Refina dan Rio mendadak jadi saudara tiri, Kebahagiaan yang terus yang didapat kan hari-harinya, sampai membuat Refina jatuh cinta pada saudara tirinya.
Percintaan seperti apa yang akan mereka jalani?, Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 | Kegelapan Hati
Refina yang baru saja tiba dari markas Thunder Wolf. pulang membawa oleh-oleh untuk kedua orang tua tersayang nya.
"Ibu, Ayah!! Fina bawakan sesuatu untuk kalian" Pekik nya cempreng parah.
"Ayah sudah pergi, dia dinas malam" Sahut Bu Lastri dari lantai 2.
"Oh begitu kalau Rio kemana bu?" Tanya Fina datar.
"Saat ayah berangkat. Rio pergi main" Jawab Bu Lastri sambil membuka plastik berisi kue coklat yang di beli Fina dijalan.
Fina menatap sinis "Sama siapa Rio pergi?" Jawabnya kepo.
"Anisa" Jawab Bu Lastri singkat.
Tiba-tiba Refina merubah raut wajah nya.
Dia mencoba mengalihkan pembicaraan yang ingin di bahas nya. "Bu, soal paman Yanto, apa ibu tau sesuatu?" Tanya Fina serius.
Bu Sulastri tiba-tiba diam dan menggeleng kepala ketakutan. Melihat respon dari ibunya Fina mengerutkan kening nya.
"Bu, paman Yanto kakak ibu kan? yang berarti paman nya Fina juga. Fina berhak tau tentangnya, apa yang ibu tutupin?" Fina memojokkan Bu Lastri untuk bercerita.
"Pak Yanto yang telah membuat ayah kandung Rio meninggal dunia" Jawab pengakuan Bu Lastri.
Mata Elsa berubah menjadi tatapan kosong dengan mulut yang terbuka. "Kenapa? Ko bisa keluarga saling bunuh" Fina protes keras dengan suara bergumam pelan.
"KENAPA!!" Lanjut Fina dengan suara keras dengan penuh emosi.
"Ibu tau kan sekarang Rio yang membunuh anaknya pak Yanto? mau sampai kapan begini? Lama-lama keluarga ibu bakal habis kalau saling dendam" Fina memelankan suaranya lagi. dia menahan sabar dengan pengakuan ibunya sambil berpamitan ke kamar untuk menenangkan diri.
Saat di jalan dia berteriak meluapkan kemarahan dari tubuhnya. "BRENGSEK!! KELUARGA MACAM MONYET!!" Murka Fina sambil membanting gelas yang berada di meja makan dengan keras.
Ibu Sulastri kaget dan takut dia terisak nangis sambil menelpon pak Ahmad dan Rio dengan tubuh gemetar.
Satu jam sebelum Fina mengamuk dirumah.
Anisa membawa Rio pergi kerumahnya. Saat sudah sampai rumahnya. Tiba-tiba Anisa dikejutkan oleh ayahnya yang lagi berada dirumah.
"Nisa, ayahmu sudah nunggu kamu dari tadi" Sahut Bu Retno yang menghampiri Anisa.
"Ayah kapan sampai? Maaf Nisa tadi ke rumah Rio buat bawa dia kesini" Kata Anisa sambil menyalami ayahnya.
Pak Rizal menoleh dengan berpura-pura tidak mengenali Rio "Dia pacarmu sekarang?" Tanyanya singkat.
Anisa mengangguk "Iya pah, dia sangat baik ke Anisa. selama pacaran sama Rio, Anisa jadi sering main sama teman-teman cewek dan tidak ada larangan keras" Jawab nya senang sambil berjalan ke arah dapur untuk membuat kopi buat ayahnya.
"Oh gitu ya? Rio kesini sebentar" Titah pak Rizal dengan mata tajamnya.
Saat Rio sudah bersama Pak Rizal. Dia berbisik ke arah Rio untuk mengobrol empat mata di taman rumah nya.
"Kapan um" Tanya Rio datar.
"Sekarang" Jawab singkat pak Rizal.
Pak Rizal menyuruh Anisa untuk menaruh kopinya di atas meja makan sambil membawa Rio ke taman untuk mengobrol santai.
"Kenapa nomor telepon kamu tidak aktif lagi?" Tanya pak Rizal santai sambil menawarkan rokok sampurna mild milik nya.
Rio mengambil tawaran itu dengan merokok santai di bawah pohon mangga. "Maaf um Rio berhenti ikut gituan lagi, sekarang mau fokus buat bahagiakan anak um" Jawab nya gombal.
