"Jangan pernah temui putriku lagi. Kamu ingin membatalkan pertunangan bukan!? Akan aku kabulkan!"
"Ti... tidak! Bukan begitu! Paman aku mencintainya."
Luca Oliver melangkah mendekati tunangannya yang berlumuran darah segar. Tapi tanpa hasil sama sekali, dua orang bodyguard menghalanginya mendekat.
"Chery! Bangun! Aku berjanji aku akan mencintaimu! Kamu mau sedikit waktu untukmu kan? Semua waktuku hanya untukmu. Chery!"
Tidak ada kesempatan untuknya lagi. Ambulance yang melaju entah kemana. Segalanya berasal dari kesalahannya, yang terlalu dalam menyakiti Chery.
*
Beberapa tahun berlalu, hati Oliver yang membeku hanya cair oleh seorang anak perempuan yang menangis. Anak perempuan yang mengingatkannya dengan wajah tunangannya ketika kecil.
"Kenapa menangis?"
"Teman-teman memiliki papa, sedangkan aku tidak."
Ikatan batin? Mungkinkah? Pria yang bagaikan iblis itu tergerak untuk memeluknya. Membuat semua orang yang melihat tertegun, iblis ini memiliki hati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meletakkan Joker
Waktu penyelidikan yang memerlukan waktu cukup lama. Dua bulan lebih tepatnya, private room sebuah hotel ternama menjadi tempat mereka bertemu.
Mengapa? Karena Bima tidak sebodoh detektif-detektif lain. Mantan menelisik kala memasuki hotel. Ada setidaknya tiga orang yang mengawasi di tempat ini, hal itu diketahui olehnya, karena alat komunikasi. Ada berupa kamera kecil dan alat penyadap.
Entah siapa, mungkin pelaku sesungguhnya yang mengawasi gerak-gerik Oliver? Tidak mungkin Oliver memiliki pengawal bukan?
Mengepalkan tangannya, dirinya harus tetap tegar untuk uang tentunya. Serta pekerjaan tetap yang dijanjikan oleh Oliver.
Melangkah dengan cepat kala Oliver yang berada di meja resepsionis melirik ke arahnya hendak menyapa, dengan cepat Bima, duduk di sofa, menelponnya, seolah-olah tidak mengenal. Mengirimkan pesan pada Oliver.
'Ada yang mengawasimu.' Itulah isi pesan yang dikirimkan Bima.
Oliver yang membacanya bahkan tidak berani sama sekali melirik kembali ke arah Bima. Matanya menelisik, mendapati sekitar tiga orang yang bagaikan mengikuti langkahnya dari tadi.
Menghela napas kasar, dirinya membalas pesan Bima.'Cari cara untuk pergi ke kamar 507. Aku tunggu di dalam.'
'Ok...' Dengan cepat Bima membalasnya.
Seperti dugaan salah satu orang mengikuti langkah Oliver. Sebagai seorang cleaning service, menurunkan topinya, agar wajahnya tidak begitu dikenali.
Hingga kala langkahnya terhenti di depan kamar, Bima tiba-tiba menghubunginya.
"Berpura-puralah kamu memesan wanita malam pada mucikari. Jangan membantah, bicara lumayan kencang. Agar orang yang mengikutimu yakin. Selain itu katakan kamu kecewa dengan cara bermain pacarmu. Semangat!" Ucap Bima entah berada dimana saat ini.
"Sial!" Batin Oliver, sedikit melirik orang yang menyamar menjadi staff HK bagian public area.
Menghela napas."Momy punya barang baru? Apa? Yang masih perawan? Itu bagus! Suruh dia datang memakai...ah pakai apa saja boleh lagipula sampai sini akan aku buka. Jujur saja aku kurang puas dengan permainan tunanganku." Oliver menahan malunya, sampai saat ini dirinya masih perjaka original. Tapi harus bertingkah menjadi pemain profesional.
Dirinya amatir, tapi harus ketar ketir. Jujur saja sudah lama dirinya ingin mencium Chery, seperti dulu, memeluk tubuhnya. Selanjutnya? Bayangkan sendiri.
Membuka pintu kamar. Dirinya kemudian duduk menunggu kedatangan Bima.
