Karenina, gadis cantik yang periang dan supel. Dia hidup sebatang kara setelah kehilangan seluruh keluarganya saat musibah tsunami Aceh. Setelah berpindah dari satu rumah singgah ke rumah singgah lainnya. Karenina diboyong ke Bandung dan kemudian tinggal di panti asuhan.
Setelah dewasa, dia memutuskan keluar dan hidup mandiri, bekerja sebagai perawat khusus home care. Dia membantu pasien yang mengalami kelumpuhan atau penderita stroke dengan kemampuan terapinya.
Abimanyu, pria berusia 28 tahun yang memiliki temperamen keras. Dia memiliki masa lalu kelam, dikhianati oleh orang yang begitu dicintainya.
Demi membangkitkan semangat Abimanyu yang terpuruk akibat kecelakaan dan kelumpuhan yang dialaminya. Keluarganya menyewa tenaga Karenina sebagai perawat sekaligus therapist Abimanyu.
Sanggupkah Karenina menjalankan tugasnya di tengah perangai Abimanyu yang menyebalkan? Apakah akan ada kisah cinta perawat dengan pasien?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Mengkhianatiku
Seusai sarapan Rahma mengajak Sekar, Abi, Nina dan tentu saja suaminya berbincang di ruang tengah. Rahma ingin membicarakan tentang rencana resepsi Juna dan Nadia. Sekar dan Nina banyak memberikan masukan untuk konsep pesta nanti.
“Ini pengantin barunya mana sih. Harusnya mereka ikut mutusin mau kaya gimana pestanya,” cetus Sekar.
“Paling juga lagi serangan Fajar,” jawab Abi.
“Pengalaman ya kak,” Sekar terkikik.
Abi tak menanggapi ucapan Sekar. Dia meraih remote kontrol yang ada di dekatnya lalu menyalakan televisi. Abi terus mengganti-ganti chanel televisi. Tangannya berhenti memencet tombol remote ketika salah satu stasiun televisi memberitakan tentang penangkapan model Keysha Melia Nugraha oleh satgas anti narkoba saat sedang pesta narkoba di salah satu apartemen temannya.
Semua yang ada di ruang tengah teralihkan pandangannya pada layar televisi. Nampak gambar Keysha tengah digiring aparat kepolisian kelaur dari apartemen dengan jaket menutupi kepalanya. Setelah menjalani tes urine, Keysha dinyatakan positif dan kini tengah menjalani pemeriksaan di kantor reserse anti narkoba.
Nina terkejut melihat pemberitaan itu. Berbeda dengan Sekar yang memang telah mengetahui kebiasaan sepupunya itu. Hanya tinggal menunggu waktu saja semuanya terbongkar. Rahma dan Teddy langsung melayangkan pandangannya pada Abi. Sedang yang menjadi objek hanya cuek saja.
“Kamu yang melakukannya Bi?”
“Polisi yang menangkapnya pa.”
“Dan nara sumbernya kamu?” desak Teddy.
“Ck.. anak itu sudah terlalu lama berkutat dengan narkoba. Sudah saatnya dia diberi pelajaran. Selama ini kan om Setia selalu menutupinya. Aku cuma memberinya jalan untuk bertobat,” jawab Abi sekenanya.
Teddy menghela nafasnya. Sebentar lagi pasti Setia akan menghubunginya dan mungkin saja pertikaian baru akan terjadi lagi di keluarga ini. Benar saja, ponsel Teddy bergetar, tertera nama Setia di layar ponsel. Teddy memperlihatkan nama pemanggil pada Abi dan istrinya sebelum menjawab panggilan. Pria itu beranjak menjauh dari ruang tengah. Rahma bergegas menyusul suaminya. Jika tidak didampingi, bisa jadi suaminya itu akan luluh dengan bujuk rayu saudara sepupunya itu.
“Kasihan Keysha,” celetuk Nina.
“Ck.. orang kaya gitu ngga usah dikasihanin. Dia yang merusak dirinya sendiri.”
Abi merebahkan kepalanya di pangkuan Nina, membuat gadis itu terjengit. Sekar yang tak ingin menjadi obat nyamuk tak berasap, buru-buru pergi. Dia berpura-pura menjawab panggilan telepon dari sahabatnya.
“Mas iih..”
“Apa? Pinjem pahanya bentar buat rebahan masa ngga boleh, pelit amat.”
