“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Dipanggil
Diagonal Resto ….
Ini adalah waktu yang sudah dijanjikan oleh peneror itu pada Alvin. Alvin sengaja datang sedikit terlambat, karena ia takut jika dibohongi oleh pelaku itu. Siapa sebenarnya yang melakukan hal gila ini?
Sesampainya di resto tersebut, Alvin dan sekretaris Doni pun segera masuk, sesuai nomor meja yang telah ditentukan. Namun anehnya, sesampainya di meja yang telah ditentukan, meja itu kosong, orang itu tak datang sama sekali.
Anehnya, meja tersebut sudah bertuliskan ‘reserved’ tapi tak ada siapapun. Apakah dia belum datang? Tidak mungkin! Ini sudah pukul 15.20, Alvin sengaja datang terlambat, untuk memastikan keadaan.
“Kenapa dia tak datang? Apakah aku sudah tertipu?”
“Ini aneh, biar kutanyakan dulu pada pelayan, siapa yang membuat reservasi pada meja ini.”
“Ya, cepat tanyakan!”
Pandangan Alvin mengedar, melihat ke segala arah, untuk memastikan, apakah ada orang yang mencurigakan, tengah memperhatikannya dari kejauhan. Tapi nyatanya tidak, tak ada satupun yang aneh di resto ini.
“Bagaimana?” tanya Alvin ketika sekretaris Doni kembali pada meja yang tengah ia duduki.
“Sepertinya, ini hanya jebakan!”
“Jebakan seperti apa maksudmu?”
“Meja ini reservasi atas namamu, Tuan. Lihatlah note ini, ‘Alvin Gunadi Raharja, Antariksa Grup’ bukankah ini reservasi atas namamu sendiri? Siapa pelakunya? Kenapa dia mempermainkan kita seperti ini?”
“Brengsek! Doni, hubungi Tiara. Aku takut kita dikelabui oleh pelaku badjingan itu! Aku takut ternyata dia sebenarnya mengincar Tiara. Jika begitu, aku benar-benar kena tipu olehnya!” Alvin baru menyadari hal tersebut.
“Baik, Tuan.” sekretaris Doni pun menghubungi Tiara, untuk memastikan jika kondisinya baik-baik saja.
Alvin tak habis pikir, bisa-bisanya ia tertipu oleh pelaku teror tersebut. Alvin bersumpah, jika suatu saat nanti ia temukan pelaku itu, maka Alvin akan melakukan pembalasan yang setimpal.
“Tuan, Nona Tiara baik-baik saja. Ia berada di rumah, dengan semua pintu dan jendela terkunci. Ia tak akan membukakan pintu, jika ada yang mengetuk pintu, ataupun memanggilnya. Jadi, Nona Tiara kupastikan aman, Tuan.”
“Lantas, kenapa dia harus menipuku seperti ini? Sebenarnya, apa motifnya melakukan ini padaku? Kurang ajar!” Alvin mengepalkan tangannya penuh emosi.
“Aku sudah mengirim pesan pada Zacky, untuk melacak siapa orang yang membuat reservasi ini!”
Alvin masih duduk di meja reservasinya. Ia tengah memikirkan beberapa kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, dengan semua clue yang ada. Entahlah, kenapa sekarang jadi serumit ini? Alvin ingin menghentikan mereka semua, namun hal itu tentu saja tak semudah membalikkan telapak tangan.
“Tuan, Nyonya menghubungiku,” sekretaris Doni memperlihatkan layar ponselnya yang berdering.
“Ada apa dia menghubungimu? Angkat saja dulu!” titah Alvin.
“Baik, Tuan,” sekretaris Doni pun menjawab panggilan dari ibunda Alvin.
Panggilan pun tersambung, “Halo, Nyonya, selamat siang. Ada apa menghubungiku?”
“Sekretaris Doni, di mana Alvin?”
“Ada bersamaku, Nyonya. Apakah Nyonya akan berbicara pada Tuan muda?” tanya sekretaris Doni.
“Tak usah. Katakan padanya, untuk segera pulang sekarang! Ada hal penting yang harus dia ketahui. Jika dia menolak, kau bawa paksa saja dia! Sekarang! Mengerti?” ucap Sinta.
“Baik, Nyonya, akan saya sampaikan,”
Panggilan pun terputus. Sekretaris Doni menatap Alvin, pikirannya menjalar ke mana-mana. Jika Nyonya besar meminta Alvin datang, pasti ada sesuatu yang terjadi.
“Tuan, Nyonya besar meminta kau untuk pulang ke rumah sekarang juga!” tutur sekretaris Doni.
“Pulang? Kenapa? Ada apa?”
“Entahlah, Nyonya tak mengatakan apapun, hanya saja ia memerintahkan Anda untuk segera pulang, Tuan.”
“Yasudah, ayo pulang ke rumah orang tuaku!”
“Baik, Tuan,”
Alvin berangkat menuju kediaman orang tuanya. Ia tak lagi penasaran tentang siapa yang berani-beraninya mempermainkan dirinya, dengan teror pengecut seperti itu. Alvin merasa dibodohi, mau-maunya saja ia menuruti apa yang ada dalam secarik kertas si peneror.
