Mempunyai paras cantik, harta berlimpah dan otak yang cerdas tidak membuat Alsava Mabella atau gadis yang kerap di sapa Alsa itu hidup dengan bahagia.
Banyak yang tidak tahu kehidupan Alsa yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu Alsa dari luarnya saja.
Sampai akhirnya kehidupannya perlahan berubah. Setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkannya di usianya yang terbilang masih sangat muda itu dengan lelaki yang sangat di kenalinya di sekolah.
Lelaki tampan dan juga memiliki otak yang cerdas seperti Alsa. Bahkan Dia juga menjadi idola di kalangan siswi di sekolahnya.
Mau menolak? Jelas Alsa tidak akan bisa. Bukan karena dia memiliki rasa, tetapi keputusan kedua orang tuanya adalah mutlak.
Follow ig riria_raffasya ✌️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Alsa masuk kedalam mobilnya yang memang dipakai oleh Kiana sejak kemarin. Dan Icha? dia juga sudah berada didalamnya.
"Bonyok lo nggak jadi berangkat?" tanya Icha membuat Alsa mengangkat kedua bahunya.
"Alsa ih, ditanyain juga!" kesal Icha lagi.
"Jadi nanti sore, jalan Ki," jawab Alsa seraya menyuruh Kia untuk menjalankan mobilnya.
Icha menggelengkan kepalanya dengan tingkah Alsa. Tetapi memang Alsa seperti itu orangnya, apa lagi jika sedang ada masalah dengan orang tuanya. Pasti sikapnya berubah semakin menyebalkan.
Ting
Pesan singkat kembali masuk di ponselnya. Alsa memutar bola matanya jengah melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
"Apaan lagi sih cowok!" gumam Alsa kesal.
Kia dan Icha menoleh ke belakang. Dimana Alsa memang duduk sendir di belakang mereka.
"Siapa?" tanya Kia penasaran.
"Biasa si bucin pasti," jawab Icha membuat Kia tertawa.
Yang dimaksud Icha bucin sudah pasti ialah Digo, pacar dari Alsava. Tetapi Alsa sekarang malas menanggapi Digo, bahkan pesan yang tadi Digo kirim juga belum Alsa balas.
"Ngajak jalan ya?" tanya Icha.
Alsa mendengus kesal. Melihat nama Digo yang tertera pada layar ponselnya membuatnya mengingat kejadian kemarin.
"Malas gue bahas dia, cowok semua sama aja!" jelas Alsa membuat Kiana dan Icha saling pandang.
"Lo ada masalah sama Digo?" tanya Kia.
Alsa kembali mendengus kesal. "Gue pengen putus," jawab Alsa membuat kedua sahabatnya melotot.
Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba Alsa mengatakan ingin putus dari Digo? aneh. Padahal jelas-jelas Digo cowok tampan penyayang dan satu lagi dia bucin gile sama Alsava.
"Nggak! gue nggak setuju!" sergah Icha cepat.
Enak saja Alsa mau putus dari Digo. Nanti yang traktirin dia makan hilang dong. Lagian Digo di mata Icha sangatlah perfect setelah Babang Gerald pastinya.
"Kurang apa sih Digo sama lo Al? aneh tau nggak lo!" kesal Icha.
"Nanti kalian juga tahu, udah ah jangan bahas tuh cowok lagi, malas gue," jawab Alsa yang memang sangat kesal setiap kali membicarakan tentang cowok yang sudah berani menghianatinya.
Lihat saja Alsa akan membalas perbuatan Digo nantinya.
Sampai akhirnya mobil mereka sampai di parkiran sekolah. Setelah keluar dari mobil. Mata Alsa menyipit saat melihat Ninda yang sedang berjalan tertatih. Fix ya itu si Ninda tukang bohong akut banget. Udah jelas kakinya tidak ada yang luka saja sampai sandiwara, niat banget apa pengen dapat perhatian dari para teman osisnya.
"Al mau kemana?" tanya Kia seraya mencegah Alsava.
"Gue pengen nyamperin tuh Nenek lampir!" tunjuk Alsa dengan dagunya ke arah Ninda.
Mereka melihat Ninda yang sedang berjalan tertatih ke arah Gerald dan teman-temannya. Mereka tahu jika Ninda sedang mencoba mencari simpati dari teman-teman osisnya.
"Udah buarin aja, nanti kita kasih pelajaran ke tuh cewek," jelas Kia membuat Alsa mengurungkan niatnya.
Jujur saja Alsa kesal dengan tingkah lebay dari Ninda. Dia hanya menginjak kakinya saja, lagian juga Ninda saat itu memakai sepatu tidak akan mungkin kakinya sampai bengkak dan membuatnya sulit untuk berjalan.
Alsa dan kedua sahabatnya memutuskan untuk langsung menuju ke kelas. Baru saja akan mendudukan bok*ngnya di kursi. Ponselnya kembalo berdering.
"Nih cowok apa sih maunya? kemarin aja nggak ada ngasih kabar, sekarang alay banget!" gumam Alsa kesal. Tetapi tangannya meraih ponsel yang berada didalam tasnya.
Arsa mengernyit bingung setelah mendapat pesan dari nomor yang tidak dikenalinya.
++++++++6363
Ortu lo nggak bisa datang, mereka sekarang dalam perjalanan dkebandara, lo mau anterin nggak?
Gerald.
Alsa membuang napasnya kasar. Rasanya sakit sekali ketika mengetahui orang tuanya tidak bisa datang untuk memenuhi surat panggilan. Padahal jelas-jelas tadi malam Maminya sudah berjanji untuk datang ke sekolah. Tetapi ternyata Alsa salah. Bisnis mereka lebih penting dibandingkan sesuatu yang bersangkutan dengan dirinya.
