Dia adalah Zaidul Akbar, pemuda yang ingin berdiri tinggi diatas puncak dunia, Mungkinkah dia bisa mewujudkannya dengan dukungan yang diberikan oleh sistem.
Ikuti keseruan nya, jangan lupa Like dan dukungan, serta berkomentar lah yang baik. untuk membangun karya yang baik...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menuju Apartemen
Zai merasakan tubuh nya lebih bertenaga dan tulang di tubuh nya terasa lebih kuat.
Dia mengangkat tangan kiri nya yang patah, "aku dapat merasakan nya" dia sangat senang. Lalu mengerak kan kaki nya kembali dan menemukan kesembuhan juga disana. dia sangat bahagia. Zai melompat lompat di atas rerumputan rendah. Lalu dia berjalan kearah sungai setelah menyentuh perubahan pada tulang wajah nya.
Sungai yang memantulkan cahaya bulan purnama mampu mencerminkan wajah tampan nya sekarang. "Aku juga lebih tampan" sekarang dia sangat yakin dengan sistem konglomerat ini.
Lalu dia bergegas berlari masuk kedalam gubuk kecil peninggalan orang tua nya yang sudah tiada.
Dia mengambil beberapa potong kain lusuh lalu menghemparkan sarung dan mengikat nya di sana, setelah itu dia memanggul nya dengan tangan di bahu sambil memegang nya.
Kemudian dia bernyanyi lagu yang sering dia dengar di radio butut dalam gubuk.
*Hari ini akan ku dendangkan.
Lagu yang ingin ku nyanyikan.
Terkenang semua kenangan yang telah ku alami..*
"Sistem carikan aku jalan pintas menuju apartemen ku"
(Ding... jalan pintas di temukan)
Terpampang lah GPS di layar biru yang menunjukkan lokasi Zai sekarang dan tujuan nya adalah apartemen.
Setelah melewati jalanan yang menikung kiri dan kanan, Lurus, Naik serta menurun tangga dia akhir nya sampai di jalan Ahmad Yani dan dia melihat dari kejauhan gedung elit berlantai 22 itu. Dia mendekat kemudian di hentikan oleh satpam yang berjaga. "Maaf ini bukan tempat umum. Ini tempat khusus orang kaya" Satpam itu berkata sambil mencibir.
Zai melihat tulisan nama di dada sebelah kiri yang bertuliskan Satpam lalu dia berkata "Jangan Sombong, Aku ini pemilik gedung ini" Ucap nya tak ingin di anggap miskin atau di anggap pengemis seperti dulu lagi.
Sejak sistem dapat di percaya. Dia telah merubah kepribadian nya yang dulu pendiam dan hanya diam jika di cibir atau di maki bahkan dipukuli. Sekarang dia akan membalas dengan balasan yang sesuka hati nya.
Mendengar jawaban nyeleneh dari orang yang ada di depan nya. Satpam itu marah, dia mengangkat tongkat nya lalu hendak memukul. "Jika kau tidak pergi. Maka jangan salahkan tongkat ini mematahkan tangan dan kaki mu"
Mendengar kata patah tangan dan kaki, Zai langsung marah. Dia menantang satpam itu "Jika kau memang berani pukul lah" ucap nya dengan tatapan tajam.
Melihat mata itu membuat hati Satpam itu sempat ciut, namun dia tak menghiraukan nya. Dia yakin tak ada salah nya memukul pengemis itu. Lalu tongkat turun ke arah kepala dengan cepat nya. Akan tetapi bagi Zai yang sudah menguasai seni bela diri kuno walau belom menyempurnakan nya. Dia bisa mengelak lalu memukul perut Satpam sombong itu.
Braaaak...!!
Satpam termundur tiga langkah dan punggung terbentur pagar Apartemen. Dia terduduk di tanah sambil memegang perut nya dan mengusap punggung yang seperti nya terkoyak...
Suara langkah kaki terdengar di telinga Zai dan Satpam. Lalu kedua nya menoleh kearah suara. Dan yang paling senang di sana adalah satpam itu. Dia tersenyum lalu berkata kepada Zai. "Kau akan tamat" ucap nya lalu berdiri.
