Kamila gadis yatim piatu mencintai Adzando sahabatnya dalam diam, hingga suatu malam keduanya terlibat dalam sebuah insiden.
Adzando seorang artis muda berbakat.
Tampan, kaya, dan populer. Itulah kata-kata yang tepat disematkan untuknya.
"Apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, tolong percayalah padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan. Kumohon bersabarlah."
Karena skandal yang menimpanya, Adzando harus kehilangan karier yang ia bangun dengan susah payah, juga cintanya yang pergi meninggalkannya.
"Maafkan aku, Do. Aku harus pergi. Kamu terlalu tinggi untuk aku gapai."
"Mila... Kamu di mana? Aku tidak akan berhenti mencarimu, aku pasti akan menemukanmu!"
Kerinduan yang sangat mendalam di antara keduanya, membuat mereka berharap bahwa suatu hari nanti bisa bertemu kembali dan bersatu.
Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Mari baca kisahnya hanya di sini ↙️
"Merindu Jodoh"
Kisah ini hanya kehaluan author semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
...*...
Usai acara ijab kabul Zando dan Kamila langsung sungkem sama Papa Daniel dan Ibu Rahayu. Bahkan Kamila tidak kuasa menahan haru, hingga menitikkan airmata. Dia memeluk Ibu Rahayu lama sekali. Zando menepuk punggung istrinya dan mengusapnya dengan lembut, membuat Kamila tersadar, kemudian melepaskan pelukannya.
Selanjutnya para tamu yang hadir memberikan ucapan selamat pada kedua mempelai, setelahnya mereka dipersilakan menikmati hidangan ala kadarnya.
"Selamat ya, akhirnya kalian resmi menikah. Ya, walaupun harus ada sedikit drama," ucap Hakan.
"Terimakasih," sahut Zando.
"Maksudnya?" tanya Kamila tidak mengerti
"Awalnya aku memang berniat menikahimu seperti yang aku katakan padamu.Tapi setelah mengantarmu pulang, aku menemui Hakan, dan menceritakan semua padanya. Lalu muncullah ide itu," jelas Heru.
"Jadi ... ini ulah kalian berdua?" tanya Kamila.
"Oooh, jelas! Kalau tidak begitu, entah kapan pangeranmu itu akan datang menghalalkanmu," timpal Hakan, lalu ia tertawa.
"Ia benar, dan ternyata sukses, kan?" Heru tersenyum bangga.
Kamila menatap Zando yang salah tingkah. "Bukan begitu, sebenarnya waktu pulang dari pernikahan Hakan, aku sempat melihatmu di jalan. Lalu aku memanggilmu dan berusaha mengejarmu, tapi kamu sudah naik ke mobil dan pergi ke arah yang berlawanan." Zando diam sesaat.
"Aku tidak mengejar lagi, karena saat itu sedang diburu waktu. Kakakku berada di rumah sakit dan membutuhkan transfusi darah. Jadi aku putuskan untuk segera pulang," sambungnya kemudian.
"Pantas waktu itu aku, seperti mendengar suara orang memanggilku, ternyata aku memang tidak berhalusinasi," batin Kamila dalam hati.
Lalu Hakan berkomentar, "Tapi kamu masih bisa rilis album segala, Do?"
"Semua sudah terjadwal, aku tidak bisa membatalkan begitu saja. Ada harga yang harus dibayar untuk setiap pelanggaran. Dan sedianya aku memang akan kembali ke sini hari ini, karena kebetulan aku sedang free," ungkap Zando.
Semua langsung terdiam mendengarkan penuturan Zando. Tidak ada bantahan lagi dari Hakan maupun Heru. Dunia kerja mereka berbeda dengan Zando. Dan mereka akhirnya bisa memaklumi. Toh sekarang mereka telah resmi menikah, itu yang terpenting.
"Setelah ini apa rencanamu?" tanya Heru.
"Aku akan membawa Kamila bersamaku. Aku tidak mungkin meninggalkannya di sini, sementara aku di sana." Zando merangkul pinggang Kamila, sehingga posisi keduanya begitu intim.
"Yaaah .... Fika tidak punya teman lagi dong, kalau Kak Milky pergi nanti." Fika terlihat sedih.
