Hena Sanjaya. Model sekaligus aktris dengan bayaran termahal harus terjebak hubungan asmara yang tidak masuk akal dengan seorang Pria yang sebelumnya tidak ia kenal.
Kariernya mengalami masalah setelah namanya terseret skandal dengan sang mantan kekasih, Samuel Harvey.
Demi menyelamatkan kariernya Hena memilih mengikuti hubungan yang ditawarkan Pria tidak dikenalnya tersebut "Asmara settingan" terdengar konyol bagi Hena.
Entah apa keuntungan yang Pria itu dapatkan dengan hubungan ini. Mampukah Hena mengembalikan nama baiknya yang sudah memburuk dan mempertahankan kariernya yang sudah ia jalani selama 8 tahun terakhir, dengan hanya menjalin "Asmara Settingan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asmara Settingan 28.
"Kalian melihat Hena?"
"Tidak," mereka yang diberi pertanyaan kompak menggeleng bersama.
Lagi, untuk kesekian kalinya Jini-manajer Hena mendapatkan jawaban yang sama. Dirinya kehilangan Hena. Ia hanya pergi sebentar untuk menuntaskan kebutuhan buang-membuang, tapi sekembalinya menuju area fan meeting ia hanya mendapati kru yang sudah mulai merapikan area.
Pergi ke ruang tunggu Hena, mengitari bagian stage, dan memeriksa ruangan busana ATNA Fashion sudah Jini lakukan. Hasilnya sama, dirinya tidak menemukan sang bintang.
"Kakak mencari Kak Hena?"
Langkah Jini terhenti saat keluar dari ruangan busana ATNA Fashion. Ia menatap pada sosok wanita muda berhijab dengan identitas Panitia Penyelenggara yang terkalung di lehernya.
"Iya. Apa kau melihatnya?"
"Kak Hena pergi dengan kekasihnya," terang wanita berhijab. "Permisi Kak," melihat lawan bicaranya hanya diam Wanita Muda itu memutuskan untuk pergi.
Jini mengangguk dan tak lupa mengucapkan terimakasih meski setengah dari dirinya sedang memikirkan kemana Hena pergi dengan Agam. Kenapa Hena tidak berpamitan padanya.
Dengan cepat Jini kembali ke ruang tunggu Hena, membereskan perlengkapan pribadi artisnya lalu menuju parkiran agar cepat ke perusahaan Agam.
"Hiu kakap ini seringkali menculik Hena dariku," dengus Jini di sela langkahnya menuju kendaraan. Agam juga pernah melakukan hal yang sama saat membawa Hena pergi meninggalkan taman selesai pemotretan untuk berkencan di kolam pemancingan. Jini bahkan tahu mereka ada di sana dari berita ter-update di situs online.
"Kali ini mereka pergi ke mana?" gumam Jini seraya menggulir cepat layar ponselnya. Mencari posisi Hena di situs berita online.
"Anda tidak akan menemukan mereka."
Suara itu berhasil menghentikan langkah Jini. Ia mengangkat pandang dari layar ponsel dan menghadap ke arah depan. Menatap pada Pria berkaca mata yang berdiri tegak di samping BMW X5 milik Hena.
"Anda jangan khawatir. Tuan Agam dan Nona Hena pergi berkencan," kata Rama, Perintah Tuannya untuk mengurus manager Nona Hena Rama artikan sebagai perintah untuk memastikan manager dari kekasih Tuannya itu tidak merasa khawatir atau lebih lanjut lagi memastikannya agar tidak mencari keberadaan Nona Hena.
Entah apa yang dilakukan sang Tuan ke pada kekasih pura-puranya itu. Tapi Rama pernah mendengar jika Pria yang sedang cemburu cenderung akan mudah melakukan hal gila di luar nalar.
"Kemana?"
"Ke pulau pribadi."
"Ha?" Jini merasa tidak percaya dengan apa yang Pria berkaca mata itu katakan.
Di sisi lain Rama sendiri juga kaget dengan kata-katanya yang tidak masuk akal. Sang Tuan memang kaya raya, memiliki hotel, villa dan resort mewah yang tersebar di beberapa pulau. Tapi tidak sampai memiliki pulau pribadi.
Rama telihat berkali-kali menyentuh kaca matanya, merasa jika dirinya yang mulai bertingkah gila mewakili rasa cemburu sang Tuan.
