Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
David yang sudah bertekad, kini tengah dalam perjalanan menuju kantor Rama, yang tidak lain adalah tempat berkerjaanya dulu.
Setelah menempuh hampir dua jam perjalanan akhirnya David tiba di halaman parkir perusahaan.
David bergegas memarkirkan motornya dan melangkah lebar menuju meja resepsionis. Ia tahu betul jika Rama bukan orang yang bisa di temui secara sembarangan jika belum membuat janji.
"Ya ampun Pak David? Pak David apa kabar?" Seorang wanita yang berparas cantik dengan rok pendek selutut menyapa David dengan ramah.
"Saya baik, apa Pak Rama sedang ada diruangannya?" Tanya David ragu.
"Kebetulan beliau sekarang sedang ada rapat, tapi akan segera selesai dalam 10 menit lagi, apa Pak David ingin membuat janji?" Wanita itu kini menatap David dari atas sampai bawah yang nampak lusuh dan bau sinar matahari.
"Boleh, tolong katakan pada Pak Rama kalau ada saya, yang menunggunya dilobi." jawab David dengan senyuman tipis.
"Baik Pak, apa Pak David mau dibuatkan minuman selagi menunggu?"
"Tidak apa-apa, tidak usah." David kembali mengulas senyum dan segera berlalu meninggalkan wanita itu.
"Untung saja dulu dia menolakku, ternyata dia hanya gelandangan tanpa bantuan Pak Rama." wanita itu kembali duduk sambil bergumam lalu mengoleskan lipstik kebibirnya untuk kembali menunjang penampilannya.
Ucapan wanita tadi tentu saja dapat terdengar jelas oleh David yang belum melangkah terlalu jauh dari tempat tadi, ia hanya bisa menanggapi ucapan wanita itu dengan helaan napas panjang.
David dulu memang cukup populer dikantor, wajah tampan dengan kulit putih bersih disertai tubuh yang berotot membuatnya selalu menjadi pemandangan indah dimata wanita.
Tidak sedikit wanita di kantor yang ia tolak karena dulu ia masih fokus dengan karirnya sebagai ucapan terima kasih pada Rama karena dia sudah mengangkat derajatnya.
Hingga akhirnya dia terpesona oleh Vika yang membuatnya jatuh pada jurang penderitaan.
Wanita tadi segera menghampiri Rama setelah melihat Rama keluar dari ruang rapat.
"Permisi Pak, Bapak ditunggu oleh Pak David dilobi." Wanita itu berkata setelah membungkukan badan.
"David?" Dahi Rama seketika berkerut saat mendengar nama itu. "Minta dia keruangan saya saja." sambung Rama dan segera berlalu dari tempat itu.
"Baik Pak." wanita itu kembali membungkukan badan dan langsung melangkah menuju lobi.
"Permisi Pak, Pak Rama bilang Bapak diminta langsung keruangannya saja." wanita itu mengulas senyum ramah setelah tiba dihadapan David.
"Oh iya, terima kasih." David membalas senyuman itu dan segera menuju ke ruangan Rama.
"Masuk." Rama segera menjawab setelah mendengar ketukan dipintu. "Ah, kamu ternyata, ada angin apa hingga kamu memberanikan diri datang kemari?" Rama berkata setelah memutar kursinya dan melihat David masuk.
"Boleh aku bicara sebentar." ucap David ragu.
"Tentu saja, silahkan duduk." Rama menunjuk sofa panjang didepannya lalu segera bangkit untuk menghampiri David.
"Jadi hal apa yang membawamu hingga kemari? Bukan kah kalian sudah hidup bahagia dengan mengasingkan diri dariku." sindir Rama.
"Aku benar-benar minta maaf atas kesalahanku yang sudah merebut Vika darimu, ternyata aku masih belum mampu untuk membahagiakan Vika jika tanpa bantuanmu." David berkata sambil menundukan pandangannya menahan malu.
"Syukurlah kalau kamu sudah sadar, tapi sepertinya penyesalanmu sedikit terlambat, karena sekarang aku sedang fokus membangun kembali kebahagiaanku dengan Istriku." Rama menyandarkan tubuhnya lalu melipat kedua kaki.
"Aku tahu, aku sudah mendengarnya saat kita bertemu dirumah Mama Susan tempo lalu, aku hanya ingin kamu tetap memperhatikan Vika jika suatu saat nanti aku pergi jauh." David kini sudah tidak kuasa lagi membendung air matanya, bayang-bayang Vika yang akan terus hidup menderita amat menyiksa batinnya.
"Kenapa kamu berkata seperti itu? Apa kamu berniat membuang Vika setelah mengambilnya dariku?" Rama menaikan sebelah alisnya.
"Bukan, aku sama sekali tidak ada niat seperti itu, hanya saja..." David menggantung kalimatnya karena masih belum paham dengan apa yang tengah ia rasakan saat ini.
"Kenapa? Kalau kamu sudah tidak sanggup lagi menjaganya, pulangkan dia kembali pada orang tuanya." Rama berkata dengan sedikit emosi.
"Sudahlah, lupakan saja apa sudah aku ucapkan tadi, maaf sudah mengganggu waktumu, aku pamit." David segera bangkit dari duduknya.
