NovelToon NovelToon
Heart Choice

Heart Choice

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kyushine / Widi Az Zahra

Di antara cinta yang tak terucap dan janji yang tak sengaja diucapkan harus menjadi sesuatu yang ditanggung jawabi oleh Rafael. Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang hampir terbilang sempurna, Rafael harus kehilangan wanita yang dicintainya sekaligus menerima kehadiran seorang gadis yang sangat ia sayangi—Adeline.

Dua tahun setelah pernikahannya dan bangun dari segala keterpurukannya, Rafael harus terjebak dalam sebuah dilema. Apakah ia akan memilih cinta yang sebelumnya hilang atau tetap bersama dengan seseorang yang selama ini menemani masa-masa sulitnya? Setiap pilihan datang dengan konsekuensi dan setiap keputusan menuntunnya pada jalan yang tak terduga.

Ketika cinta dan masa lalu bertabrakan, apakah Rafael akan mengikuti hati atau logika? Bagaimana jika pilihan yang benar ternyata sesuatu hal yang paling sulit ia jalani? Temukan kisahnya dengan meng-klik ‘Mulai Membaca’.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HC 15

Adeline pulang dengan kondisi yang sedikit lesu. Dia masih bingung dengan berlian yang diterima olehnya. Ketika

sudah dihadapkan dengan pintu rumah, Adeline menarik napasnya secara perlahan dan mencoba menetralkan kondisi bingungnya.

"Aku pulaaaaangg~" seperti tak terjadi apa-apa, Adeline berseru dengan nada yang riang seperti biasa. "Wah bau aroma apa ini? Apa kak Rafa sedang memasak?" Tambahnya seorang diri dan langsung berjalan menuju dapur.

Melihat seorang pria yang tengah menyiapkan makan malam dengan apron ditubuhnya membuat Adeline semakin terpana. Jarak keduanya memang sudah sangat dekat, namun hati mereka sangat sulit untuk terpaut sama lain.

"Wah sepertinya enak," tutur Adeline seraya mencicipi pasta makaroni yang berada dimeja makan.

"Kau udah pulang? Aku sampai tidak menyadarinya,"

"Pasta buatanmu tidak pernah gagal kak, ini benar-benar enak." Adeline ketagihan dengan rasa masakan yang sangat ia rindukan. "Aku ingin memakannya sekarang, aku lapar." Ucapnya lagi yang langsung menarik kursi meja makan.

"Cuci tanganmu dulu," Rafael menarik piring yang berada dihadapan Adeline dan membuat wanita itu mengerucutkan bibirnya. "Ayo cepat, aku juga sudah membuatkan rosti kesukaanmu." Mendengar kata rosti membuat Adeline sangat bersemangat, bagaimana tidak? Rosti adalah makanan kesukaannya dan rosti buatan Rafael adalah yang terenak menurutnya.

Dengan cepat Adeline berlari ke westafel untuk mencuci tangannya, dan dengan cepat juga ia kembali duduk. Saat ia duduk sudah tersaji dia porsi rosti dimeja makan, mengambil sendok, ia pun segera memotong dan mencicipinya.

"Rosti buatanmu selalu menjadi yang terbaik, kak." Ungkapnya yang langsung menikmati beberapa makanan yang ada dimeja makan saat ini.

"Pelan-pelan saja makannya, jangan terburu-buru." Sahut Rafael yang tengah memakan pastanya dengan perlahan.

"Kak apa kau tahu? Hari ini tuan Henry memintaku untuk menemuinya setelah operasi tadi, dan apa kau tahu dia memberikan aku apa?"

"Apa?" Jawab Rafael sekenanya dan Adeline langsung merogoh tasnya seraya mengeluarkan dua kota itu dari dalam sana. "Berlian?" Tambahnya setelah melihat Adeline membuka dua kotak itu.

"Benar. Bagaimana bisa dia memberikan berlian mahal ini padaku hanya dengan alasan sebagai hadiah pernikahan. Terlebih lagi, aku kan masih terbilang pegawai baru,"

Adeline terus bicara panjang kali lebar, menceritakan segala rentetan kejadian yang dia alami selama bekerja, namun Rafael selalu menanggapinya dengan seadanya. Meski begitu, hal tersebut tidak pernah membuat

Adeline merasa kecewa, selama pria itu mendengarkan ceritanya, itu sudah lebih dari cukup untuknya.