Abi melipat kedua tangannya di dada seraya memejamkan matanya. Nina memandangi wajah Abi, kemudian tangannya bergerak mengusap puncak kepala lelaki itu.
“Jangan berhenti ya Nin. Terus usap kepalaku seperti itu.”
Abi meraih tangan Nina yang menganggur, kemudian menautkan jari mereka dan meletakkannya di atas dadanya. Matanya tetap terpejam menikmati usapan Nina. Sekar yang melihat adegan itu dari kejauhan berharap jika mereka bisa bersatu. Sudah lama dia tak melihat tingkah manja sang kakak.
Nina memandangi wajah tampan yang tengah terpejam. Jantungnya sedari tadi tak berhenti berdendang. Jari tangan mereka masih terus bertautan. Nina semakin dibuat melambung tinggi oleh sikap Abi. Namun kemesraan mereka terganggu oleh dering ponsel Abi. Dengan malas lelaki itu membuka matanya. Melihat nama yang tertera di ponsel, dia segera bangun lalu bergegas menuju ruang kerjanya untuk menjawab panggilan.
“Ehem! Kayanya bentar lagi ada yang nyusul kak Juna nih,” Sekar datang lagi lalu mendudukkan dirinya di samping Nina.
“Apaan sih.”
“Kak Nina siap-siap ya, bentar lagi kayanya kak Abi bakal ngelamar nih.”
“Iih.. kamu tuh.”
“Beneran kak, percaya deh. Kak Abi tuh emang dingin orangnya tapi dia itu ngga bisa nyembunyiin perasaannya kalau lagi suka sama seseorang. Pasti keliatan dari gerak-geriknya, ya kaya tadi itu.”
“Masa sih?”
Tak dipungkiri perasaan Nina senang mendengar penuturan Sekar. Berharap apa yang dikatakan gadis itu benar adanya. Maka, perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.
“Kak Abi kalau udah suka sama orang, dia pasti akan lakukan apapun untuk orang itu. Selain itu, kak Abi bakal lebih protektif. Dia ngga akan kasih ampun sama orang yang udah berani ganggu pasangannya. Contohnya Keysha.”
“Keysha?”
“Iya. Yang ngelaporin Keysha itu kak Abi. Dia juga yang nyingkirin pejabat yang selama ini melindungi Keysha. Kakak tahu kenapa kak Abi melakukan itu?” Nina menggeleng.
“Karena orang yang berusaha nabrak kakak waktu itu orang suruhan Keysha.”
“Masa?”
“Huum.. makanya Keysha...”
Sekar menggerakkan jari di depan lehernya. Nina cukup terkejut mendengarnya. Rasanya tak percaya saja Abi melakukan itu demi dirinya. Nina merapatkan tubuhnya pada Sekar. Dengan suara pelan dia menanyakan hal yang membuatnya penasaran.
“Kalau sama Fahira, mas Abi juga begitu?”
“Hem.. kak Abi tuh sayang banget sama Fahira. Semua dia lakukan buat perempuan sialan itu. Dari membiayai perawatan ibunya di rumah sakit, membiayai kuliahnya sampai membiayai hidupnya sehari-hari padahal status mereka saat itu cuma berteman. Tapi ternyata, kak Abi cuma dimanfaatin sama perempuan itu. Semua perasaannya palsu. Dia bersikap baik dan mesra sama kak Abi cuma di depan keluarga. Tapi ketika berdua, dia akan bersikap dingin.
Beberapa kali aku mergokin kak Abi mencoba bersikap romantis sama Fahira tapi diabaikan. Jangankan manja-manjaan kaya tadi, manggil sayang aja ngga pernah. Aku juga pernah lihat dia nolak kak Abi nyium dia, sampai didorong dong badan kak Abi. Rasanya pengen aku bejek-bejek itu cewek, sakit hati lihat kak Abi digituin. Waktu dia ketahuan selingkuh, aku marah sekaligus bersyukur. Setidaknya kak Abi bisa lepas dari perempuan munafik seperti dia. Aku tahu ngga baik membicarakan orang yang sudah meninggal, tapi aku masih kesel sama dia.”
“Lah kalau mas Abi ngga pernah romantisan, kamu tahu dari mana kalau kak Abi the best kisser?”
“Aku asal jeplak doang. Pengen ngerjain kak Nina aja hahaha..”
Nina menggelitiki Sekar. Gadis mengaduh sambil meminta ampun dan rak berhenti tertawa.
