Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Untuk Apa?
Pletak!
"Awwww pak Bara!"
Zizi berteriak tertahan karena lamunannya tentang terong dan kacang tiba-tiba ambyar. Tak ingin disentil lagi, Zizi pun segera mengatur jarak dari pria yang sudah jadi suaminya itu.
"Mikir apa kamu? Apa kamu udah penasaran banget ya sama rasa terong aku?"
""Ish! Enggak lah. Ngapain juga penasaran kalo cuma terong bakar lepek kayak gitu. Rugi, tahu gak pak!" cibir Zizi
"Beneran gak penasaran kamu?!" ucap Bara dengan tatapan tak lepas dari wajah cantik Zizi.
"Gak akan!"
Bara hanya tersenyum samar kemudian dengan gerakan cepat, ia menarik kembali tubuh Zizi dan merengkuhnya ke dalam pelukannya.
"Kamu akan merem melek kalau udah tahu rasanya," ucap Bara kemudian mengecup bibir istrinya itu sekilas.
Deg
Kedua mata bulat Zizi langsung membola karena kaget luar biasa.
"Bapak berani mencium aku?!" pekik Zizi saat mulai tersadar dengan apa yang baru saja terjadi.
"Kenapa? Masih mau?"
"Gak!" pekik Zizi berusaha memberontak meskipun sebenarnya tubuhnya sangat bisa merespon dengan baik.
Bara hanya tersenyum samar. Dalam hati ia semakin bersemangat untuk membalas gadis itu dengan menunjukkan miliknya yang merupakan terong impor dari Turki. Apalagi sekarang, benda tak bertulang itu mulai menunjukkan eksistensinya hanya karena bersentuhan kulit dengan istrinya itu.
"Aku tunggu kamu di ruangan aku, lima menit dari sekarang, gak pake lama!" titah Bara dan segera keluar dari Pantry itu.
Zizi tak menjawab. Ia kembali melongo. Tadinya ia berada di Pantry itu karena tak ingin bertemu dengan Bara, eh malah disamperin oleh pria itu.
Apa sih maunya?
Dan ya ampun, Bara telah mencuri ciuman pertamanya!
Padahal, sejak kemarin ia tidak pernah diajak ngobrol oleh pria itu, sekarang kok malah di suruh ke ruangannya. Maunya apa sih?
Otak kecil Zizi tiba-tiba mengingat kejadian tadi pagi di kamar mereka. Pria itu 'kan melakukan sesuatu pada dua gunung kembarnya.
Dan baru saja, pria itu juga menciumnya tanpa izin.
Ish! dasar mesum. Apa jangan-jangan pak Bara ingin melakukan itu lagi?
Dada Zizi pun berdebar tak karuan. Hatinya merasakan sesuatu yang ia sendiri tidak tahu apa itu.
Sama halnya dengan Zizi, hal itu pun terjadi pada Bara. Pria itu merasakan dadanya berdebar dengan perasaan gelisah sekaligus bahagia.
Devano yang ternyata menunggunya di depan Pantry tak dihiraukannya. Ia benar-benar sangat menikmati apa yang baru saja ia lakukan pada Zizi, musuh sekaligus istri yang tidak diinginkannya.
Melangkahkan kakinya cepat ke arah ruang kerjanya, bibirnya tak berhenti mengulas senyum samar. Hatinya berdendang bahagia seperti seorang anak yang sedang mendapatkan sebuah mainan baru yang sangat menyenangkan.
"Ada yang tidak beres nih sama pak Bos," ucap Devano dengan otak mulai menebak-nebak apa yang terjadi di dalam ruangan Pantry tadi.
"Eh pak Dev. Maaf."
Zizi yang menyusul keluar dari Pantry tak sadar hampir menabrak Devano gara-gara tidak fokus.
"Gak apa-apa mbak Zi, silahkan. Mau ke ruangan pak Bos ya?" ucap Devano menebak.
"Ah iya pak Dev. Disuruh kesana katanya."
Zizi tersenyum malu. Pipinya langsung memerah seperti buah apel yang sangat ranum.
Devano semakin yakin kalau pengantin baru itu sudah banyak kemajuan tak seperti hari sebelumnya.
"Ah ya silahkan. Pak Bos pasti ada urusan penting dengan mbak Zi."
"Iya Pak, hehehe."
