Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali pulang
Hamzah dan Gala ternyata menyaksikan interaksi kedua insan yang tengah berpelukan di depan teras rumah, sebagai seorang kakak. Hamzah percaya pada teman sekaligus majikannya bisa menjaga dan membahagiakan adiknya, sedangkan Gala. Ia menatap nanar kearah dua sejoli yang baru saja meresmikan hubungannya, dulu ia juga pernah di posisi Bara saat ini. Namun sayang, semuanya hancur berantakan.
"CIEEEEEE." Seru ketiga orang dari balik balik pohon mangga.
Bara dan Alea melepaskan pelukannya, mereka menoleh kearah sumber suara dimana ketiga teman Alea tengah tersenyum kearah keduanya.
"Anakku, kenapa kau tidak meminta restu mama mu ini nak? Apa kau ingin menjadi anak durhakim?" Ucap Mutiara sambil berkacak pinggang.
"Maafkan anakmu ini baginda ratu, aku hanya tidak ingin membuatmu sedih. Secara, kau ini kan janda bodong yang tidak jelas statusnya, jika aku memberitahumu pastinya kau akan iri padaku." Ucap Alea meledek Mutiara.
"YAAAKKK! Dasar anak nakal!" Sewot Mutiara.
"Hahaha." Tawa Leona dan Ajat pecah di tempat.
"Ish, kau ini bisa saja." Ucap Bara seraya menjembel pipi Alea gemas.
Dug.. Dug.
Mutiara menyiku lengan kedua temannya yang tengah menertawakannya, ia menghentakkan kakinya kemudian berlari kearah Hamzah yang masih berdiri di ambang pintu.
"Sayangku, adek di ledekin." Rengek Mutiara manja. Tangannya merangkul lengan Hamzah dan bergelayut manja.
"Hei dedemit, menjauhlah kau dari tubuhnya." Ucap Gala.
"Gak mau!" Pekik Mutiara. Ia semakin merekatkan rangkulannya di lengan Hamzah.
Hamzah berusaha melepaskan tangan Mutiara, tetapi saat ia berusaha melepaskannya semakin erat pula Mutiara mendekapnya. Selain pasrah, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan.
"Wajib makan-makan nih buat ngerayain yang baru jadian." Ucap Ajat.
"Makan aja yang ada di otak lu." Ucap Leona.
"Kesempatan Ona, gimana sih gak peka banget." Ucap Ajat memberengut kesal.
"Aku akan mentraktir kalian makan di restoran, bersiaplah." Ucap Bara.
"YEEEE... YUHUUU.. MAKAN GRATIS." Teriak Mutiara dan Ajat bersamaan.
Leona dan Alea menepuk jidatnya melihat tingkah norak Ajat dan Mutiara, dari kejauhan. Gala menatap Leona yang tengah mengobrol dengan Ajat, ada rasa yang aneh dalam dirinya ketika melihat Leona saling melempar tawa dan senyumnya pada pria lain.
"Idiih, sokab banget jadi cewek." Gerutu Gala.
"Kenapa? Cemburu ya? Awas loh, yang tadinya benci bisa berujung cinta loh." Goda Hamzah.
"Cinta? Gak akan! Modelan kek dia gue cinta? Hillih, amit-amit deh." Ucap Gala dengan tegas menyanggah semua ucapan Hamzah, rasanya tidak mungkin seroang Gala menyukai Leona yang selalu membuat darahnya mendidih.
"AMIT itu singkatan loh, jadi jangan sampai salah ucap. AMIT( Aku Mau Itu Terjadi) gue adalah orang pertama yang bakal doain loe sama Leona jadi, waahh gak sabar nih menunggu waktu itu tiba." Ucap Hamzah.
Gala memutar bola matanya malas menanggapi ucapan Hamzah. Bara mengajak yang lainnya untuk pergi ke restoran sesuai ucapannya, tangannya tak lepas menggenggam jemari Alea, bahkan ia terus tersenyum kearah kekasihnya itu yang mana membuat wajah Alea merah dan salah tingkah.
Keesokan Harinya.
Bara dan Gala mengemasi barang bawaan dan juga oleh-oleh yang akan di bawa ke Jakarta, tampak wajah Alea murung karena hari ini adalah hari terakhirnya melihat wajah Bara. Peka dengan perubahan sikap Alea, Bara berjalan kearah kekasihnya yang tengah murung.
"Kenapa murung terus?" Tanya Bara.
"Tau ah, bete!" Ketus Alea. mulutnya mengerucut, tangannya di lipat di depan dadanya dan memutar tubuhnya membelakangi Bara.
Bara merubah posisinya berjongkok di hadapan sang kekasih, ia menangkup wajah polos Alea dengan kedua tangan kekarnya. Sejujurnya, ia juga tak ingin jauh dari Alea, tetapi ia tidak bisa terus berlama-lama meninggalkan tanggung jawabnya dimana ribuan pekerja tetap harus mendapatkan haknya.
