"Aku dimana?"
Dia Azalea. Ntah bagaimana bisa ia terbagun di tubuh gadis asing. Dan yang lebih tidak masuk akal Adalah bagaimana bisa ia berada di dunia novel? Sebuah novel yang baru saja ia baca.
Tokoh-tokoh yang menyebalkan, perebutan hak waris dan tahta, penuh kontraversi. Itulah yang dihadapai Azalea. Belum lagi tokoh yang dimasukinya adalah seorang gadis yang dikenal antagonis oleh keluarganya.
"Kesialan macam apa ini?!"
Mampukah Azalea melangsungkan kehidupannya? Terlebih ia terjebak pernikahan kontrak dengan seorang tokoh yang namanya jarang disebut di dalam novel. Dimana ternyata tokoh itu adalah uncle sang protagonis pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! (5)
Selamat Membaca
*****
Auris bersiap-siap untuk bertemu dengan Gracella. Gadis itu mengajak Auris untuk bertemu di salah satu cafe yang biasa mereka kunjungi. Auris setuju jika dirinya di jemput karena jujur saja Auris sama sekali tidak tahu di cafe tempat mereka biasa bertemu.
Auris memilih memakai kaos putih dipadukan rok panjang dengan belahan panjang di bagian pahanya. Ia sengaja membiarkan rambutnya terurai lalu segera mengambil tasnya dan keluar dari kamar.
Sesampainya di lantai bawah, Auris langsung menuju dapur dan berpamitan pada Bi Asih. Ia mencium punggung tangan Bi asih. Tidak peduli dengan Zanna yang menatapnya rumit."Ini masih permulaan mama."
"Jangan pulang malam-malam non," kata Bi Asih tersenyum.
Auris terkekeh kecil, "Aman bu, nanti Auris kabarin Ibu kalau pulang malam. Lagipula Auris pergi dengan Grace."
"Hati-hati ya non."
Auris mengangguk kemudian pergi dari sana melewati Zanna. Bahkan tersenyum saja Auris tidak. Auris terus berjalan bahkan ketika Aron menyapanya, ia memilih tetap berjalan.
Di luar kediamannya, sebuah mobil sudah terparkir membuat Auris tersenyum lebar. Auris membuka pintu belakang yang dimana Gracella duduk di sana.
"Eiits..,"
"Why?"
"Kau duduk di depan bersama papa ku." Gracella tersenyum menampakkan giginya membuat Auris berdecak kesal.
"No!" ucap Auris tanpa suara. Ia menggeleng keras namun kalah cepat dengan Gracella yang mendorongnya keluar. Dengan sangat terpaksalah Auris duduk di depan.
Mobil itu langsung bergerak menjauhi kediaman Dirgantara. Auris sesekali melirik ke sampingnya. "Terlihat masih muda. Dia benar-benar papanya Gracella?" Auris tersenyum miring ketika sebuah ide singgah di kepalanya. "Bukankah pria matang lebih menarik? Sepertinya tujuanku sekarang adalah menjadi mama sambung mu Grace."
"Au," panggil Gracella.
"Ya?"
"Kau sudah punya rencana?"
Auris tersenyum, "Kalau kau mau tahu, datanglah ke mansion ku besok malam."
"Memangnya ada apa?"
"Something," balas Auris singkat.
"Ck," decak Gracella. "Oh ya papa, bukankah papa sedang mencari sekretaris baru?"
"Heem,"
Auris berusaha menahan senyumnya. Sungguh suara berat pria di sebelahnya mampu membuat dirinya hampir teriak. Azalea yang memang penggemar idol-idol korea di dunia nyata tentu saja sangat bersemangat mendengar suara seperti ini. Terlebih tampilan pria di sebelahnya benar-benar menggoda iman. Kemeja putih yang digulung hingga siku dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.
"Auris bisa menjadi sekretaris papa. Dia merupakan lulusan terbaik kampus pa, aku akan lebih tenang jika Auris menjadi sekretaris papa daripada wanita-wanita liar yang sebenarnya hanya ingin menggoda papa," *"Karena aku akan lebih rela jika Auris yang menggoda papa." *ujar Gracella. "Bagaimana pa?"
Mendengar hal itu tentu saja Auris bersorak dalam hati. Itu sama saja Gracella memudahkan tujuannya.
"Akan papa pertimbangkan," balas pria di samping Auris.
*****
Disinilah Auris sekarang. AL Grup, Sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang properti. Yang tadinya ia dan Gracella akan berbincang di cafe kini harus mengikuti papa Gracella ke kantornya. Mau bagaimana lagi? menolak pun Auris tidak enak hati.
Ketiganya berjalan memasuki perusahaan itu berdampingan. Dengan Gracella yang berada di tengah sambil memeluk lenga Auris layaknya seorang anak yang manja pada Ibunya.
Hal itu tentu saja mengundang gosip di antara karyawan. Banyak dari mereka yang berspekulasi bawa Auris adalah calon istri dari bos mereka.