Sementara di luar sana orang suruhan Reza yang kerap mengawasi pergerakan Oliver mengernyitkan keningnya."Selama tiga tahun aku bertugas mengikutinya, untuk pertama kalinya pria seperti biksu itu menyewa wanita penghibur. Orang kaya ada-ada saja! Cari yang perawan lah! Padahal yang berpengalaman lebih menggoda." Celetuknya.
Kembali berpura-pura mengepel lantai. Hingga seorang wanita melangkah menelusuri lorong. Begitu cantik, benar-benar cantik, hingga membuat orang suruhan Reza menelan ludahnya.
Apa wanita ini wanita bayaran? Uang sewanya berpa semalam? Itulah yang ada dalam benak orang sewaan Reza.
Sedangkan wanita itu menunjukkan pose menggoda."Ih gantengnya...aku suka sama cwo judes..." Ucap Bima yang memakai pakaian wanita centil.
Pria itu menelan ludah, menatap sang wanita jadi-jadian memasuki kamar yang disewa Oliver. Mendekati kamar hendak memasang alat penyadap dari bawah pintu tapi.
"Ah! Ah! Jangan! Kamu ganas!" Teriak Bima menggunakan suara wanita dari dalam kamar.
Krak!
Alat penyadap rusak diinjak oleh Bima. Sedangkan orang suruhan Reza menghela napas. Memang apa yang bisa direkam di dalam sana. Mungkin itulah isi otaknya, hingga memutuskan hanya berpura-pura bersih-bersih di lorong sampai Oliver keluar dari kamar hotel.
*
Sedangkan Oliver yang tengah duduk sambil meminum minuman bersoda dalam ice box terbatuk-batuk. Sedikit minuman keluar dari hidungnya.
"Sial!" Gumam Oliver, namun dirinya tetap tertawa melihat ke arah Bima yang memakai pakaian wanita.
Bima melempar wig yang dikenakannya asal. Kemudian menggunakan alat khusus di tas yang dibawa olehnya dirinya mulai memadai tempat ini tidak ingin ada alat perekam sama sekali.
"Aku harus membayar mahal padamu!" Oliver berbaring di tempat tidur tertawa sambil berguling-guling melihat temannya memakai pakaian wanita.
"Tidak perlu mahal, yang penting pekerjaan yang kamu janjikan jadi. Kamu tau, sebagai detektif amatir yang tidak punya kantor sendiri penghasilanku tidak tetap." Bima menghela napas kasar.
"Kalau begitu kenapa tidak kerja di tempat lain?" Tanya Oliver tidak mengerti dengan temannya yang aneh. Seorang pemuda genius yang selalu menyaingi rangkingnya saat SMU. Tapi harus hidup mengenaskan, selalu berhemat, akibat penghasilannya yang kecil.
"Kerja jaman sekarang tidak hanya perlu gelar sarjana. Aku menghabiskan uang tabunganku untuk kuliah jurusan hukum, bahkan aku juga harus berhutang. Tapi hasilnya apa? Tanpa koneksi semuanya nol besar! Cari kerja di bidang lain juga sama, tidak punya koneksi ya...jadi pegawai minimarket Indoapril saja. Lalu bilang, selamat datang di Indoapril selamat berbelanja. Gila! Kapan negara ini akan adil terhadap pencari kerja!" Teriak Bima murka.
"Kalau begitu gunakan koneksi." Ucap Oliver enteng.
"Itulah, kan aku sudah bilang mau minta pekerjaan padamu." Bima mengedipkan sebelah matanya.
"Dasar belok!" Oliver bangkit dari tempat tidur bergidik ngeri.
"Aku tidak belok, aku hanya mencintai wanita yang salah." Keluh Bima.
"Wanita yang salah? Apa adik tirimu?" Tanya Oliver penasaran setengah mati.
"Dia pintar memasak, baik, sabar, bucin mampus, setia, cantik, mandiri. Satu kata sempurna..." Bima menghela napas.
"Siapa? Siapa!?" Tanya Oliver antusias.
"Chery."
Plak!
"Setan! Mau mati!" Komat-kamit mulut Oliver mengomel sambil memukul bahu Bima cukup kencang.