"Sayang." Panggil Bara dengan lembut.
Bara meraih tangan Alea dan menggenggamnya dengan lembut, Alea memalingkan wajahnya tak ingin Bara melihat matanya yang sudah berkaca-kaca.
"Kalo lagi bicara itu tatap lawan bicaranya, tidak sopan kalo membelakangi kayak gini." Ucap Bar dengan lembut.
Alea perlahan merubah posisinya menghadap kearah Bara, gadis itu tak bisa lagi menahan air matanya sehingga tumpah seketika.
"Huhuhu, Al gak mau jauh dari kakak. Hiks, nanti kakak deket cewek cantik kalo udah di jakarta." Tangis Alea.
'Ya Allah, gemes banget pacarku ini' Batin Bara.
"Enggak kok sayang, di hati kakak akan selalu tertera nama Alea. Kalo pun kakak tertarik pada wanita disana, tidak mungkin kakak menjomblo sekian tahun lamanya." Ucap Bara.
"Ya kan, cewek-cewek di Jakarta tuh pada cantik, glowing. seksi, bahenol montok uuwaaaww.." Cerocos Alea.
Bara terkekeh mendengar ucapan Alea, bagaimana bisa kekasihnya ini sangat menggemaskan. Kata orang, kalau pasangan kita cemburu itu menandakan cinta. Cinta Bara semakin membesar untuk Alea, bahkan tak ada sedikitpun dalam pikirannya akan berpaling dari gadisnya itu.
"Sayangku ini lucu sekali ya, kakak disana kerja. Kakak tidak akan berpaling darimu, jika pekerjaan kakak tidak banyak akan kakak pastikan kalau kakak akan mengunjungimu. Bukankah sebentar lagi kau lulus sekolah? Nanti kau bisa melanjutkan pendidikanmu di Jakarta, agar kita tidak berjauhan lagi. Yang pasti, sekarang kau harus belajar dengan giat agar memperoleh hasil yang baik pula, nanti kalau libur semester kamu bisa datang ke Jakarta, aku akan kenalkan kamu pada bunda, daddy dan kakak. Mereka pasti senang bertemu denganmu, untuk saat ini kita LDR dulu ya cantik." Ucap Bara dengan lembut.
Siapa sangka, Seorang Bara Pratama Putra Bramasta yang terkenal bak kulkas 10 pintu bisa bersikap lemah lembut. Hanya Alea yang bisa menaklukkannya, Bara terus menghibur Alea agar gadisnya itu tidak sedih lagi
*
*
Sore Hari.
Alea mengantarkan Bara sampai di depan mobilnya, dengan mata yang sudah basah Alea tetap harus merelakan perginya sang pujaan hati. Hamzah mengelus pucuk kepala sang adik, begitupun dengan Bara. Keduanya berpamitan pada Alea dan sahabatnya yang hadir disana, Leona nampak terdiam dengan sudut mata yang menyorot kearah Gala.
Bara dan Hamzah pun masuk ke dalam mobilnya, Alea melambaikan tangannya di iringi isakan kecil yang terasa berat melihat mobil yang di tumpangi kekasih dan juga kakaknya kian menjauh.
Di dalam mobil.
Gala bergerak gelisah dan sesekali menatap kearah kaca, Bara dan Hamzah hanya menatap bingung melihat tingkah Gala.
"Kenapa kau?" Tanya Bara.
"Hah? E-em, i-itu eh a-nu." Jawab Gala gugup.
"Kau memikirkan penghianat itu lagi?! Tanya Bara dengan sorot mata menajam.
"Bukan ari sia!" Sewot Gala.
"Terus apa?" Tanya Bara lagi.
"Kepo sekali anda." Jawab Gala malas.
"Awas saja jika kau memikirkan wanita gila itu, bukan hanya di usir saja kau dari rumah, akan ku pastikan wajahmu bengkok." Ancam Bara.
Gala meringis mendengar ancaman kakanya itu, Bara paling bisa membuatnya takut.
Beberapa jam kemudian.
Mobil yang di tumpangi Bara sudah sampai di depan mansion, beberapa penjaga dan juga pelayan menyambut kedatangan Bara dna Gala. Saat keluar dari dalam mobil, ketiga menatap mobil asing terparkir di samping mobil Violetta.
"Maid, ini mobil siapa?" Tanya Gala.
"Mobil tamu dari luar negeri tuan, kami tidak tahu siapa." Jawab salah satu maid.
Bara pun menyuruh maid untuk membawa barang bawaannya, Ia mengajak Gala dan Hamzah masuk ke dalam mansion.
" Kita pulang!" Ucap Gala dengan riangnya.
Deg.
Saat kakinya melangkah masuk ke dalam mansion, wajah bahagia nan riang itu langsung lenyap seketika. Tangannya terkepal kuat, sorot matanya menajam dan menampilkan kebencian yang kian mendalam.
"Gala." Panggilnya dengan lirih.