Genre: Urban Fantasy dengan elemen Aksi dan Misteri
Garis Besar Cerita:
"Power" adalah sebuah novel web yang mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Arya Pratama yang hidup di Jakarta tahun 2030. Dia menemukan bahwa dirinya memiliki kemampuan supernatural untuk mengendalikan listrik. Namun, kekuatan ini membawanya ke dalam konflik berbahaya antara kelompok-kelompok rahasia yang memperebutkan kendali atas kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Rahasia Tersembunyi"
Markas Persaudaraan Elemen dipenuhi suasana tegang. Tim Arya baru saja mempresentasikan temuan mereka kepada Guru Bayu dan Nyi Roro. Citra berdiri di depan layar besar, menjelaskan grafik dan data yang mereka kumpulkan.
"Jadi," Guru Bayu memulai, "kau mengatakan bahwa Energi Prisma ini sebenarnya membangkitkan potensi tersembunyi dalam diri manusia?"
Citra mengangguk. "Benar, Guru. Analisis kami menunjukkan bahwa energi ini tidak menciptakan kekuatan baru, melainkan membuka 'gerbang' dalam DNA manusia yang selama ini terkunci."
Nyi Roro mengerutkan dahi. "Tapi bagaimana mungkin? Dan mengapa baru sekarang?"
Arya melangkah maju. "Kami punya teori tentang itu." Ia menoleh ke Rama, yang kemudian mengeluarkan sebuah artefak kuno dari tasnya.
"Ini ditemukan di lokasi ledakan di pelabuhan," jelas Rama. "Sepertinya benda ini adalah katalis untuk melepaskan Energi Prisma."
Guru Bayu mengambil artefak itu, mengamatinya dengan seksama. "Aku pernah melihat simbol ini sebelumnya... dalam naskah kuno Persaudaraan Elemen."
Semua mata tertuju pada Guru Bayu. Ia melanjutkan, "Ada legenda tentang 'Pembuka Gerbang', sebuah alat yang konon dapat membangkitkan kekuatan tersembunyi manusia. Tapi itu hanya dianggap mitos."
"Sampai sekarang," tambah Arya.
Nyi Roro berdiri. "Ini berarti ledakan itu bukan kecelakaan. Seseorang sengaja mengaktifkan artefak ini."
Suasana ruangan semakin tegang. Implikasi dari temuan ini sangat besar.
"Lalu apa langkah kita selanjutnya?" tanya Bima.
Arya menatap timnya satu per satu. "Kita perlu mencari tahu siapa yang ada di balik semua ini. Dan kita perlu cara untuk mengendalikan Energi Prisma ini sebelum lebih banyak orang terluka."
Guru Bayu mengangguk setuju. "Baiklah. Arya, timmu akan fokus pada investigasi ini. Sementara itu, kita akan meningkatkan upaya untuk membantu mereka yang terkena dampak ledakan."
Setelah pertemuan, tim Arya berkumpul di ruang kerja mereka. Dara membuka peta digital Jakarta.
"Jadi, dari mana kita mulai?" tanyanya.
Citra, yang masih sibuk dengan tabletnya, tiba-tiba berseru, "Aku punya sesuatu! Aku berhasil melacak jejak energi dari artefak itu. Ada konsentrasi energi yang sama di... Pulau Seribu?"
Arya mengerutkan dahi. "Pulau Seribu? Apa yang ada di sana?"
"Entahlah," jawab Citra. "Tapi sinyalnya sangat kuat."
"Mungkin itu markas mereka," usul Rama. "Tempat yang terisolasi, jauh dari keramaian kota."
Arya mengangguk. "Sepertinya kita punya tujuan baru. Kita akan ke Pulau Seribu."
Namun, sebelum mereka bisa membuat rencana lebih lanjut, alarm markas berbunyi keras. Layar besar di ruangan mereka menyala, menampilkan gambar langsung dari pusat kota Jakarta.
Pemandangan yang mereka lihat membuat mereka terkesiap. Sebuah gedung pencakar langit bergerak-gerak, seolah-olah hidup. Beton dan kaca meliuk-liuk seperti tentakel raksasa.
"Apa-apaan itu?" seru Bima.
"Sepertinya ada pengendali elemen yang kehilangan kendali," jawab Dara, suaranya gemetar.
Arya menatap timnya. "Kita harus ke sana. Sekarang."
Dalam hitungan menit, tim Arya sudah berada di lokasi. Kekacauan melanda pusat kota. Orang-orang berlarian panik, mobil-mobil terbalik, dan di tengah semua itu, gedung raksasa terus bergerak liar.
"Di mana sumber kekuatannya?" teriak Arya di tengah keributan.
Citra mengeluarkan alat pelacaknya. "Di sana! Lantai 20!"
Tanpa ragu, Arya menggunakan kekuatan barunya untuk melompat ke gedung, diikuti oleh timnya. Mereka bergerak cepat, menghindari serpihan beton dan kaca yang beterbangan.
Di lantai 20, mereka menemukan seorang wanita muda yang meringkuk ketakutan, tubuhnya bercahaya dengan energi yang sama seperti gedung itu.
"Tolong! Aku tidak bisa menghentikannya!" teriaknya.
Arya mendekatinya perlahan. "Tenanglah. Kami di sini untuk membantu."
Ia mengulurkan tangannya, cahaya biru yang sama muncul.