"Makanya aku bilang mencintai wanita yang salah. Kalian kan dua sejoli yang lebih romantis dari Romeo dan Juliet." Bima terkekeh.
"Sudah! Mana hasilnya!" Oliver menadahkan tangannya. Mengingat sudah dua bulan mereka tidak bertemu. Sejak Bima mengetahui satu fakta selama ini ada orang yang diam-diam mengikuti Oliver. Walaupun tidak 24 jam, hanya pada siang hingga sore hari. Tapi apa tujuan mereka? Entahlah, apa mungkin karena Oliver masih belum membayar gorengan ketika SMU?
"Minta maaf baik-baik pada Chery. Temui juga Mahardika, minta maaf padanya. Agar hubunganmu dan anaknya direstui." Petuah dari Bima mengeluarkan tumpukan dokumen.
Oliver memakai kacamata bacanya membaca satu persatu dokumen di hadapannya. Satu persatu benar-benar cermat. Satu jam? Tidak! Diperlukan waktu sekitar tiga jam untuk membaca semuanya.
Hingga Bima ketiduran di sofa saking lamanya menunggu.
Jujur saja dibandingkan dengan detektif profesional yang dahulu disewa Oliver, penjelasan Bima lebih berantakan. Tapi disana ada sentuhan kejeniusan sahabat lamanya.
Bagaimana tidak? Bima yang tidak menemukan jejak lain, mencari cara yang benar-benar aneh.
Mulai dari mendekati detektif yang dahulu disewa oleh Oliver, pasalnya penyelidikan mereka benar-benar menemukan hasil berbeda. Hanya menjadi teman memancing pada awalnya. Hingga akhirnya dalam seminggu bertukar cerita soal pekerjaan mereka.
Cara bicara Bima yang dapat dengan mudah membuat lawan tidak waspada menjadi penyebabnya. Orang-orang terlalu menganggap temeh padanya. Sejatinya? Informasi dengan mudah ada ditangannya.
Karena inilah, rekaman percakapannya dengan detektif, itu saja sudah membuktikan satu hal. Ada orang yang mengadu domba dirinya dengan Mahardika. Belum lagi tumpukan bukti lain tentang kejadian-kejadian sebelum kecelakaan. Begitu juga dengan rekaman dasbor mobil yang ditemukan Bima.
Hanya rekaman singkat tentang orang yang lewat memakai jaket dan masker. Tapi bukankah tidak wajar orang berpakaian tidak resmi ada di tempat parkir kantor? Jika pengantar makanan sudah pasti membawa bungkusan. Tapi ini tidak membawa apapun, atau mungkin hanya gunting untuk memotong selang minyak rem ada di sakunya? Entahlah.
Segala kemungkinan ada, karena ini kasus lama. Tapi 60% kemungkinan orang ini yang merusak rem mobil orang tuanya tiga tahun lalu.
Oliver menghela napas, melindungi Chery adalah hal yang terpenting saat ini. Selain itu, Mahardika ternyata benar-benar tidak bersalah. Dengan tumpukan bukti dan logika menyakinkan dari seorang Bima. Ada rasa bersalah dan lega tersendiri dalam hatinya.
"Bima! Bangun!" Oliver sedikit mengguncang nya.
"Apa? Aku baru saja bermimpi menghadiri white party, bertemu banyak artis Hollywood." Bima menghapus air liurnya.
"Bima, mau bekerja sebagai asisten pribadiku?" tanya Oliver tersenyum, meletakkan orang berbakat ini disisinya.
"Tentu saja aku mau, syaratnya gaji per bulan harus diatas lima juta. Karena jujur saja aku punya cicilan hutang. Hutangku di warung depan kos bahkan sudah mencapai 100 ribu lebih..." Keluh Bima, mengingat dirinya masih memiliki hutang akibat menimba ilmu di bangku kuliah. Bahkan pernah berhutang puluhan juta, karena tertipu makelar yang katanya bisa membuat dirinya menjadi jaksa.
trus sdh 6th blm bisa tuh membalas Reza hmm
kedatangan erza dan raiza bikin kejutan besar buat oliver
😅😅😅😅😅😅
ternyata udah up 3 part aja
makasih thor
walau aju bacanya sering telat
pasti seruuuuuuu
"itu anak mu dgn Cherry" hehe