“Kak Nina pernah dicium kak Abi ya? jangan-jangan maksud kak Juna diantup tawon waktu itu dic*pok kak Abi ya?”
“Ngga...”
“Ngga salah maksudnya hahaha....”
Nina memalingkan wajahnya yang merona. Sekar bertambah senang menggoda melihat Nina yang salah tingkah.
“Kak Nina suka kan sama mas Abi?”
Nina semakin salah tingkah. Dia seperti terdakwa saja yang sedang dibombardir jaksa. Karena tak tahan terus-terusan digoda Sekar, Nina memilih pergi. Dia hendak menemui Abi di ruang kerjanya untuk menanyakan perihal Anfa. Nina mengetuk pintu ruang kerja Abi. Setelah mendengar suaranya, Nina masuk ke dalam. Abi yang sedang duduk di belakang meja segera menghampiri Nina, bokongnya bersandar di pinggiran meja.
“Mas.. hmm.. apa ada kabar soal Anfa?”
“Anak buahku masih menyelidikinya. Kamu sabar ya.”
“Iya mas, aku cuma nanya aja kok. Entahlah, aku merasa optimis aja bisa menemukan Anfa. Dia satu-satunya keluargaku yang tersisa. Walaupun ternyata dia memang sudah meninggal, setidaknya aku mendapat kepastian tentangnya.”
“Aku akan berusaha untuk memnemukannya untukmu. Kalau ternyata dia sudah tiada, setidaknya ada makam yang bisa kamu kunjungi.”
“Iya mas. Tidak seperti orang tuaku yang dikuburkan secara massal bersama korban lainnya. Bahkan namanya tidak tertera di monumen para korban tsunami, karena kami hanyalah wisatawan yang berkunjung ke sana saat musibah terjadi.”
Wajah Nina berubah sendu. Hatinya selalu bersedih jika mengingat keluarganya. Abi mengusap lembut pipi Nina lalu menyelipkan rambut ke belakang telinganya.
“Terima kasih mas mau membantuku mencari Anfa. Terima kasih juga soal Keysha. Bagaimana aku harus membalas kebaikanmu?”
“Tetaplah di sisiku dan jangan mengkhianatiku. Jika suatu saat kamu merasa muak padaku, maka katakan saja dan aku akan melepasmu pergi.”
“Mas tahu kenapa aku memilih profesi sebagai perawat pribadi? Karena aku ingin merasakan kehangatan sebuah keluarga. Dari sekian keluarga yang kumasuki selama bekerja, di keluarga inilah aku mendapat sambutan hangat. Di sinilah aku merasakan kehangatan sebuah keluarga. Di sini aku merasa dihargai, dibutuhkan dan dilindungi. Aku akan pergi kalau mas sudah tidak membutuhkanku lagi.”
Nina melingkarkan tangannya ke leher Abi. Netra keduanya bertemu dan saling mengunci. Untuk beberapa saat mereka hanya terdiam, menyelami perasaan masing-masing lewat tatapan mata. Abi menarik pinggang Nina hingga tubuh mereka tak berjarak. Kening keduanya saling menempel. Abi mendekatkan bibirnya.
TOK
TOK
TOK
“Kak Abi.. ada om Setia.”
Suara Sekar membuyarkan kedua insan yang sedikit lagi hampir beradu bibir. Refleks Nina melepaskan tangannya dari leher Abi dan beringsut mundur. Abi menegakkan tubuhnya kemudian menggandeng tangan Nina keluar dari ruangan.
Di ruang tamu, Setia dan Erna, istrinya sudah duduk menunggu. Rahma dan Teddy sudah lebih dulu menemui mereka. Sekar juga ikut duduk bersama mereka. Abi menemui mereka bersama dengan Nina. Tak lama Juna datang dengan rambut masih basah lalu duduk di samping Abi.
“Ada apa kamu ke sini?” tanya Rahma tanpa basa-basi.
“Kakak pasti tahu tujuan kami ke sini. Sebenarnya kami bingung, apa salah Keysha pada kalian. Kalau soal yang kemarin, Keysha sudah meminta maaf dan Juna juga sampai memblokir proyekku. Lalu sekarang apa lagi? Abi.. apa kamu masih kesal pada Keysha? Lalu siapa dia? Kenapa dia ikut duduk di sini? Ini pembicaraan keluarga, ngga seharusnya orang asing ikut mendengarkan.”