"Ingat kunci pintunya dari dalam ya, takutnya ada yang mengganggu," goda Devano. Alhasil membuat Zizi semakin malu. Devano sepertinya sangat paham dengan apa yang ia pikirkan.
Zizi pun langsung meninggalkan tempat itu dengan langkah cepat dan ingin segera sampai. Takutnya semua karyawan tahu apa yang terjadi padanya dengan suaminya atau dengan bos nya itu.
Tiba di depan pintu ruangan Bara, Zizi tiba-tiba berubah gugup lagi. Ia takut kalau pria itu malah mengejeknya atau mungkin menghukumnya.
Waduh!
Gimana dong?
Apa pak Bara akan mengejeknya karena terlalu murahan ingin dicium lagi?
"Masuk aja mbak. Pak Bara kayaknya butuh sarapan deh. Sedari tadi udah banyak kerjaan yang bikin pusing," ucap Devano yang tiba-tiba muncul lagi di belakangnya.
Zizi tersentak kaget. Ia pun hanya bisa tersenyum meringis.
"Tapi aku gak bawa sarapan pak Dev. Aku gak akan dihukum 'kan pak Dev?"
"Hahaha. Sarapannya pakai mbak aja. Udah kenyang tuh pastinya." Devano langsung tertawa terbahak-bahak.
"Waduh. Tapi mana bisa kenyang pak. Pak bos kan suka banget marah-marah."
"Gak akan. Pak Bara aslinya baik kok. Ayo masuk aja mbak, takutnya ada gangguan lagi."
"Ah iya deh," ucap Zizi akhirnya. Setelah itu ia mengetuk pintu di hadapannya beberapa kali. Akan tetapi tidak ada balasan atau jawaban dari dalam.
Zizi jadi ragu. Lagipula ia tak punya alasan yang kuat untuk apa ia datang. Tidak mungkin ia akan mengatakan mana terongnya pak?
Bisa-bisa dikira orang gila.
"Langsung saja masuk mbak. Gak apa-apa kok," ucap Devano memberi dukungan. Zizi pun memutar handel pintu ruangan bertuliskan nama Bara Al Fayed kemudian masuk dengan langkah pelan dan takut-takut.
"Jadi kamu udah nikah diam-diam tanpa bilang sama mama?!" pekik seseorang dari arah bagian dalam ruangan kerja Bara.
Zizi langsung menghentikan langkahnya. Tubuhnya membeku untuk sesaat. Otaknya mulai menerka-nerka apa yang terjadi di dalam sana.
"Kamu tega sama mama Bar! Kamu tega!"
Mama?
"Kamu ingin seperti papamu ya? Melakukan sesuatu tanpa pernah izin sama mama?"
"Gak begitu ma. Ini alasannya lain."
"Alasan apa? Kamu dan papamu hanya ingin bikin mama tambah menderita!"
"Dengarkan aku dulu ma. Ini tidak seperti yang mama pikir."
"Lalu seperti apa yang sebenarnya Bar?!"
"Aku sebenarnya sangat menolak rencana papa ini. Bukankah mama udah tahu sendiri 'kan dimana hatiku saat ini?"'
Ruangan itu pun sepi. Sepertinya sang mama sudah mulai paham.
"Pernikahan ini karena wasiat papa demi kebaikan kita kedepannya. Jadi hanya sebatas itu tidak lebih. Jadi mama tidak usah khawatir."
Deg
Zizi merasakan dadanya sesak. Entah kenapa hatinya jadi sakit mendengar kata-kata itu dari suaminya meskipun sebenarnya ia sudah tahu hal itu.
"Kalau begitu ceraikan saja istrimu itu Bar! Bukankah kamu sudah mengikuti kemauan papamu?!"
Zizi merasakan kedua matanya berkabut. Ia tak kuat berada di dalam ruangan itu dengan suhu udara yang sangat panas seperti itu. Dengan cepat ia berbalik dan keluar dari ruangan itu.
"Lho mbak Zi, kok cepat banget?" tanya Devano bingung.
Zizi hanya tersenyum tipis kemudian pergi dari tempat itu. Ia tak ingin kembali. Ternyata, bukan pria itu saja yang tidak menginginkan pernikahan ini tapi keluarganya juga.
Jadi, untuk apa dipertahankan.
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