Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Jangan-jangan! • Revisi
Juwita membelalakan mata ketika tak sengaja menabrak pundak seorang pria.
"Eh maaf, aku benar-benar minta maaf." Tanpa mendengar tanggapan pria yang dia tabrak. Juwita berlari cepat menuju pintu utama.
Lelaki bermata hitam itu hanya melirik Juwita sekilas lalu mulai melangkah lagi ke suatu tempat.
Sementara Calvin masih tetap mengejar Juwita sambil berteriak memanggil nama istrinya itu. Begitu pula dengan Putri, meski kesusahan berlari. Tetapi, wanita itu tak pantang menyerah.
"Juwita!" Sesampainya di luar mall. Calvin berdecak karena Juwita tak juga berhenti, malah masuk ke salah satu taksi.
Pada akhirnya Calvin terpaksa menghentikan langkah kaki, karena dia sudah kehilangan Juwita dan sosok mungil yang membuat perasaannya jadi kacau balau tadi.
"Calvin, kenapa kamu mengejar Juwita sih, biarkan saja mereka pulang!" Dengan napas tersengal-sengal Putri lantas berkata.
Calvin melirik dingin Putri. Membuat Putri meneguk ludahnya dengan susah payah sekarang.
Dalam hitungan detik, Calvin melenggang pergi menuju basement mall. Lagi dan lagi Putri diabaikan Calvin.
"Argh! Ini semua gara-gara Juwita!" umpat Putri kemudian menyusul Calvin.
Ketika sampai di basement mall, Putri membuka pintu mobil Calvin.
"Calvin, kamu kenapa sih! Aku ini pacarmu! Mengapa kamu malah mementingkan Juwita dari pada aku!" Belum juga naik ke mobil, Putri mengeluarkan uneg-unegnya seketika.
Putri tak peduli lagi dengan tatapan aneh para pengendara mobil yang tengah parkir di sekitar. Wajah cantiknya itu kini berubah merah menyala. Sangking marahnya, terlihat tanduk di atas kepala Putri sekarang.
Namun, tanggapan Calvin di luar dugaan Putri.
Calvin menyeringai tajam. "Putri, apa kamu lupa ingatan? Kamu itu hanya pacar bohonganku, jangan ikut campur urusanku, apa yang aku lakukan sekarang jangan kamu besar-besarkan! Lagi pula yang kita lakukan selama ini hanyalah sandiwara semata!" serunya dengan nada suara yang dingin hingga menusuk jantung Putri sejenak.
Rahang Putri langsung mengeras. Masih teringat dengan jelas, beberapa tahun silam sepulang dari luar negeri Calvin memintanya jadi pacar bohongan karena teman-teman kampus Calvin menganggap Calvin penyuka sesama jenis. Jadi, Calvin meminta Putri menjadi pacarnya dan keterusan sampai saat ini.
Sejak duduk di bangku SMA, Putri yang sudah lama menaruh hati pada Calvin lantas mengiyakan. Ini merupakan kesempatan emas bagi Putri.
Namun, sampai sekarang hati Calvin juga tak luluh. Pria berparas menawan itu terlalu dingin dan amat sulit disentuh. Akan tetapi, di mata Putri, itulah yang menjadi daya tarik Calvin. Meskipun begitu, Putri tidak patah arang. Dia akan melakukan segala macam cara, untuk mengaet hati Calvin.
"Tapi Calvin, aku berhak marah padamu! Gara-gara kamu kakiku lecet!" balas Putri tak mau kalah.
Calvin melirik sekilas kaki Putri yang di bawahnya sedikit memerah karena gesekan heels.
"Lalu kamu mau apa?" tanya Calvin dengan sorot mata tajam.
"Bisakah kamu memberikan perhatian padaku sedikit, walau bagaimanapun aku ini temanmu sekaligus pacar bohonganmu."