Setia menatap tak suka pada Nina. Merasa tak enak hati, Nina segera berdiri, namun tangan Abi menahannya. Dia menarik Nina kembali duduk di sampingnya. Dengat erat digenggamnya tangan Nina.
“Dia alasan apa yang menimpa Keysha saat ini. Keysha sudah berusaha mencelakai Nina. Dia menyewa orang untuk menabraknya. Keysha beruntung karena tidak terjadi sesuatu pada Nina. Kalau Nina terluka sedikit saja, aku pastikan Keysha akan menderita lebih dari sekarang.”
Setia berdehem, dalam hati merutuki tindakan ceroboh anaknya. Kalau yang dihadapi Teddy atau Juna, dia bisa sedikit percaya diri. Tapi berhadapan dengan Abi, seperti berhadapan dengan tembok. Sulit untuk ditembus. Setia lalu melihat ke arah Nina, peluangnya saat ini ada pada gadis itu.
“Atas nama Keysha, saya minta maaf padamu, Nina. Keysha masih labil, dia melakukan itu mungkin didorong rasa cemburunya karena Keysha sangat mencintai Abi. Apa kamu mau memaafkannya?”
“Saya pribadi sudah ngga mempermasalahkan itu om.”
“Abi.. om mohon keluarkan Keysha. Nina juga sudah memaafkan Keysha.”
“Tapi aku belum om. Dan keputusanku ngga akan berubah. Harusnya om mendukung keputusanku. Lihat sisi baiknya, Keysha bisa mendapatkan rehabilitasi. Apa om akan terus tutup mata dengan kebiasaan buruknya?”
“Tapi Keysha terancam di penjara, Bi.”
“Ok.. kalau gitu aku kasih dua pilihan buat om. Pencabutan embargo atau kebebasan Keysha.”
Setia terdiam, otaknya berputar keras. Erna memegangi lengan suaminya, berharap akan memilih Keysha. Tujuan awal mereka datang memang meminta Juna mencabut embargonya. Namun tak disangka shubuh tadi Keysha terciduk polisi.
“Tolong bebaskan Keysha,” ucap Setia. Erna menghembuskan nafas lega.
“Baik.. besok aku akan membebaskannya.”
“Juna.. bisakah kamu mengucurkan sedikit modal? Kondisi perusahaan om sekarang sedang sulit, tolong om, Juna.”
Abi tersenyum miring, om nya ini memang cukup licik. Tahu kalau Juna adalah orang yang mudah dibujuk, dia memilih Keysha padanya.
“Maaf om. Om sudah memilih Keysha, maka aku tetap dengan keputusanku. Awalnya aku ingin mencabut embargo karena menghargai Keysha yang terus datang meminta maaf. Tapi setelah apa yang dilakukannya, aku berubah pikiran. Nina bukan hanya perawat Abi, tapi dia juga sudah menjadi bagian keluarga ini. Keselamatannya adalah tanggung jawab kami.”
Abi menoleh ke arah Juna. Dia cukup terkejut melihat reaksi sang kakak. Dipikirnya Juna akan luluh dan mengabulkan permintaan Setia. Begitu juga dengan Setia yang terkejut mendengar keputusan Juna.
“Ok.. kalau begitu tolong cabut embargo. Biarkan Keysha menjalani rehabilitasi untuk sementara waktu.”
“Pa...” Erna terkejut suaminya berubah keputusan.
“Om yakin?”
“Iya. Cabut embargonya, om tidak akan mencampuri kasus hukum Keysha.”
“Ok.”
Setia berdiri kemudian menarik istrinya pergi dari sana tanpa berpamitan. Rahma memandang sebal pada saudara sepupunya itu.
“Tumben kak,” ledek Abi.
“Sekali-kali aku pengen jadi orang kejam kaya kamu, Bi. Dan sebagai bayarannya, kalian berdua ya yang ketemu pihak WO buat bicarain resepsi pernikahanku.”
Juna beranjak dari duduknya lalu kembali ke lantai atas. Dia masih ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan sang istri di kamarnya. Abi mendengus sebal, dia paling malas berhadapan dengan WO dan tektek bengek yang berhubungan dengan pernikahan.
☘️☘️☘️
Cihuuuyyy kayanya bentar lagi mas Abi mau ngelamar Nina nih. Kira² gimana ya cara ngelamar ala cowok nyebelin kaya dia🤔