Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Arsy mengantar pesanan Sarah dan Lila, bersikap selayaknya seorang pelayan restoran. Lalu menata makanan tersebut dengan hati-hati di atas meja.
"Silakan dinikmati Nyonya," ucap Arsy.
Sarah membuka tasnya, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu. Kemudian melemparkannya ke wajah Arsy.
"Ini tips untukmu," ucap Sarah dengan sombongnya.
Arsy tidak bereaksi apa-apa, dia hanya tersenyum miring lalu memungut uang tersebut yang jatuh ke lantai.
Saat Arsy sedang memungut uang tersebut, kaki Lila hendak menginjak jari tangan Arsy. Namun Arsy bereaksi cepat menghindar.
"Terima kasih Nyonya," ucap Arsy setelah memunguti uang tersebut.
"Dasar pelayan miskin," kata Sarah dengan suara lantang agar para didengar oleh para pengunjung lain.
Namun para pengunjung bukan malah mencibir Sarah yang terlalu sombong. Bahkan tidak ada yang perduli dengan ucapan Sarah yang menghina Arsy.
"Tunggu!" Arsy menghentikan langkahnya saat mendengar suara.
Lila berjalan mendekat kearah Arsy. Tanpa aba-aba, Lila langsung melayangkan tamparan pada Arsy. Arsy bertindak cepat menangkap tangan Lila.
"Maaf, kita tidak punya urusan," ucap Arsy pelan.
"Kamu pelayan miskin, ada hati ingin merebut tunanganku!" Lila sengaja mengeraskan suaranya agak di dengar oleh semua orang yang ada di restoran ini.
Arsy tidak menjawab, ia tahu yang dimaksud gadis ini adalah David. Kemudian Arsy tersenyum sinis.
"Maaf, David bukan level ku," ucap Arsy lalu melepaskan tangan Lila dengan kasar. Lila meringis dan hanya memandangi Arsy yang sudah kembali melangkah masuk.
"Sudah sayang, kita makan dulu. Nanti kita permalukan lagi dia didepan orang ramai," ucap Sarah dengan lembut.
Arsy memberikan uang itu kepada pelayan tadi. "Rezeki tidak boleh disia-siakan. Ikhlas atau tidak itu urusan belakangan," bisik Arsy pada pelayan itu.
Pelayan itupun tidak menolak, kebetulan ia perlu uang. Lalu ia menyimpan disaku bajunya.
Arsy kembali ke ruangannya, ia membuka komputer yang ada diruangan itu. Entah apa yang ia ketik, yang pasti, dua perusahaan kini sudah ia bekukan untuk sementara waktu.
Arsy, bila di sakiti atau dipermalukan, ia pasti akan membalas dengan lebih memalukan lagi dari hinaan wanita itu.
Setelah selesai, Arsy kembali ke meja Sarah dan Lila karena mereka ingin membayar. Arsy membawa alat pembayaran untuk menggesek kartu.
"Nih gesek, kamu orang miskin pasti tidak punya ini, kan?" Sarah melemparkan kartunya ke meja dengan angkuhnya.
Arsy pun mengambilnya lalu menggesek nya. Namun Sarah membulatkan matanya saat notifikasi pada alat itu mengatakan pembayaran gagal.
"Tidak mungkin, pasti alat ini rusak," kata Sarah tidak percaya.
Lalu Sarah meminta Lila untuk menyerahkan kartunya untuk di coba. Namun hal yang sama pun terjadi. Kedua kartu tersebut gagal melakukan pembayaran.
"Huh, benar 'kan alatnya rusak," cibir Sarah.
Arsy meminta pelayan untuk mengambil alat yang lain. Alat ini lebih canggih lagi dari yang sebelumnya.
Arsy kembali menggesek kartu tersebut, dan notifikasi mengatakan jika kartu sudah di blokir.
"Tidak mungkin, sayang coba punyamu," pinta Sarah. Lila pun menyerahkan kartunya yang ternyata sama.
Sarah menelepon suaminya di perusahaan. Terdengar suara suaminya marah-marah karena perusahaan nya saat ini tidak bisa berfungsi. Terutama masalah keuangan.
Sarah terduduk lesu. Kemudian Lila pun menelepon papanya dan mengatakan jika perusahaan mereka sedang di bekukan.
"Tante, perusahaan papaku sedang di bekukan," ucap Lila lesu.
