“Baik, kalau begitu kamu bisa bersiap untuk menyambut kematian mama! Mama lebih baik mati!” Ujar Yuni mencari sesuatu yang tajam untuk mengiris urat nadinya.
Alika tidak percaya dengan apa yang di lakukan Yuni, sebegitu inginnya Yuni agar Alika mengantikkan kakaknya sehingga Yuni menjadikan nyawanya sebagai ancaman agar Alika setuju.
Tanpa sadar air bening dari mata indah itu jatuh menetes bersama luka yang di deritanya akibat Yuni, ibu kandung yang pilih kasih.
Pria itu kini berdiri tepat di depannya.
“Kamu siapa?” Tanya Alika. Dia menebak, jika pria itu bukanlah suaminya karena pria itu terlihat sangat normal, tidak cacat sedikitpun.
Mendengar pertanyaan Alika membuat pria itu mengernyitkan alisnya.
“Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya pria itu menatap Alika dengan sorot mata yang tajam. Dan langsung di jawab Alika dengan gelengan kepala.
Bagaimana mungkin dia mengenal pria itu jika ini adalah pertama-kalinya melihatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 19
Pagi ini Alika putuskan untuk menemui Helen langsung di tempat kerjanya. Dia tahu jika Helen tidak ingin menemuinya, maka dari itu dia yang akan mendatangi Helen.
Dia harus meminta Helen untuk menyelesaikan masalah yang di timbulkan Helen untuk dirinya.
Alika berdiri di luar gedung Nugroho Corporation, perusahaan keluarganya, tepatnya perusahaan milik Nugroho di mana Helen menjadi direktur utama di sana.
Alika menatap lama gedung bertingkat itu, Ada rasa mencekit di hatinya. Perusahaan milik orang tuanya sendiri, tapi dengan susah paya dia melamar pekerjaan di tempat lain. Sedang Helen dengan begitu gampangnya bekerja di sana dan langsung diangkat menjadi direktur utama.
“Ada yang bisa saya bantu?” Tanya resepsionis saat Alika menghampiri mejanya.
“Saya ingin bertemu dengan bu Helen.” Kata Alika.
Resepsionis wanita itu memperhatikan Alika dari ujung rambut hingga ujung kaki, lalu mendelik tak suka.
“Sudah ada janji sebelumnya?” Tanya.
“Tidak ada, tapi dia kakak saya.” Kata Alika.
Alika berharap resepsionis itu akan mempermudah dia untuk menemui Helen, atau setidaknya dia menghubungi Helen memberitahu kedatangannya.
“Maaf, saya tidak bisa membiarkan kamu masuk kalau belum ada janji sebelumnya.” Ujar resepsionis dengan berbicara non formal pada Alika.
“Tapi saya adiknya.” Kata Alika lagi untuk kembali meyakinkan.
“Tapi saya tidak bisa membiarkan kamu masuk! Lagi pula sekarang ini siapa pun bisa mengaku-ngaku adik siapa pun. Bahkan aku juga bisa mengatakan jika bu Helen itu saudaraku. Lagian masa bu Helen punya adik yang jelek dan penampilannya buruk seperti kamu!” Resepsionis memberikan tatapan sinis nya pada Alika.
“Baiklah kalau begitu.” Alika menyerah.
Alika tahu tidak ada gunanya terus meyakinkan resepsionis itu, karena bagaimana pun, dia pasti tidak akan di percaya. Dia juga tidak ingin berdebat, bisa-bisa dia akan di usir oleh satpam perusahaan. Alika memutuskan untuk duduk di kursi tunggu.
“Siapa dia?” Tanya teman si resepsionis yang juga seorang resepsionis. Sepertinya dia dari toilet dan melihat Alika yang duduk menunggu Helen.
“Katanya si adiknya bu Helen.” Jawab resepsionis.
“Adik bu Helen, apa itu dia?” Ucap teman resepsionis.
“Kamu kenal?” Tanya resepsionis.
“Apa kamu tidak tahu tentang video yang sedang viral?” Kata teman resepsionis.
“Video apa?”
