Alana Ketlovly seorang pengusaha yang harus menelan pil pahit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Untuk itu Alana memutuskan untuk menghibur dirinya dengan pergi ke Bar, yang berakhir dengan sebuah malapetaka. Dimana dirinya menjalan hubungan cinta satu malam dengan seorang mafia bernama, Arthur Stanley.
Arthur Stanley sendiri merupakan seorang mafia yang memiliki kelainan dalam hubungan seksual. Banyak cewek yang ingin tidur dengannya namun dirinya hanya menginginkan teman tidur yang membuat nyaman dan tergila-gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahidah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Di meja sarapan, Alana tengah membaca berita di layar ponselnya. " Wah, lihat! Beritanya sudah keluar. Reporter memang cepat sekali mengeluarkan berita. Kalau aku sebagai tamunya, tentu aku akan sangat kesal ketika membacanya." komentar Alana setelah membaca berita mengenai pesta yang diadakan Daniel semalam.
" Petugas tidak menemukan adanya bom di dalam lokasi. Kotak-kotak tersebut hanya berisikan jam." Alana membaca berita itu sambil terkekeh membayangkan bagaimana ekspresi tamu pada malam itu.
Sedangkan Arthur yang duduk mendengarnya hanya terdiam dengan wajah datar. Arthur memperhatikan Alana yang tersenyum senang, tanpa sadar ujung bibirnya tertarik, dan tersenyum tipis melihat tingkah Alana.
" Lucu, kan?" ucap Alana tertawa.
Mereka berdua memulai sarapan dengan semangkuk bubur ayam. Alana menyuapi bubur kedalam mulutnya, namun tak sengaja bubur yang hangat itu menyentuh ujung bibirnya yang terluka. Alana pun merintih.
" Apa kamu baik-baik saja?" tanya Arthur menatap Alana dengan khawatir.
" Aku baik-baik saja kok." jawab Alana.
" Eum... Kalau boleh kalau seandainya para tamu tidak percaya dengan bom yang ada di kotak itu apa yang akan kamu lakukan?" tanya Alana yang penasaran.
" Aku akan meledakkan bomnya. Sebenarnya di acara tersebut ada bom. Tapi karena semuanya berjalan sesuai rencana, jadi aku menyingkirkannya."
Alana cukup terkejut mendengarnya, bahkan dirinya tidak berhenti makan, karena saking syoknya. Dia seolah tidak percaya jika Arthur bisa melakukan hal semacam itu, berarti Arthur memanglah seorang mafia.
" Kenapa kamu begitu terkejut?" tanya Arthur dengan santai, tanpa merasa jika dirinya membuat rencana yang jahat.
Padahal menurut Alana, itu rencana yang paling kejam.
" Aku tahu, kamu tidak akan bisa menerima jika kamu tahu rencanaku." ucap Arthur.
" Siapa yang akan menerima kalau kamu akan meledakkan sebuah hotel. " ucap Alana, tentu dirinya juga tidak akan setuju dengan ide gila seperti itu.
" Eum.. Lalu gimana dengan Cintia? Apa kamu mengantisipasi dia berada disana? Sebenarnya aku mengikutinya karena aku khawatir jika dia akan merusak rencanamu." ujar Alana.
Meski dirinya sudah ditampar bahkan dijambak oleh Cintia. Alana rela menerima sebab, maksud Alana untuk mengikuti Cintia karena dia tahu jika Arthur datang ke pesta itu bukan hanya datang melainkan ada rencana. Meski saat itu Alana tidak tahu apa rencana Arthur.
" Aku sudah menduganya. Tapi aku sedikit ceroboh. Aku tidak menyangka dia akan bertindak sejauh itu. " ujar Arthur yang ternyata sudah mengetahui rencana jahat dari Daniel.
" Tapi menurutku, dia sangat menyukai mu." ucap Alana.
" Aku dan Cintia hanya bisa berteman. Mulai sekarang Cintia tidak akan berani mengganggu mu lagi."
" Apa kamu sudah melakukan sesuatu padanya?" tanya Alana, yang merasa Arthur pasti sudah melakukan hal yang membuat Cintia tidak berani mengganggunya.
" Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya memberitahunya dengan jujur. Seharusnya kamu tidak perlu khawatir dengan orang yang sudah menampar mu."
Arthur menyentuh pipi Alana dan mengusapnya dengan lembut. Kemudian dia menggenggam tangan Alana.
" Aku tidak khawatir." ucap Alana.
" Tahukah kamu bertapa aku sangat khawatir saat tahu kamu menghilang dari acara." ucap Arthur yang ternyata sudah tahu jika Alana datang ke acara tersebut. Meski berbahaya, dia sengaja melibatkan Alana untuk melancarkan rencana jahatnya.
" Jangan dramatis deh!" tukas Alana, meski dia sempat tersipu malu saat Arthur mengatakannya.
" Aku sangat mengkhawatirkan mu, Alana. Tolong jangan menolak perasanku." ucap Arthur sambil menatap wajah Alana.
" Udah ah! ayo makan." Alana ingin melepaskan genggaman tangan tersebut namun Arthur tetap tak ingin melepaskan.
Mereka berdua makan, dengan tangan kiri mereka saling berpegangan. Alana tersenyum tipis sedangkan Arthur sedari tadi hanya memperhatikan Alana.