"Bagaimana Nyonya?" tanya Arsy yang terlihat tenang seolah tidak tahu apa-apa.
Sarah mencari uang tunai didalam tasnya yang ternyata semua uang tunainya sudah ia berikan kepada Arsy. Sedangkan Lila tidak membawa uang tunai sama sekali.
"Maaf Nyonya, peraturan di restoran ini, bagi siapa saja yang tidak bisa membayar akan mencuci piring. Karena restoran ini tidak menyediakan makan siang gratis," ucap Arsy masih terlihat tenang.
Sarah dan Lila saling pandang, tidak ada pilihan lain selain menerima peraturan tersebut.
"Bawa mereka ke bagian cuci piring," pinta Arsy pada pelayan.
"Baik Nona," jawab mereka menunduk hormat.
Para pengunjung berbisik-bisik satu sama lain. Mereka bukannya iba, malah mereka mengutuk Sarah dan Lila karena terlalu sombong.
"Terlalu sombong sih, akhirnya kena batunya," ucap pengunjung 1.
"Iya, orang yang lebih kaya dari dia pun tidak sombong seperti itu. Contohnya keluarga Henderson, malah keluarga itu sangat dermawan," sela pengunjung 2.
Arsy yang mendengarnya hanya tersenyum, kemudian ia pergi ke tempat mencuci piring untuk melihat Sarah dan Lila.
"Tan, aku tidak pernah melakukan pekerjaan ini," bisik Lila.
"Sama, aku juga tidak pernah," balas Sarah.
Mereka hanya mengandalkan PRT di rumah mereka. Segala sesuatu dikerjakan oleh pembantu.
"Awasi mereka, tidak boleh pulang sebelum lunas pembayarannya!" tegas Arsy. Kemudian Arsy pun meninggalkan Sarah dan Lila yang terlihat dongkol.
"Nona Arsy sangat tegas, tapi juga baik hati," batin pelayan tadi yang diminta untuk mengawasi Sarah dan Lila.
Sementara Arsy kembali ke ruangannya, ia ingin mengecek data-data restoran. Apa saja yang kurang dan apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas restorannya.
Juga pengeluaran dan pemasukan restoran ini. Jika lebih dari target, maka ia akan memberikan bonus kepada seluruh karyawannya.
Tidak perduli walau itu cleaning service atau penjaga keamanan. Semua dapat bagian sama rata.
Tidak terasa hari pun mulai sore, Arsy kembali melihat Sarah yang sudah kelelahan setelah mencuci piring.
"Sial, mimpi apa aku semalam sehingga mengalami nasib buruk seperti ini," umpat Sarah dalam hati.
Kemudian Arsy memerintahkan pelayan untuk menyudahi hukuman Sarah dan Lila. Kemudian keduanya pulang dengan perasaan kesal.
"Ini belum seberapa untuk membalas kesombongan kalian," gumam Arsy lalu ia tersenyum miring.
Arsy ingin mengembalikan perusahan yang sudah ia bekukan. Karena ia hanya ingin membalas perlakuan Sarah dengan cara yang sama.
Hari sudah malam ketika ini, Arsy pun pamit pulang kepada karyawannya. Arsy mengendarai motornya melaju dijalanan. Tanpa menghiraukan apapun.
Sementara Sarah sudah tiba dirumahnya, ia langsung melemparkan tas miliknya ke sofa. Sarah benar-benar kesal karena sudah dipermalukan didepan orang ramai.
"Sebenarnya siapa yang mama singgung?" tanya Afdal suaminya Sarah.
"Mama tidak menyinggung siapa-siapa Pa, cuma nasib mama saja yang apes," jawab Sarah ketus.
"Jika tidak ada, kenapa perusahaan kita bisa di bekukan keuangannya. Bahkan semua kartu kredit juga di blokir."
"Ah sudahlah Pa, mama capek habis cuci piring karena mau bayar makanan." Sarah pun langsung berjalan cepat naik keatas menuju kamarnya.
"Mama, mama. Dari dulu tidak pernah berubah. Orang yang lebih kaya dari dan berkuasa dari kita pun tidak sesombong itu," gumam Afdal sambil menggelengkan kepalanya.
Kemudian Afdal menerima telepon dari asisten pribadinya yang mengatakan jika perusahaan mereka sudah pulih. Afdal semakin yakin jika istrinya menyinggung orang yang tidak seharusnya di singgung.
lanjut Thor jngan dengar kan yg engga suka