Si resepsionis tampak bingung, dia tidak mengerti dengan apa yang di maksud oleh temannya itu.
“Kurang update kamu, video tentang adik bu Helen, adiknya itu merebut tunangan bu Helen.” Jelas teman resepsionis membuat si resepsionis dengan rambut sebahu itu menutup mulut tak percaya.
Bagaimana bisa penampilan seperti Alika itu merebut tunangan kakaknya. Sangat di luar nalarnya.
“Tunangan bu Helen itu pasti buta. Masa dia lebih memilih perempuan udik dan jelek seperti itu daripada bu Helen yang cantik dan modis sih.”
“Adiknya itu ngancam mau bunuh diri kalau tunangan bu Helen itu tidak mau menikah dengannya.”
Alika menjadi bahan gosip hangat keduanya, membicarakan Alika sambil menatap sinis, tatapan tak suka pun terang-terangan keduanya lemparkan pada Alika.
Alika hanya bisa menunduk menahan diri, membiarkan kedua resepsionis wanita itu menggunjing dirinya.
“Kasihan sekali bu Helen, padahal dia baik dan cantik. Adiknya itu tidak tahu diri ya.” Ujar teman resepsionis.
“Iya, mungkin dia iri dengan kecantikan bu Helen, makanya dia mengincar tunangan bu Helen, apa lagi, dengar-dengar tunangan bu Helen itu pria kaya.” Kata resepsionis.
“Pantas saja dia di mengincar sampai ngancam mau bunuh diri, wong cowoknya kaya.” Balas teman resepsionis.
Setengah jam akan makan siang Helen turun dari lantai tempatnya bekerja. Tidak sia-sia Alika menunggu Helen selama tiga jam sambil mendengar gunjingan kedua resepsionis yang salah menilainya.
Alika segera berdiri dan berlari kecil ke arah Helen.
“Kak Helen.” Panggil Alika yang tidak di sambut senang oleh Helen. Namun demi menjaga namanya Helen memaksakan senyum.
“Alika, kamu kesini kenapa tidak mengabari kakak terlebih dahulu?” Helen memasang wajah baik.
Sehingga orang yang melihat akan beranggapan jika dia adalah kakak yang benar-benar baik kepada adiknya, meskipun si adik sudah menyakitinya.
“Bu Helen baik ya, kalau aku mah punya adik seperti itu, sudah ku injak-injak batang lehernya.” Bisik resepsionis pada temannya.
Ya, kedua orang itu tertipu oleh sandiwara yang di mainkan Helen, Helen memerankan peran kakak yang berhati mulia dengan sangat baik.
“Aku mau bicara sama kak Helen.” Ucap Alika.
“Kita ke kantin aja, sekalian kita makan siang sama-sama, kamu pasti belum makan kan.” Kata Helen yang di balas anggukan oleh Alika.
Alika tahu jika Helen sedang bersandiwara, berpura-pura baik padanya hanya untuk mendapatkan pujian orang-orang.
“Cepat katakan kenapa kamu datang kesini menemuiku?” Helen menarik kursi dan duduk.
Dia mulai menunjukkan aslinya karena di kantin saat ini sedang sepi.
“Aku mau kakak bicara yang sejujurnya pada orang-orang, aku mau kakak hapus video klarifikasi kakak yang tidak benar itu.” Alika terus terang perihal kedatangannya untuk bertemu Helen, dia tidak ingin basi-basi lagi.
“Bagaimana kalau aku tidak mau?” Helen menantang.
"Kak Helen harus mengatakan yang sebenarnya kak!" Alika merasa jengah dengan Helen yang tidak ingin mengatakan yang sebenarnya pada orang-orang di media sosial.
"Suka-suka aku dong Lika! Kenapa kamu yang ngatur-ngatur aku dan nyuruh aku buat hapus video itu!" Helen kekeh pada pendiriannya.
"Tapi apa yang kakak katakan di video itu semuanya tidak benar kak! Orang-orang menghujat atas apa yang tidak aku lakukan!" Alika menatap nanar Helen.