"Ada kejadian lucu juga kak. Saat Efran mau pergi ke  toilet dan saking terburu-burunya, dia membuka pintu toilet yang ternyata didalamnya masih ada orang. Efran benar-benar terkejut, begitu pun orang didalamnya, karena orang itu lupa mengunci pintu kamar mandinya." Adeline tertawa renyah sendiri mengingat bagaimana Efran bercerita padanya tadi sore, namun Rafael tampak tak tertawa atau tersenyum sedikit pun.

"Apa kau sudah selesai makan? Aku udah selesai,"

"Sudah kak. Biar aku yang bereskan ya. Sebaiknya kak Rafa istirahat saja."

"Baiklah,"

Ketika Rafael meninggalkan ruang makan, Adeline masih menatapi punggung pria itu. Rafael tampak tak pergi ke kamarnya, melainkan pergi ke ruang kerjanya yang entah sedang apa ia disana, mungkin sedang meratapi mendiang kekasihnya.

Beberapa kali Adeline memasuki ruangan itu, ruangan tersebut benar-benar dipenuhi dengan foto-foto Rachel bersama Rafael, bahkan ia melihat adanya foto prewedding yang telah dilakukan oleh keduanya dan hal itu membuat Adeline merasa terluka.

Setelah urusan dapur selesai, Adeline sengaja membuat coklat hangat untuk Rafael. Mengingat pria itu masih belum keluar dari ruang kerjanya, Adeline segera menuju kesana untuk sekedar memberikannya sekaligus ingin tahu apa yang sedang dilakukan oleh Rafael didalam sana.

"Kak, aku masuk." Setelah mengetuk pintu dan tak ada jawaban, Adeline masuk bersama dengan gelas berisikan coklat serta baki sebagai alasnya. "Ternyata dia tertidur ya," gumamnya setelah menyimpan coklat hangat buatannya.

Tidak senang melihat Rachel dalam balutan bingkai pada meja kerja Rafael, Adeline langsung menutup bingkai tersebut. Setelah itu, dia pergi mengambil selimut dari dalam lemari yang berada diruang kerja Rafael.

Tidak tega membangunkannya, Adeline menyematkan selimut pada tubuh Rafael dengan harapan pria itu tidak akan kedinginan dan tak lupa juga ia menyalakan penghangat ruangan didalam sana.

"Selamat malam kak," gumamnya yang langsung keluar dari ruang kerja Rafael.

**

**

Pagi hari. Seperti biasa, Adeline selalu disibukkan dengan urusan dapur. Meski sudah terbiasa menyiapkan sarapan hingga makan malam sendiri saat masih berada di London, namun kali ini rasanya sangat berbeda, karena kali ini dia tidak hanya menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk orang yang sangat ia cintai sejak lama.

"Sarapan pagi ini aku sudah buatkan bircher müesli untukmu kak. Aku juga masak landjager." Tidak pernah sehari pun Adeline terlihat tidak bersemangat, setiap kali melihat Rafael dihadapannya, semangatnya selalu menggebu-gebu dan seperti biasa, dia pun selalu mendiktekan setiap masakan yang dia masak.

Seperti sudah terbiasa dengan ocehan Adeline setiap harinya. Rafael langsung saja duduk untuk menikmati makanan yang sudah tersaji di meja makan. Dia pun selalu menikmati makanan yang dibuat oleh Adeline, karena memang makanan yang dibuat olehnya selalu terasa enak untuknya.

"Oh ya kak, untuk makan siang nanti aku membawakan saffron risotto untukmu, bukan hanya itu, aku juga buatkan papet vaudois untukmu. Kamu pasti sangat menyukainya."

"Terima kasih, Del." Jawabnya singkat dan Adeline tersenyum menanggapi hal tersebut.

"Hmm untuk nanti malam kau mau makan apa kak? Älplermagronen? Zücher geschnetzeltes? Atau..."

"... sepertinya nanti malam aku akan ada acara pertemuan dengan beberapa client, jadi maaf aku tidak bisa makan malam dirumah." Rafael memotong ucapan wanita yang duduk dihadapannya.