Auris yang memang pada dasarnya tidak peduli hanya diam saja saat digosipkan. Ekspresi datar tetap menghiasi wajah cantiknya.
Mereka bertiga memasuki sebuah ruangan yang dipastikan adalah ruangan CEO.
Auris dan Gracella duduk di sofa yang tersedia di sana. Sesekali Auris melirik ke arah papanya Gracella yang duduk di kursi kebesaran miliknya.
"Aldrick Lucian Alessandro? Kenapa bukan Arkatama? Jika Gracella adalah sepupunya Reynold itu berarti mereka masih satu marga kan?" Auris sibuk dengan pemikirannya.
"Kalian ingin apa?"
Suara berat itu menyadarkan Auris. Ia sedikit terkejut melihat Aldrick yang sudah duduk di depan mereka.
Gracella menatap Auris, "Kau ingin apa Au?"
"Americano," singkat Auris.
"Americano 2 pa. Tambah burgernya 2 ya," ucap Gracella disertai cengirannya.
Aldrick mengangguk. Ia segera menghubungi asistennya.
Setelah itu Aldrick memperbaiki posisi duduknya. Menyilangkan kaki dan menatap Auris datar.
Auris yang ditatap seperti itu tentu saja mendadak gugup. Oh god! Jika bisa menghilang, Auris ingin hilang saja sekarang. *"Tidak kuat! Menyeramkan tapi terlihat semakin tampan." *jerit Auris dalam hatinya.
"Menjadi sekretaris pribadi saya. 50 juta perbulan. Dengan syarat kamu harus siap kapanpun di saat saya butuh."
Mata Auris mengerjap pelan. Tunggu, ia tidak salah dengarkan? Aldrick menerimanya? Sungguh?
"Sekretaris pribadi?" ulang Auris menatap Aldrick.
Aldrick mengangguk, "Jika kamu setuju, kamu bisa mulai bekerja besok."
Auris diam memikirkan tawaran itu. Menggiurkan tapi ia sedikit ragu. "Serius 50 juta perbulan? Memangnya pekerjaanku akan seberat apa?"
"Terima saja Au, kesempatan tidak datang dua kali loh," celetuk Gracella yang tetap fokus pada HP di tangannya.
Auris menghirup napas dalam-dalam kemudian membuangnya. "Oke aku setuju."
Tidak lama kemudian sang Asisten datang sambil membawa pesanan mereka dan sebuah berkas. Belum sempat Auris menikmati santapannya Aldrick lebih dulu memberikan sebuah berkas itu padanya.
"Baca dan pahami baik-baik," titah Aldrick.
Auris membuka berkas itu dan mulai satu persatu kosa kata yang ada di dalamnya.
Peraturan dan beberapa hal hal yang harus di perhatikan selama menjadi sekretaris yaitu:
Hadir tepat waktu;
Jika terlambat 1 menit saja akan diberi sanksi;
Sampai di kediaman Alessandro paling lambat pukul 6.00 pagi;
4.Siapkan keperluan bos (Satu set pakaian kantor+dasi) sebelum membangunkan bos mandi;
Memasangkan dasi;
Menyiapkan sarapan;
Note: Jangan ada bahan makanan berbahan udang.
Pergi bersama bos ke kantor
Auris terdiam. Menatal berkas dan wajah Aldrick bergantian.* "Ini namanya aku cosplay jadi istrinya!" Auris menatap Aldrick, "Tapi tidak papa, dengan begini aku akan semakin dekat dengan om Aldrick."* "Aku setuju dengan semua aturannya."
Sebuah senyum tipis terbit di wajah tampan Aldrick.
"Tampan," Auris menangkup wajahnya menatap Aldrick.
"Kamu bilang apa?" tanya Aldrick memastikan apa yang ia dengar.
Auris tersadar dan menggeleng. Ia tersenyum kikuk melihat Aldrick. "Tidak ada om. Aku tidak bilang apa-apa iya kan Grace." Auris menatap Gracella tersenyum. "Auris bodoh! Untung saja dia tidak dengar."
"Ya, Auris tidak bilang apa-apa papa. Dia hanya bilang papa sangat seram," kata Gracella dengan wajah polosnya. Padahal ia dengar apa yang dibilang Auris barusan. Ia berusaha menahan senyumnya. "Berusahalah Au, aku menantimu menjadi mama sambungku."
Auris menepuk pelan paham Gracella sambil memelototkan matanya. Ia tersenyum canggung pada Aldrick. "Apa yang kau katakan Grace?" bisik Auris tajam.
"Apa? Kau kan memang bilang itu,"
Auris tetap berusaha mempertahankan senyuman terbaiknya. "Awas kau Gracella!"
"Sudahlah." Aldrick kembali ke kursinya. Sesekali ia melirik Auris yang terlihat menatap Gracella kesal.
*****