"Pulau pribadi?" Jini memicingkan mata pada asisten Agam. "Kau pikir aku tidak tahu hubungan apa yang mereka jalani?" tubuh mungil itu sampai mendongakkan kepala saat mengintimidasi Pria berkaca mata yang tinggi tubuhnya jauh di atas Jini.
Rama menelan pelan salivanya. Dia semakin gila karena di sudutkan hampir tak berjarak oleh mananger Nona Hena. Benar kata Tuannya jika wanita ini tidak sopan.
"Benarkan posisimu. Aku sulit menghirup udara." Rama sampai menanggalkan keformalitasannya terhadap wanita yang ia nilai tidak sopan.
Jini mendengus kesal, mengambil langkah mundur membentangkan jarak dari Rama. "Katakan ke mana si Agam Agam itu membawa artis-ku?"
"Tuan-ku membawa kekasihnya berkencan."
"Berhenti berkata seakan-akan mereka benar-benar sepasang kekasih!"
Rama sampai terkesiap mendengar wanita yang bertubuh mungil itu sedikit berteriak.
"Sekarang katakan ke mana Tuan-mu itu membawa Hena?"
"Aku tidak tahu ke mana," kata Rama. "Tapi bisa aku pastikan Hena-mu akan baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir."
"Kau tidak tahu Hena..." Jini menghentikan kata-katanya dan memejamkan mata sesaat.
"Aku tahu. Dan Tuan Agam juga tahu hal itu. Ia akan menjaga Nona Hena dengan baik." dengan yakin Rama mengatakannya. Dirinya begitu mengenal sifat sang Tuan, Tuannya tidak akan melakukan hal yang bisa mencoreng nama besar keluarganya jika tidak ingin berakhir di tangan Tuan Besar.
"Aku pegang kata-katamu itu," tekan Jini pada asisten-Rama.
"Kata-kata Pria sejati sudah pasti bisa dipercaya, jangan ragukan kami (Agam-Rama)."
Jini mendengus seraya berjalan mendekat ke arah Rama. "Benarkan posisimu. Kau menghalangi jalanku!"
Mata yang berpengaman kaca itu membola. Wanita tidak sopan di hadapannya ini mengembalikan kata-katanya. Hal itu membuat Rama kesal namun tubuh Rama tetap bergeser, memberi akses pada Jini untuk masuk ke mobil BMW X5 dan dengan cepat berlalu pergi meninggalkan dirinya.
"Sangat Arogan. Dia lebih cocok dengan Tuan."
Rama turut melangkah pergi menuju kendaraannya, tugas dari sang Tuan baru saja selesai ia kerjakan.
*
*
*
Ruangan yang didominasi dengan warna hitam dan silver itu kini terlihat menghadirkan ketenangan. Musik klasik yang mengalun dari ponsel di atas nakas berhasil membuat mereka yang ada di sana larut dengan pikiran yang berbeda juga dimensi yang tak sama.
Agam kembali beranjak dari sofa yang ia tempati, menghampiri Hena yang masih terlelap dan mengusap pelan sudut mata Hena. Wanita pemilik mata dark hazel itu lagi-lagi meneteskan air mata dalam lelapnya. Entah kemana alam bawah sadar kekasih pura-puranya membawa hingga hanya ada air mata.
"Jika tidak kuat, bangunlah. Kau masih memiliki pekerjaan yang banyak di sini," gumam Agam pelan. "Atau kau perlu bantuan?"
Perkataan Agam tidak pernah mendapatkan respon dari Hena yang sekarang berubah menjadi putri tidur. Jini selalu menyebutnya demikian jika sang artis terperangkap dalam lelapnya.
Agam kembali menuju sofa. Dari sanalah ia duduk dalam diam, mengawasi kekasih pura-puranya tanpa mengalihkan sedikit pun pandangannya dari wajah Hena. Agam bahkan sengaja memenuhi ruangan kamarnya dengan dentingan piano yang mengalunkan musik klasik agar Hena tenang dalam tidur lelapnya.
"Hadapi, jangan bersembunyi seperti ini." semakin lekat mata tajam itu dalam menatap.
gak seru jadinya. di siksa dulu dong 😂
itu udah sangat fatal
semoga kesalahan mu di ampuni.
mati aja lalu jihanAM, semoga kau membusuk.
tpi maaf sebelumnya jgn diikut campurkn bahasa kk
*awak artinya kamu dalam bahasa indonesia kk/Pray//Pray/
minta plastik yang kamu bawa dong..
air sama sama bisa bungkus rendang 🤣🤣🤣