Mendengar hal itu, Calvin berdecak kesal lalu berkata,"Jangan bermimpi Putri, hari ini kamu membuatku muak, mulai besok jangan pergi lagi ke kantorku! Pakai taksi saja kamu pulang!" Setelah mengucapkan itu Calvin menyalakan kendaraan empat miliknya tersebut.
Netra Putri terbelalak dengan reaksi Calvin barusan. Dia tampak panik.
"Baiklah, aku akan pulang naik taksi tapi aku akan memberitahu Mamamu jika kamu meninggalkan aku di mall sendirian!" ancam Putri, membuat Calvin menggertakkan giginya tiba-tiba.
"Naiklah! Sebelum aku berubah pikiran!" balas Calvin dengan sorot mata tajam.
Putri tersenyum penuh kemenangan, kemudian dengan cepat masuk ke dalam mobil.
Sementara itu, di lain tempat, Juwita dan Chester telah sampai kontrakan. Saat di halaman rumah, keduanya berpapasan dengan Tina yang kebetulan baru pulang dari kegiatannya juga. Juwita pun mengajak Tina untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Wah, belanja banyak ini, Tante minta dong," kelakar Tina pada Chester.
Chester duduk dengan cepat di kursi sambil melepas topeng yang dia pakai sedari tadi. "Nggak mau! Ini punya Chestel, Tante Tina beli sendili," balasnya dengan muka masam.
Namun, di pengelihatan Tina, anak laki-laki itu amat menggemaskan. Tina lantas mencubit gemas pipi bulat Chester. Membuat Chester sedikit kesal.
Tina tiba-tiba menurunkan tangan lalu melirik Juwita yang tengah sibuk merapikan belanjaan.
"Ke mana saja tadi Juwita? Kenapa banyak keringat, kayak habis lari saja," ujar Tina keheranan, karena keringat mengucur dari kening Juwita sejak tadi.
Juwita malah menyengir kuda. Dia tidak mungkin mengatakan jika berlari dari Calvin.
"Kami habis dari mall, terus pulang dan singgah sebentar ke warung, pas keluar taksi aku sama Chester lari-lari, jadinya keringatan deh," kilah Juwita.
Untung saja dia memiliki alibi agar bisa mengelabui Tina. Sebab setelah taksi berhenti di depan gang, Juwita mengajak Chester pergi ke warung, membeli bahan-bahan untuk membuat kue nanti malam.
Tina beroh ria sejenak. Tetapi, celetukan Chester membuat Juwita mulai ketar-ketir sekarang.
"Tante Tina, tadi di mall Chestel ketemu Paman yang Chestel lihat di tempat kelja Mama, Paman itu aneh banget loh masa malah-malah sama Mama," ungkap Chester dengan muka cemberut.
Juwita menahan napas sejenak saat mendengar cerita Chester barusan. Anak laki-lakinya itu sangatlah polos.
Tina mengedipkan mata berulang kali lalu melirik Juwita, meminta penjelasan atas perkataan Chester.
"Kamu ketemu sama Presdir baru kita di mall?" tanya Tina dengan tatapan menyelidik.
Juwita tersenyum meringis. "Iya, Tina."
"Apa yang terjadi sampai membuat Pak Calvin marah?" tanya Tina lagi, amat penasaran.
"Hanya masalah kecil kok, biasalah, tadi kamu bilang kalau Chester nyenggol pacar Pak Calvin di perusahaan, sudah tidak usah kamu cemaskan." Juwita buru-buru membalikkan badan hendak menaruh gula di toples, dan berharap Tina tidak bertanya lagi tentang kegiatannya tadi di mall.
Tak ada tanggapan, kini Tina bungkam dengan kening berkerut kuat.
"Juwi, apa aku saja yang merasa kalau Chester mirip sekali dengan Pak Calvin, apa jangan-jangan suamimu itu Pak Calvin? Presdir baru kita itu!" sahut Tina seketika.
o ya ko' Chester bisa ke perusahaan sendiri,dia kan masih bocah... sementara kan jarak rumah ke perusahaan jauh?