xing
Darus Sutriatno
lanjuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut
Darus Sutriatno
ngimpi ketemu chen xuan ya thor /Facepalm/
Darus Sutriatno
terlalu naif
Darus Sutriatno
mulai ada bias2 asmara
Darus Sutriatno
berkelapitan itu apa thor?, berkelipatan kalee
Darus Sutriatno
ayolah thor masak iya mc nya dibuat licik
Darus Sutriatno
whusssssssssssssssssssssssssssssss
boommmmmmmmmmmmmmmmmm
dhuaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
hajaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
habisiiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
semuaaanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Darus Sutriatno
lama-lama bosan juga
Darus Sutriatno
alurnya lambaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!