NovelToon NovelToon
Tlembuk

Tlembuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Duniahiburan / Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Cinta Terlarang / Pelakor
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

"Tlembuk" kisah tentang Lily, seorang perempuan muda yang bekerja di pasar malam Kedung Mulyo. Di tengah kesepian dan kesulitan hidup setelah kehilangan ayah dan merawat ibunya yang sakit, Lily menjalani hari-harinya dengan penuh harapan dan keputusasaan. Dalam pertemuannya dengan Rojali, seorang pelanggan setia, ia berbagi cerita tentang kehidupannya yang sulit, berjuang mencari cahaya di balik lorong gelap kehidupannya. Dengan latar belakang pasar malam yang ramai, "Tlembuk" mengeksplorasi tema perjuangan, harapan, dan pencarian jati diri di tengah tekanan hidup yang menghimpit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20: Cinta yang Tersembunyi

Di dalam grup WA “tlembuk,” suasana semakin seru. Lily, Dinda, dan beberapa anggota lainnya mulai menggoda Tika dengan lelucon yang menghangatkan suasana.

“Cie… ada yang sedang mabuk kepayang nih!” tulis Lily dengan emoji menggoda. “Bukan main, Tika, siapa nih yang berhasil bikin kamu baper?”

“Tapi aku serius, Tika! Gak pernah liat kamu segenit ini sebelumnya!” Dinda menambahkan, membuat anggota grup lainnya ikut tertawa. Pesan-pesan tertawa dan emoji bertebaran di layar.

Tika hanya bisa tersenyum sambil menggigit bibirnya. Dia tahu mereka bercanda, tetapi rasa malu membuat wajahnya sedikit memerah. “Hahaha, stop it! Nggak ada yang mabuk kepayang di sini!” jawabnya sambil berusaha menahan tawanya. Namun, dalam hati, dia tahu perasaannya terhadap Raka semakin dalam.

Salah satu anggota grup, Mira, yang baru bergabung, ikut meramaikan. “Wah, Tika, jangan-jangan kamu jatuh cinta ya? Bagi-bagi tips dong!”

“Bagi-bagi tips apa?” Tika menjawab sambil sedikit mengernyitkan dahi. “Kalian tahu kok, kita ini cuma teman biasa. Kenapa harus jatuh cinta?”

“Karena kamu punya potensi untuk menjadi lebih dari teman, Tika!” tulis Lily. “Masa sih kamu mau ngaku kalo cuma teman? Kayak gitu mah nggak percaya deh!”

Diskusi di grup semakin hangat. Mereka mulai menciptakan meme lucu tentang Tika dan Raka, mengubah foto-foto mereka dengan wajah yang berlebihan, dan menambahkan teks konyol. Tika tidak bisa berhenti tertawa melihat semua ini, tetapi hatinya berdebar.

“Aku cuma mau dia tahu siapa aku yang sebenarnya,” tulis Tika akhirnya, mencoba serius. “Kita kan juga bukan gadis-gadis biasa. Kita punya hidup yang berbeda.”

“Tapi itulah yang bikin kamu menarik!” balas Dinda. “Kamu berani jadi diri sendiri, Tika. Apalagi saat kita ngumpul di taman, itu momen berharga.”

“Mungkin kamu bisa ajak Raka ke acara meet-up selanjutnya. Biar dia bisa kenal kita semua,” saran Mira, yang selalu ceria. “Kan kita butuh yang baru untuk membuat hidup kita lebih berwarna.”

Tika terdiam sejenak. Dia mulai membayangkan Raka berada di tengah-tengah mereka, tertawa dan bercanda. Namun, bayangan itu disertai keraguan. “Tapi kalau dia tahu kita adalah tlembuk, bagaimana?”

“Eh, itu kan urusan nanti! Yang penting kamu harus lebih percaya diri. Siapa tahu dia bisa menerima kita apa adanya,” jawab Lily dengan semangat. “Coba saja! Gak ada ruginya.”

Akhirnya, Tika merasa sedikit lega. Diskusi di grup membuatnya menyadari bahwa dia tidak sendiri. Dia memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya, tidak peduli apa pun yang terjadi. “Oke deh, kita lihat saja bagaimana nanti,” tulisnya dengan emoji jari silang. “Tapi jangan berharap banyak!”

Grup “tlembuk” terus berbincang, menjelajahi ide-ide untuk pertemuan berikutnya, dan merencanakan bagaimana cara mengenalkan Raka kepada Tika dan teman-temannya. Suasana hangat di antara mereka membuat Tika merasa nyaman, meskipun ada perasaan bergetar di dalam hatinya.