"Tunggu sebentar." Rama merogoh semua uang tunai didompetnya lalu menyelipkannya kesaku jaket milik David saat David sudah tiba diambang pintu.
"Terima kasih, atas semua bantuan yang sudah kamu berikan padaku selama ini. Maaf jika aku membalasnya dengan luka yang menyakitkan." David berkata dengan mata yang berkaca-kaca.
Rama hanya bisa menggelengkan kepalanya setelah melihat David yang berjalan lemas meninggalkan ruangannya, ia tidak menyangka jika David akan menyesali perbuatannya secepat ini.
David yang kini sudah tiba lobi berjalan gontai menghampiri wanita resepsionis tadi.
"Maaf jika dulu aku sempat menolakmu, aku harap kamu akan menemukan pria yang lebih baik dari aku suatu saat nanti." David berkata dengan mengukir senyum manis dibibir pucatnya dan segera berlalu meninggalkan tempat itu.
Sedangkan wanita dihadapannya hanya bisa berdiri mematung setelah mendengar ucapan David tadi.
Apa yang diucapkan David tadi terdengar seperti sebuah salam perpisahan ditelinganya.
David yang sudah tidak lagi memiliki harapan, akhirnya kembali melajukan motornya untuk kembali pulang kerumah, saat ini Vika pasti sedang kelaparan karena menunggunya pulang.
Dalam perjalanan pulang David melirik sebuah restoran seafood yang selalu menjadi tempat favorit Vika ketika dirinya masih berpacaran.
Ia segera memutar balik laju motornya dan berhenti didepan restoran tersebut.
Ia teringat uang pemberian Rama yang pasti cukup jika hanya untuk membungkus satu porsi makanan disana.
Ia segera morogoh saku jaketnya untuk menghitung jumlah uang pemberian Rama, air matanya seketika luruh setelah menghitung jumlah uang pemberian Rama cukup banyak baginya saat ini.
David kini melangkahkan kakinya untuk memasuki restoran itu sambil sesekali menyeka ujung matanya yang sempat basah.
Ia memesan seporsi makanan favorit Vika yaitu cumi bakar dengan saus lada hitam, bibirnya mengukir senyum saat kotak makanan itu sudah berada ditangannya.
Dengan semangat ia kembali melajukan motornya, namun lampu merah yang menahannya kembali merusak mood David.
Dengan perasaan tidak sabar ia menunggu lampu merah yang menyala selama 60 detik, yang kini terasa seperti 60 jam.
Namun bola matanya dibuat membulat sempurna saat sebuah truk besar melaju dengan kecepatan tinggi tepat didepanya, bola mata yang tadinya membulat sempurna kini dibuat terpejam seketika.
David yang sudah tidak bisa lagi mengelak dari takdirnya hanya bisa memejamkan mata berharap hal itu bisa mengurangi rasa sakitnya jika dirinya benar-benar terhantam oleh truk tersebut.
Dan benar saja, hanya dalam hitungan detik truk itu benar-benar menghantam tubuh David dan beberapa pengendara lainnya yang juga turut mengantri dilampu merah tersebut.
Kecelakan tersebut kini tengah mengemparkan publik, bahkan beritanya disiarkan dibeberapa stasiun TV.
Vika menjatuhkan remot dalam genggamannya setelah melihat berita tersebut dan ia melihat jaket yang tidak asing juga turut menjadi korban dalam kecelakaan tersebut.
Air matanya seketika luruh dan kini ia ambruk terduduk dilantai, dadanya dipenuhi rasa sesak berharap jika jaket itu milik orang lain yang kebetulan sama.
Ia segera menyeka air matanya lalu meraih tas kecil miliknya dan segera pergi menuju lokasi kejadian demi memastikan korban itu benar Suaminya atau bukan.
Disepanjang perjalanan air matanya terus luruh, ribuan doa ia langitkan berharap jika korban itu bukan Suaminya.
Setibanya dilokasi kejadian ia sempat dihadang oleh beberapa petugas yang tengah mengamankan lokasi tersebut.
Ia segera diijinkan masuk setelah menunjukan foto David yang tengah menggunakan jaket yang sama.
Vika melangkah pelan saat menyaksikan beberapa korban yang masih tergeletak disana, yang bahkan sampai ada yang terpisah menjadi beberapa bagian.
Membuat Vika seketika ingin mengeluarkan kembali isi perutnya, hingga akhirnya matanya kini terpaku pada sebuah motor yang nampak ringsek namun ia dapat mengenali bahwa motor itu benar milik Suaminya.
Vika membekap mulutnya seolah tidak percaya dengan pemandangan yang kini ia lihat, air matanya kembali luruh saat melihat sebuah plastik putih dengan logo restoran favoritnya.
Ia segera membalikan tubuhnya saat seorang petugas hendak menunjukan letak keberadaan David.
Meski kakinya sudah terasa lemas, namun tetap ia paksakan untuk mengikuti langkah kaki petugas tersebut.
Kaki yang sejak tadi sudah terasa lemas kini seakan kehilangan pijakannya, tubuh Vika seketika luruh setelah petugas tadi mengantar Vika kedepan sebuah kantung jenazah seorang pria dengan jaket yang sama persis seperti milik Suaminya dan wajah yang sudah tidak dapat lagi kenali karena terlindas oleh ban truk tadi.
************
************
jadi penisirin.