"Kalau sudah menikah, seorang istri akan mengikuti ke manapun suaminya pergi, Fika. Tak terkecuali Kamila," tukas Riyanti.
Kamila mendekati Fika dan merangkulnya. "Kan Fika bisa telepon atau video call sama kakak, heemmm," hibur Kamila.
Zando mendekati papanya yang sedang berbincang dengan Ibu Rahayu dan beberapa tetangga.
"Pa, kita pulang sekarang?" bisik Zando.
"Boleh." Papa Daniel menganggukkan kepala.
"Ibu Rahayu, terimakasih telah menerima dan merawat Nak Kamila dengan baik. Kami tidak bisa berlama-lama di sini, sebab ada acara keluarga di kota. Oleh sebab itu ijinkan kami undur diri, dan mengajak Nak Kamila ikut serta," ucap Papa Daniel dengan sopan.
"Baiklah, Tuan. Saya titip Kamila anak saya. Tolong terima dengan baik, Tuan," pinta Ibu Rahayu.
"Tentu, Bu. Anda tidak perlu khawatir," sahut Papa Daniel.
Zando menghampiri Kamila, lalu membisikkan sesuatu. Kemudian Kamila masuk kamar, sedangkan Zando pamit pada kedua sahabatnya.
"Sorry, Bro. Aku harus kembali ke kota, soalnya ada acara keluarga di sana. Terimakasih atas usaha kalian, dan aku sangat menghargainya." Zando lantas merangkul Hakan Heru bersamaan.
"Sama-sama, Do. Itulah gunanya sahabat," ucap Hakan yang diiyakan oleh Heru.
Kamila keluar kamar dengan pakaian berbeda, sambil membawa koper. Zando lantas mendekat dan mengambil alih koper tersebut.
"Bu, terimakasih telah menerima Kamila di sini. Semoga Allah membalas semua budi baik Ibu." Kamila langsung memeluk Ibu Rahayu dan dibalas dengan erat oleh wanita paruh baya itu. Bohong jika beliau tidak merasa sedih, tapi begitulah jika seorang anak sudah menemukan jodohnya, mau tak mau orangtua harus ikhlas melepaskan.
"Jadilah istri yang baik ya, Nduk. Menurut lah pada suamimu selama itu tidak melanggar syariat. Rukun lah selalu, dan jangan pernah lari dari masalah, tapi hadapilah bersama dengan sikap dewasa," nasehat Ibu Rahayu. Kamila mengangguk seraya mencium punggung tangan ibu angkatnya dengan takzim.
"Nak Zando, ibu titip Kamila. Sayangi dan cintailah dia. Jangan membuatnya menangis lagi, kecuali tangis bahagia," pesan Ibu Rahayu pada Zando.
"InsyaAllah, Bu. Saya akan ingat nasehat Ibu baik-baik," ucap Zando mantap. Lalu melakukan hal sama seperti yang dilakukan Kamila.
Kemudian Kamila berpamitan dengan Riyanti dan Fika. "Terimakasih banyak ya, Ri, dan kamu Fika, tolong jaga Ibu, ya. Kalau ada apa-apa langsung beritahu kakak, hemmm!" ucap Kamila pada Riyanti dan Fika. Lalu ketiganya berpelukan bersama.
Acara pamitan selesai Papa Daniel beserta Zando dan Kamila segera meninggalkan rumah Ibu Rahayu.
.
.
.
.
.
Setiba di terminal kedatangan bandara Soetta, Zando membawa Kamila ke apartemennya, sedangkan Papa Daniel langsung menuju ke kediaman Adzana putrinya.
"Assalamualaikum ... selamat datang istriku," ucap Zando ketika memasuki unit huniannya.
"Waalaikumsalam, terimakasih," balas Kamila.
"Maaf ya, aku belum menyiapkan rumah untuk kita. Tidak apa-apa kan, kita tinggal di sini sementara?" tanyanya kemudian pada Kamila istrinya.
"Hemmm ... bagiku tinggal di manapun tidak masalah, yang penting nyaman," sahut Kamila.
Wanita itu lantas mendudukkan dirinya di sofa. Zando menyusulnya lalu mendekap tubuh sang istri. "Maafkan aku, telah membuatmu menderita dan tidak ada di sisimu saat kamu membutuhkan," ucap Zando. "Apa dia menyakitimu?" tanya Zando selanjutnya. Dia sudah tahu masalah Kamila dan Ikhsan dari Heru.