Malam itu, setelah semua lelucon dan candaan, Tika berbaring di tempat tidurnya. Dia memikirkan tentang Raka dan bagaimana semua ini

Grup “tlembuk” semakin ramai, dengan pesan-pesan terus bermunculan. Anggota-anggota baru bergabung, dan semua orang saling berbagi cerita tentang pengalaman mereka dalam dunia BO (Booking Online).

“Eh, ada yang tahu info terbaru tentang tarif sekarang? Ada yang naikin harga?” tanya Mira dengan semangat.

“Kayaknya sekarang makin banyak yang nyari, deh. Tarif bisa melonjak tinggi!” jawab Lily. “Aku denger dari teman-teman, beberapa dari kita udah sampai 1,5 juta untuk sekali jalan!”

“Wah, gila! Berarti kita harus lebih pinter-pinter lagi menarik pelanggan, ya!” Dinda menimpali, membuat yang lain tertawa. “Jadi, siapa yang mau bikin tips dan trik agar bisa naik kelas? Haha.”

Tika yang sedang membaca semua obrolan itu merasa sedikit canggung. Dia tahu dunia yang mereka bicarakan dan sekaligus bingung dengan keputusan untuk terlibat di dalamnya. “Tapi, apakah kita tidak khawatir dengan risiko yang kita hadapi?” tulis Tika, berusaha serius di tengah gelak tawa teman-temannya.

“Risiko? Kita kan sudah paham semua itu, Tika. Asal kita jaga diri, pasti aman,” jawab Dinda. “Yang penting kita enjoy dan jangan sampai terjebak!”

“Bener, apalagi dengan situasi sekarang. Banyak yang makin terbuka dengan pilihan ini,” tambah Lily. “Senyum, baper, dan harga diri, semuanya bisa terjaga!”

Mereka melanjutkan diskusi dengan berbagai pengalaman lucu dan cerita konyol. Salah satu anggota, yang baru bergabung dengan nama “Tina,” membagikan pengalamannya saat mendatangi klien yang terlalu percaya diri. “Kalian tahu nggak? Dia sempat ngira aku ini pelayan, bukan tlembuk! Haha!”

Obrolan pun berlanjut dengan tawa dan lelucon, membuat Tika merasa lebih nyaman. Meskipun kadang hatinya masih berdebar saat memikirkan Raka, dia mulai menyadari bahwa dia tidak sendirian. Ada banyak perempuan lain yang memiliki pengalaman serupa, dan mereka saling mendukung.

“Eh, tapi kita harus punya etika juga, ya! Jangan sampai nyerempet ke hal yang nggak pantas!” saran Mira dengan serius.

“Bener banget! Kita harus menjaga citra kita sebagai ‘tlembuk’ yang baik. Jangan sampai nama kita tercoreng!” tambah Lily.

“Btw, ada yang mau meet-up lagi? Aku denger ada event menarik di kafe baru yang buka dekat mall,” ajak Dinda. “Kita bisa sama-sama kenalan dengan calon pelanggan.”

Semua anggota grup menyambut baik ide itu, saling memberikan saran tentang tempat dan waktu. “Kita buat jadi acara rutin, ya! Tlembuk gathering!” seru Tika, membuat semua orang setuju.

Akhirnya, malam itu menjadi lebih panjang dengan banyak ide dan rencana. Mereka tidak hanya berbicara tentang pengalaman mereka, tetapi juga tentang membangun persahabatan yang lebih kuat. Tika merasa beruntung bisa menjadi bagian dari kelompok ini, di mana setiap orang bebas untuk berbagi tanpa penilaian.

Tika pun tak lupa untuk mengingat pesan dari Raka yang sempat terlintas dalam benaknya. Apakah dia akan memberitahu Raka tentang kehidupannya sebagai tlembuk? Atau apakah dia akan terus menyembunyikannya? Dengan pikiran itu, Tika memutuskan untuk memikirkan semuanya lebih dalam di malam yang tenang ini.

Suasana grup “tlembuk” semakin riuh. Obrolan tentang pengalaman dan strategi untuk sukses dalam dunia BO seakan tak ada habisnya. Tiba-tiba, salah satu anggota bernama Nita melontarkan pertanyaan yang bikin semua orang tertawa.

“Eh kalian enak di bawah atau di atas nih?”

Pesan itu langsung disambut dengan gelak tawa dan berbagai reaksi dari anggota grup.

“Hahaha, pertanyaan yang susah dijawab!” jawab Dinda sambil tertawa. “Tergantung situasi dan partner-nya, sih!”

“Bener banget! Kadang di atas bisa lebih seru, tapi di bawah juga ada keasyikannya sendiri,” tambah Lily. “Apalagi kalau lagi semangat, hihihi.”