"Apa bukan karena ayah barumu?" Tanya pak Rizal tajam.
Rio menggeleng kepala singkat. "Lagi pula sekarang. target yang sudah Rio incar selama ini sudah mati, Rio dendam karena ayah dia membunuh ayah kandungku" Jawab Rio dengan tatapan dendam.
"Tapi pelaku utama yang membunuh ayahmu kan belum mati. Selama dia masih berkeliaran, mungkin target selanjutnya bisa mengarah ke Saudara tirimu atau ga ayah barumu" Ucap pak Rizal sambil mengompori.
Perkataan itu membuat Rio berpikir keras "Hem— ada benarnya juga sih"
Pak Rizal sambil mematikan rokoknya dia menawarkan misi berbahaya untuk Rio.
"Kamu bom markas besar nya club Mafia Lozeto"
Rio kaget parah dan menoleh dengan menggelengkan kepala "Maaf um untuk itu Rio gamau ngambil resiko"
Pak Rizal menegaskan kalau di dalam markas nya terdapat banyak barang haram yang ingin di jual.
Tiba-tiba Anisa muncul dari belakang "AYAH GA BOLEH!" Pekik Anisa tajam.
"Rio jadi selama ini kamu bekerja sama dengan ayahku? Sumpah gue enggak nyangka lu jadi mafia dibawah naungan ayah" Lanjutnya kesal.
Pak Rizal memberi klarifikasi kalau ayahnya Rio itu tidak bersalah. tiba-tiba dibunuh pak Yanto malam-malam karena ingin mengambil hartanya.
"Sumpah untuk masalah itu Anisa ga peduli, yang Nisa mau jangan rebut kebahagiaan Anisa, sekarang Anisa bahagia bersama Rio, kalau Rio mati dalam misi itu. Anisa sama siapa" Rengek Anisa seperti bayi.
Rio menenangkan Anisa. "Um untuk misi itu seperti nya Rio menolak, dan Rio juga sudah ga mau berhubungan sama mafia. Ini juga sebagian janji Rio ke Ayah" Kata nya tajam
"Oke Rio nanti untuk ketiga ajudan yang bersamamu om tarik lagi ya, buat orang baru yang gantiin kamu" Jawab pak Rizal
Bu Retno tiba-tiba berlari panik saat mendengar jeritan nya Anisa "Ada apa sih kalian, aduh! kaya orang bertengkar saja" Ucap nya rancu.
"Mas ini kenapa anakmu menangis?" Tanya Bu Retno tajam
"Maaf Bu. Ini semua karena Rio membuat anak ibu nangis" Sahut Rio.
Ibunya suruh Rio membawa Anisa untuk pergi kedalam. sedangkan ayahnya ditahan Bu Retno untuk mengobrol empat mata tentang apa yang baru saja terjadi.
Dan setelah keadaan rumah Anisa tenang dan kondusif, Anisa telah kembali ceria berkat Rio yang memanjakan nya di ruang tamu.
Tak lama Rio menerima telpon dari ibunya kalau Refina datang-datang ke rumah ngamuk. "Apa! Fina ngamuk!" Heboh Rio Rancau
Anisa menoleh tajam "Kenapa lagi sama Fina astaghfirullah" Gumam nya pelan.
Rio mematikan telepon dari ibunya dan menoleh ke arah Anisa. "Sayang aku pamit pulang duluan ya, pokoknya aku sudah gada hubungan sama mafia, kamu jangan nangis lagi" Kata Rio panik sambil mencium kening Anisa mesra.
Anisa mengangguk senyum "Hati-hati sayang" Ucap dengan bucin nya.
Tak lupa juga Rio berpamitan ke orang tua anisa sambil memesan ojek online untuk pergi kerumahnya. karena kunci motornya masih dalam genggaman ayahnya.
Saat dirumah Rio berlari untuk menghampiri ibunya "Bu kenapa dengan Fina?"
Ibu Lastri menunjuk gelas pecah "Fina ngamuk pecahin gelas, ibu takut"
Tak lama ayahnya yang panik juga datang dengan pakaian polisinya bersama temannya "Bu ada apa?"
Bu Lastri sambil menangis menunjuk kamar Refina "Dia mengamuk" Kata nya
Rio izin pergi ke kamar Refina dan saat pintu di ketuk Rio dengan menyebut namanya, Refina membuka pintu dengan tatapan membunuh sambil melayangkan sebuah pisau mengarah ke Rio sambil berteriak "MATI LU ANJING"
Wajah Rio mendongak keatas dengan mata terbelalak.