"Apa yang sedang terjadi muhlis? Aku mendengar ada nya suara perkelahian" ucap sosok yang baru datang yang ternyata adalah kepala satpam disana yang baru saja keluar dari Wc.
"Dia komandan," tunjuk nya kearah Zai yang masih berdiri santai sambil memanggul buntelan kain.
"Ada apa dengan dia?" Komandan itu melirik sebentar kearah Zai
"Dia memaksa ingin masuk kedalam. Dan aku ingin menghentikan nya. Tapi dia memukul ku dengan keras" ucap nya tak memberitahukan hal yang sebenar nya. Karna dia tau komandan nya sangat peduli dengan rakyat miskin.
Sang komandan yang bijak pun bertanya kepada Zai. "Apakah benar yang dia katakan?"
"Dia mengusirku dan ingin memukul ku. Padahal aku punya apartemen disini yang baru di belikan oleh ayahku" sahut Zai dengan sedikit kebohongan.
Dengan kening mengerut mendengar jawaban dari pemuda yang tidak meyakin kan itu. Sang Komandan itu melirik lagi kearah Muhlis lalu bertanya. "Apa kau sudah mengkomfirmasi kebenaran nya?"
"Dia tidak bilang punya apartemen disini. Dan seperti yang komandan lihat mana mungkin orang selusuh dia adalah anak orang kaya" Sanggah Muhlis
Komandan itu sekali lagi memindai Zai dengan mata nya dari atas hingga ke kaki. Memang tidak ada dari nya yang mencirikan anak orang kaya namun dia tak berani sepenuh nya meyakin kan penilaian nya, "bisa saja yang dia katakan benar" batin nya lalu bertanya "apakah aku bisa melihat berkas kepemilikan apartemen nya"
Zai menurun kan buntelan kain lalu membuka nya. Dan mengambil sebuah map lalu menyerahkan nya kepada sang komandan itu.
Komandan itu segera mengambil map yang ada di hadapan nya, Lalu membuka nya, setelah itu mata nya terbelalak "ini adalah kepemilikan seluruh gedung apartemen, Bukan hanya satu melainkan semua nya milik dia, Berarti orang yang ada di hadapan nya ini ada lah bos nya" dia menahan kegirangan nya dengan menampilkan wajah tenang. "Maaf sebelum nya, Tapi untuk mengkomfirmasi kebenaran nya harus menunjuk kan kartu identitas anda lebih dulu"
Zai langsung mengambil KTP nya di saku celana. Dia sebelum nya sudah meminta kepada sistem untuk membuatkan identitas baru untuk nya. Dan sistem menyuruh untuk mengambil di saku celana belakang nya.
"Ini KTP ku" Ucap nya sopan, Karna orang lain bertindak sopan dia pun segan.
Setelah mencocok kan nama KTP dan nama di berkas, komandan itu langsung membungkuk lalu berkata "Maafkan saya tidak menyambut anda dengan baik BOS muda, panggil saya Joni, dan tentang orang ini" tunjuk nya "dia akan saya pecat sekarang juga BOS muda"
Melihat komandan nya membungkuk di hadapan orang yang sempat ingin dia pukul. Muhlis merasakan ketidak nyamanan di hati nya dan setelah mendengar sang komandan akan memecat nya dia segera mendekat ke pemuda lusuh itu. Dia sadar kesalahan nya kali ini bersifat fatal. Dia sangat yakin komandan nya tak kan membungkuk jika bukan kepada orang hebat.
Muhlis segera duduk dan memegang kaki Zai. Dia langsung berkata sambil berderai air mata. "Jangan pecat saya bos. Saya akan melakukan hukuman apapun. Asalkan jangan di pecat. Ada banyak perut di rumah saya yang perlu makan" ucap nya memelas.
Zai mundur dan melepaskan kaki nya dari rangkulan mukhlis. "Seharus nya kau berpikir lebih awal, Baiklah.. aku akan memberi mu kesempatan sekali lagi, Dan ini yang terakhir kali nya, Komandan akan melaporkan kelakuan mu di masa depan, jika terjadi lagi Hal seperti ini, Aku akan memecat mu, Bahkan aku bisa membuatmu tidak bisa bekerja dimanapun" ancam nya dengan tatapan tajam...