"Aku tidak apa-apa, aku bisa mengatasinya. Aku wanita kuat. Ini yang membuatku kuat." Kamila menyentuh perutnya lalu mengelusnya dengan perlahan.
Zando melepaskan dekapannya, lalu berjongkok di depan sang istri. Tangannya menyentuh perut yang mulai membuncit itu. "Assalamualaikum, Sayang. Ini ayah, Nak. Mulai sekarang kita akan selalu bersama." Zando mendekatkan wajahnya, lantas mencium perut istrinya penuh kelembutan. Tentu saja hal itu membuat hati Kamila meleleh.
"Waalaikumsalam, Ayah. Aamiin." Kamila menjawab dengan menirukan suara mirip anak kecil.
"Apa dia menyusahkanmu?" tanya Zando
"Tidak, dia anak yang baik dan pengertian pada bundanya," sahut Kamila.
Zando menatap Kamila teduh, lalu mendaratkan tanda cinta di kening wanita yang dicintainya tersebut. Setelahnya menyatukan kening mereka dengan jemari saling menggenggam.
"Aku merindukanmu, Mila. Setiap saat aku selalu memikirkanmu, dan sangat tersiksa. Maaf, jika aku terkesan lambat, tapi percayalah aku tidak akan pernah meninggalkanmu sampai kapanpun."
"Terimakasih, aku merasa tersanjung."
"Tetaplah bersamaku, dan jangan pernah pergi lagi dari sisiku. Karena aku tidak akan sanggup jika harus kehilangan kalian." Zando melepaskan genggaman tangannya, selanjutnya dia memeluk tubuh Kamila dengan erat. Dia bahkan menenggelamkan wajahnya pada leher istrinya dan menghirup aroma yang membuatnya tenang.
"Biarlah seperti ini, aku menyukai aromamu. Aku sangat menyukainya." Zando berkata seraya memejamkan mata. Kamila menurut, sebab dirinya juga merasakan kerinduan yang sama.
Terlarut dalam suasana romansa membuat keduanya lupa, hingga dering di ponsel Zando menyadarkan keduanya, membuat pasangan pengantin baru itu tersipu malu. Zando lantas melihat siapa yang menelepon lalu mengangkatnya.
"Hallo, assalamualaikum, Ma," ucap Zando.
" Waalaikumsalam, Abang. Kenapa lama sekali? Semua ingin ketemu menantu mama!" ucap Mama Zeya dari seberang telepon.
"Haaahhh ...! I-iya Mah, abang segera ke sana. Wassalamu'alaikum." Zando lantas memutus sambungan telepon.
"Ada apa?" tanya Kamila.
"Kita harus segera ke rumah Kakak, Mama dan yang lainnya ingin bertemu denganmu," beritahu Zando.
"Ayo segera bersiap, tidak enak kalau mereka menunggu lama," ajak Zando.
Kamila menurut perkataan suaminya. Mereka kemudian membersihkan diri dan bersiap. Lalu setelahnya mereka berangkat ke rumah Adzana.
.
.
.
Setengah jam perjalanan, Zando sampai di kediaman Adzana-Arbi. Kamila merasakan jantungnya berdetak dengan cepat. Bohong jika dia tidak gugup, perasaan insecure tiba-tiba menyergapnya. Berbagai pemikiran pun hinggap di benaknya.
"Kenapa tanganmu dingin sekali?" tanya Zando saat menggandeng tangan istrinya.
"Aku ...." Kamila tidak melanjutkan ucapannya.
"Sudah ... tidak perlu gugup, ada aku di sisimu, hemmmm..." Zando berusaha meyakinkan.
"Assalamualaikum," sapa Zando dan Kamila, saat mereka memasuki rumah.
"Waalaikumsalam," serentak jawaban terdengar dari dalam rumah.
"Waaah, Zando datang bersama siapa ini?" tanya salah seorang kerabat Zando.
"Perkenalkan dia---"
"Saya Kamila, teman Zando."
Sontak pernyataan Kamila membuat Zando tertegun lalu menatap ke arah istrinya.
...*...
.
.
.
.
.
Zando
Kamila
pengen kepo tp gengsi