Alsa memejamkan mata sejenak. Lalu mengetik pesa untuk dikirimkan kepada Gerald.
Alsa
Terserah
Setelah membalas pesan singkat kepada ketua osis alay itu. Alsa sengaja mematika ponselnya. Mungkin saja kedua orang tuanya menghubunginya untuk berpamitan dengannya sebelum berangkat.
Alsa tersenyum getir. Konyol sekali pikirannya, tidak mungkin orang tuanya pamit terlebih dahulu. Sedangkan mereka mempercepat keberangkatan saja tidak memberitahu Alsa.
"Alsa!" panggil Kiana dan Icha.
"Alsava!!" panggil mereka berdua lagi.
"Apaan sih?" tanya Alsa malas.
"Tuh cowok lo udah di depan kelas," jawab Icha seraya menunjuk dagunya dengan adanya Digo yang sudah menunggu Alsa di depan kelasnya.
Alsa melotot melihat Digo yang sedang tersenyum tampan di depan kelasnya. Untuk apa cowok menyebalkan itu datang ke sekolah sepagi ini? apa dia mau ijin untuk bolos dan bersenang-senang dengan selingkuhannya? pikir Alsava seraya beranjak dari duduknya untuk menemui Digo.
Alsa menarik tangan Digo menuju belakang ruangan osis. Di sana memang sepi. Jarang ada yang melewati.
"Lo ngapain ke sini?" tanya Alsa kesal.
"Gue kangen by, lo dari kemarin nggak ada kabar di hubungi juga nggak ada jawaban," jawab Digo membuat Alsa mual rasanya dengan kata-kata Digo yang jelas hanya sebuah bualan saja.
"Ya udah sekarang mau apa? kita udah ketemu," tanya Alsa membuat Digo tersenyum.
"Kiss dong by, selama kita pacaran lo belum pernah ngasih itu ke gue," jawav Digo dengan senyum tampannya.
Lagi Alsa benar-benar muak rasanya dengan sikap Digo yang shok manis di depannya. Tidak tahukah apa jika sekarang ini Alsa sedang mencoba untuk bersikap sabar agar tidak menendang wajahnya yang menurut Alsa sangat mengesalkan sekali.
Tetapi Alsa harus sabar sampai membalaskan dendamnya kepada Digo. Bisa saja sih Alsa memakai Gerald untuk membalas perbuatan Digo. Tetapi Alsa jelas gengsi. Dia sendiri kesal setengah mati setelah mengetahui yang akan dijodohkan dengannya ialah Gerald. Si ketua Osis yang menurutnya sangat alay itu.
"Udah deh lo pergi keburu bell masuk nih," usir Alsa kepada Digo yang masih kekeh berada di tempat itu sebelum Alsa memberikan ciuman untuknya.
"Nggak mau, kasih dulu yang gue minta, baru setelah itu gue pergi," jawab Digo membuat Alsa menghembuskan napasnya kasar.
Alsa paham kenap Digo jadi seberani ini sekarang dengannya untuk meminta sebuah ciuman. Pasti karena cewek yang kemarin dia lihat. Jelas cewek itu sudah pasti telah memberi apa yang Digo minta. Dan sekarang Digo juga meminta kepada Alsava. Oh tidak Alsa bukan gadis yang mudah di tipu laki-laki. Apa lagi laki-laki seperti Digo yang sudah jelas menyakito hatinya.
"Di lo sayang nggak sih sama gue?" tanya Alsa membuat Digo langsung mengangguk.
"Sayang lah, kalau nggak ngapain gue repot ke sini buat ketemu lo," jawab Digo menatap lekat Alsava.
"Gue sayang sama lo dari pertama kita ketemu, dan sampai kapanpun akan tetap begitu selalu sayang sama lo," lanjut Digo membuat pertahanan Alsava hampir saja runtuh. Bukan soal ciuman melainkan soal kekesalan dirinya terhadap Digo yang sedikit memudar.
Sial, dia selalu pintar milih kata buat gue terkesan Batin Alsava kesal.
Alsa masih memimirkan cara bagaimana agar Digo cepat pergi tanpa harua menciumnya. Tetapi tanpa disadari oleh Alsava. Digo semakin memajukan wajahnya. Dan....
"Ehemmm!!" deheman dari seseorang membuat Alsa dan Digo menoleh ke arahnya.
Alsa melotot melihat Gerald yang sedang patroli bersama dengan Abim. Rupanya bell masuk sudah berbunyi dan Alsa sampai tidak mendengarnya karena Digo.
"Kalau mau mes*m jangan di sekolah, malu-maluin aja lo al, heran gue nggaka da kapoknya bikin masalah," ucap Abim seraya menggelengkan kepalanya melihat Alsa yang sedang berdua saja dengan cowok yant tidak dikenalinya.
"Dan lo!" tunjuk Abim kepada Digo.
"Lo pergi dari sekolah gue, kalau lo nggak mau gue laporin ke ketua osis lo!" ancam Abim seperti membuat Digo menatap kesal ke arah Abim.
"Dia cewek gue, dan gue bebas lakuin apapun, minggir kalian!" kesal Digo lalu berniat untuk pergi.
"Tunggu!!" sergah Gerald menghentikan langkah Digo. Tetapi tatapan mata Gerald jelas menatap tajam ke arah gadis cantik pembuat onar. Apa lagi dia akan menjadi calon istrinya. Jelas Gerald harus menyelesaikan masalah yang terjadi sekarang ini. Atau paling tidak membuat Alsa kapok untuk menemui pacaranya lagi.
Sebenarnya kasian si Naya tapi karena kenekatannya dan jadi cewek yg Lemah,Aku gak suka..