"Dengar Lika, aku tidak akan menghapus video itu! Aku juga tidak akan speak up tentang kebenarannya, masa bodoh orang kau salah faham sama kamu! " Ucap Helen yang tidak peduli.
Helen suka melihat Alika menderita dan di salahkan oleh orang-orang.
"Kamu keterlaluan kak Helen!" Sergah Alika marah dengan sikap yang di tunjukkan Helen.
"Aku tidak peduli! Mendadak aku jadi kenyang melihat wajah jelek mu itu, karena sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan, aku duluan ya. Kamu nikmati saja kalau mau makan di sini. Sekali-kali kamu sebaiknya rasakan makan di kantin perusahaan, jadi kamu bisa sedikit rasakan pengalaman makan di perusahaan besar." Ledek Helen di selangi tawa senang lalu pergi meninggalkan Alika yang hanya bisa menahan diri.
........
Alika masuk kedalam rumah dengan langkah yang tak semangat. Pertemuannya dengan Helen yang dia kira akan menyelesaikan semuanya justru sebaliknya, dia justru hanya mengantar diri untuk di rendahkan.
"Kakak ipar kamu kenapa?" Tanya Brian yang keluar dari ruang baca.
"Tidak apa-apa." Sahut Alika.
Namun wajahnya tidak menunjukkan itu. Dia sedang tidak baik-baik saja, dan Brian tahu itu.
Perlahan-lahan air jernih jatuh dari balik kacamata tebalnya, air mata yang sedari tadi di tahannya akhirnya bocor juga.
Rasa sakit di perlakukan oleh kakak kandungnya sendiri membuat hatinya tidak kuat lagi menahan pedih.
Brian yang melihat itu langsung menarik Alika kedalam pelukannya. mencoba menenangkan Alika dengan pelukan hangatnya.
Akhirnya suara tangis Alika pecah juga, suara tangisan yang selama ini di tahannya. Tangisan yang selama ini tidak ingin dia perlihatkan pada siapapun.
Suara tangisan atas perlakuan yang tidak adil yang dia terima dari ibunya dan juga kakaknya.
akhirnya semua itu pecah di depan Brian.
Brian semakin mempererat dekapannya, ada aneh yang dia rasakan, entah mengapa Brian juga bisa merasakan kepedihan yang Alika rasakan, dan itu membuat Brian merasa marah.
perlahan-lahan tangisan Alika mereda, pelukan hangat yang di berikan Brian padanya berhasil menenangkan perasaannya.
"Apa kamu sudah merasa lebih baik?" Tanya Brian menyentuh pipi Alika yang basa dengan kedua tangannya.
Alika hanya membalas dengan anggukan, Setelah meluapkan tangisannya, dia merasa jauh lebih baik, ditambah oleh pelukan hangat yang di berikan Brian yang tidak pernah dia dapatkan selama ini.
"Terima kasih." Ucap Alika menatap wajah Brian.
"Kapanpun kamu butuh aku akan siap untukmu." Ujar Brian sambil melepas kacamata Alika dan menghapus air mata yang masih tersisa di wajah mungil itu.
Keduanya saling tatap, untuk pertama kalinya Alika memperhatikan mata Brian, ternyata Brian memiliki mata indah berwarna kopi mudah.
tatapan mata Brian membuat jantung Alika seketika berdetak tidak karuan.
Begitu pun dengan Brian, hal yang sama dia rasakan, dan perlahan-lahan pandangan itu turun ke bibir ranum yang membuatnya tertarik, bibir yang begitu menggoda Brian.
Atmosfir yang berubah membuat Brian mendekat lalu mencium bibir ranum yang selalu menggodanya itu. Kelembutan bibir kenyal Alika begitu nikmat bagi Brian.
...****************...
Dukung Author dengan vote, like dan komen ya. Terima kasih :)
kenapa Hellen gak diselesaikan sekalian Thor 🙏🙏🙏🙏🙏
overall... happy ending../Smile//Smile//Smile/
Asli jujur suka banget saya sama ceritanya 👍👍👍🤗🤗🤗
tinggal Helen tuhhh ketemuin sama jodohnya Thor 👍😅