“Jadi pada pilih di atas ya?” tanya Mira, mengusik. “Aku sih lebih suka di bawah. Lebih nyaman dan bisa lebih mengeksplor!”

“Wow, Mira ternyata punya preferensi tersendiri! Jadi penasaran sama pengalaman kamu!” sambut Tika, yang merasa lebih lepas. “Tapi serius deh, bisa-bisa kita bikin polling nih! Atau kita adakan debat di meet-up berikutnya!”

Satu per satu anggota mulai menyuarakan pendapat mereka. “Aku sih selalu di atas. Rasanya lebih berkuasa!” seru Rina.

“Eh, kok jadi kayak rapat kerja sih? Hahaha,” jawab Lily, memancing tawa lainnya. “Yang penting kita bisa mengatur ritme dan saling menyesuaikan.”

“Setuju! Yang terpenting kan chemistry-nya,” Dinda menambahkan. “Makin ada klik, makin nikmat!”

Keceriangan grup terus berlanjut, dengan lelucon dan cerita lucu dari masing-masing anggota. Tika mulai merasa lebih nyaman berinteraksi dengan mereka, terutama ketika mereka membahas topik-topik yang lebih ringan dan menghibur.

“Eh, tapi harus diingat ya! Kita tetap harus pinter-pinter memilih klien. Jangan sampai terjebak sama yang merugikan kita!” saran Nita dengan serius, meskipun senyumnya masih terukir di wajahnya.

“Bener, jangan sampai kita jadi korban! Kita harus tetap waspada,” jawab Dinda. “Tapi di sisi lain, kita juga harus menikmati hidup. Kita kerja keras, harus ada reward-nya!”

Semua sepakat dan melanjutkan obrolan dengan semangat. Tika merasa seolah-olah dia bukan hanya sekadar anggota grup, tetapi sudah menjadi bagian dari sebuah komunitas yang saling mendukung.

Akhirnya, ketika obrolan mulai mereda, Lily mengusulkan, “Gimana kalau kita bikin konten tentang pengalaman kita? Kita bisa share tips-tips, dan yang terpenting, semua cerita lucu kita!”

“Wah, itu ide bagus! Bisa jadi bahan promosi juga,” kata Mira. “Kita bisa namakan ‘Tlembuk Chronicles’ atau apa gitu!”

Obrolan pun menjadi lebih hidup dengan saran nama dan ide kreatif lainnya. Tika merasakan semangat di antara mereka, seolah-olah semua anggota grup ini memiliki tujuan yang sama dan saling mendukung untuk maju.

Setelah beberapa saat berdiskusi, mereka memutuskan untuk bertemu kembali dan membahas rencana lebih lanjut. “Yuk, kita atur waktu untuk meeting selanjutnya dan bahas detailnya!” Dinda berinisiatif.

“Setuju! Makin banyak ide, makin seru!” jawab semua dengan antusias.

Ketika sesi obrolan di grup semakin meriah, Tika merasa senang bisa menjadi bagian dari pertemanan ini. Dia tak sabar untuk mengetahui lebih banyak tentang teman-temannya yang lain, termasuk kisah-kisah lucu dan seru yang bisa mereka bagi.

Dengan suasana hangat dan penuh canda tawa, Tika menyadari bahwa meskipun dunia BO bisa jadi penuh risiko, dia punya teman-teman yang siap mendukung dan berbagi pengalaman.

“Selamat malam, semuanya! Sampai jumpa di meet-up berikutnya!” tulis Tika sebelum menutup aplikasi chat-nya, merasa bahagia dan penuh semangat.

1
Zhu Yun💫
Tenang Ly, masih ada stok rokoknya om Joko noh 🤭😁🤣🤣✌️
DJ. Esa Sandi S.: eh, minta kontak wa kamu sih ...
Zhu Yun💫: masama kakak 👍
total 4 replies
Zhu Yun💫
Tangan Om Joko nakal ya 🤭😁🤣✌️✌️
Zhu Yun💫
Pak Herman pengin nyobain daun muda juga nih 🤭
Pasatv Mase
vidionya kok gak ada
DJ. Esa Sandi S.: ini kan novel boss
total 1 replies
Zhu Yun💫
Beban hidup ya Ly,,, Semangat ya Ly, semua ada masanya.... 😁💪💪
Zhu Yun💫
weleh-weleh 😅
DJ. Esa Sandi S.: /Applaud//Applaud/
total 1 replies
Zhu Yun💫
Semangat kak Esa buat novel barunya 💪💪💪
DJ. Esa Sandi S.: udah q follback yah /Sly//Sly/
Zhu Yun💫: Follback kakak, nanti bisa saling chat,,
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!