"Tidak apa-apa kak. Aku akan tetap memasak untukmu. Bisa saja saat tengah malam nanti kau lapar, 'kan? Dengan begitu hanya tinggal dihangatkan saja,"

"Aku sudah selesai makan dan akan segera berangkat." Rafael menarik jas yang sebelumnya dia sampirkan di punggung kursi. Sedangkan Adeline yang mengetahui hal tersebut langsung menyusul pria itu seraya membawa kotak bekal milik Rafael.

"Kak, bekalnya tertinggal." Teriaknya yang melihat Rafael sudah membuka pintu mobilnya. "Kau hampir meninggalkan bekalnya." Ucap Adeline dengan nafas tersengal setelah berhasil masuk ke dalam mobil Rafael.

"Del, hari ini aku sangat buru-buru, apa tidak sebaiknya kau memesan taksi online saja?"

"Turunkan aku di halte pertama saja ya kak. Setelah itu aku akan naik bus."

Rafael menghela napasnya kasar dan akhirnya mengikuti permintaan wanita disisinya. Kali ini Rafael benar-benar tidak mengantar Adeline sampai rumah sakit meskipun wanita itu selalu minta diturunkan dihalte pertama. Adeline sangat terkejut saat Rafael mengikuti ucapannya, dia menurunkan Adeline tepat dihalte pertama sesuai dengan yang diminta olehnya.

"Terima kasih kak,"

"Hati-hati. Aku jalan duluan." Ucap Rafael dari balik jendela dan kembali melajukan mobilnya. Sedangkan Adeline terus menatapi mobil tersebut hingga tak terlihat dari pandangannya.

Beberapa hari ini aku merasa dia begitu dingin padaku. Apa yang terjadi padanya? Apa aku melakukan kesalahan? Atau memang dia sudah berhasil membangun dinding yang sangat tinggi?

Ada rasa penasaran yang mendalam merasakan perilaku Rafael terhadapnya, karena biasanya Rafael selalu memanjakannya dan selalu menuruti semua permintaannya. Bahkan sebelum meminta, terkadang pria itu sudah memberikan apa yang diinginkan oleh Adeline.

Suara klakson berbunyi dan menyadarkan lamunan Adeline. Mobil hitam yang sangat tidak asing untuknya, namun dia lupa siapa pemilik mobil tersebut, hingga jendela mobil turun barulah dia tahu siapa orang yang berada didalam sana. "Del, sedang menunggu bus? Naik aja yuk, biar aku yang antar." Ucap pria itu dengan ramah.

"Tapi kita tidak searah kak. Kak Al mau ke kantor, 'kan?"

"Tidak apa-apa. Ayo cepat masuk."

Lumayan menghemat biaya, sesuai tawaran Alvaro, Adeline masuk ke dalam sana dan Alvaro akan benar-benar mengantarnya ke rumah sakit tempat dimana Adeline bekerja.

"Kak Al apa tidak terlambat jika mengantarku dulu? Bukankah ada pekerjaan penting hari ini? Kak Rafa bahkan sampai terburu-buru dan hampir lupa dengan bekalnya."

"Terburu-buru kenapa? Sepertinya tidak ada sesuatu yang urgent, selain harus memikirkan strategi untuk memenangkan tender sebesar 1 triliun."

Jadi, dia hanya ingin menghindariku saja, ya?

1
Nursanti Ani
bang Rafa lg lope lope/Facepalm//Facepalm/
Nursanti Ani
oooohhhh babang Efran,,/Grin//Grin/
Nursanti Ani
ini lg mas erfan,,udah ga sabaran bgt pengen BW kabur bini orang/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Nursanti Ani
Rafa udah ad rasa sedikit buat Adel,,,tp takut nanti lg bahagia2 nya Rachel muncul/Shy/
Nursanti Ani
ngarep cinta bgt sih,,,bukan keren malah jijik liatnya,,,,maksa bgt cintanya,,/Hey/
Nursanti Ani
gw rasa sih Rachel masih hidup,,akhirnya Adel nyerah dan pergi,,,kalo sudah tiada baru terasa,,/Sob//Sob//Sob/
Nursanti Ani
cewek bucin begini kl belom d siksa bathin dan d selingkuhin belom sadar diri/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Osi Malang: cerita apa itu
Kyushine: betul, harus digebrak dulu kayaknya biar sadar
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!