Apa maksudnya? Apa tujuannya? Alvin masih belum tahu motif pelaku melakukan teror padanya. Akan tetapi, Alvin sangat yakin, jika teror ini pasti berhubungan dengan orang-orang dari Hardy. Semua yang terjadi, pasti berhubungan dengan Gelora Utama, pikirnya.
Setelah melakukan perjalanan selama empat puluh menit, akhirnya Alvin sampai juga di kediaman orang tuanya. Perasaannya sedikit tak nyaman kali ini, entah apa yang akan dibicarakan oleh kedua orang tuanya itu.
“Aku pulang …”
Sinta dan Gunawan sudah duduk di ruang utama. Sepertinya mereka memang tengah menunggu kedatangan Alvin. Jika bukan karena hal yang penting, tak mungkin akan seperti ini.
“Ada apa?” tanya Alvin lagi.
“Duduklah, Mama dan Papa ingin berbicara padamu!”
Alvin pun duduk, “kenapa? Masalah teror itu? Tenang saja, aku bisa mengatasinya.”
“Alvin, kenapa akhir-akhir ini hidupmu dikelilingi banyak masalah? Baru saja kena tembak karena menyelamatkan istrimu, kali ini perusahaan kena teror juga. Apa yang terjadi dengan kalian?” tanya Gunawan.
“Mantannya Tiara yang membuat masalah. Sudah kuatasi, masalahnya selesai, tenang saja.”
“Tak bisa semudah itu untuk kau katakan masalahnya selesai. Masalah itu akan tetap terus saja bermunculan, jika penyebabnya masih ada!” suara Gunawan mulai meninggi.
“Maksud Papa apa?”
“Aku dulu tak peduli, kau akan menikah dengan wanita yang mana, dan seperti apa. Aku tak akan bertanya, keturunan mana, kekayaannya seberapa? Aku tak peduli akan hal itu! Yang terpenting kau bisa menikah, agar kau bisa mempertahankan perusahaan, sesuai mandat mendiang kakekmu. Tapi setelah menikah, kenapa masalah datang silih berganti? Kenapa kau memilih wanita yang salah, Alvin?”
“Kenapa Papa menyudutkan Tiara dalam pembicaraan ini? Dia tak salah! Kenapa kau menyalahkannya?” Alvin meninggikan suaranya.
“Alvin, cukup! Jaga cara bicaramu! Dengar, ya, Mama sudah mendapat banyak informasi tentang Tiara! Mama sungguh kecewa padamu, Alvin!” Sinta geleng-geleng kepala.
“Informasi apa? Apa maksud kalian sebenarnya, ha?”
“Apa kau tak tahu, jika Tiara adalah seorang janda? Apa sebenarnya kau tahu, namun kau menyembunyikannya pada kita?”
Deg. Sepertinya, mulai ada yang ikut campur dalam urusan Alvin. Mendapati Tiara sedang dipojokkan, tentu saja membuat Alvin jengah pada orang tuanya.
“Kalau memang iya dia janda, kenapa? Apa itu masalahnya?”
“Tidak sesederhana pertanyaanmu, Alvin! Jika dia janda, dia memiliki kisah yang buruk! Kau yang jadi kena imbasnya, Alvin! Kukira dia wanita baik-baik, ternyata dia wanita bermasalah!” sentak Sinta.
“Mama, cukup! Kenapa kau menyalahkannya? Dulu kau sangat membelanya, ketika aku masih acuh padanya. Kini, setelah aku berubah, kau malah berubah juga!”
“Semua yang terjadi, yang berhubungan dengan Gelora Utama, itu adalah karena istrimu, Alvin! Dia janda, Hardy masih menginginkan mantan istrinya! Untuk apa kau paksakan hidup dengan wanita yang masa lalunya belum selesai? Jika wanita itu lepas, masalahmu juga pasti selesai! Tak akan ada lagi yang membuat kekacauan di kehidupanmu!” tukas Sinta penuh emosi.
“Alvin, Papa dan Mama tak akan ikut campur perihal urusan pribadimu. Jika semua itu tak berpengaruh pada perusahaan kita, aku tak akan ikut campur. Tapi sekarang, apa kau sadar? Nyawamu hampir dalam bahaya, kau juga mendapat teror di perusahaan, apakah aku akan diam saja? Kukira kau yang memiliki masalah dengan seseorang, tapi ternyata istrimu yang bermasalah! Aku tak akan membiarkan ini terus terjadi!” ujar Gunawan.
“Papa, apa maksudmu? Tak usah panjang lebar, sebenarnya, apa maksud kalian memanggilku? Setelah semua penjelasan itu, apa yang kalian inginkan?”
“Mama tanya padamu sekali lagi, Alvin. Apakah kau bisa melepaskan penyebab kekacauan ini?”
“Wanita itu tak baik untuk mendampingimu. Lepaskan dia, ceraikan dia, Alvin!” tambah Gunawan.
“Kalian tak tahu apa-apa tentangnya! Kalian hanya mendengar dari sebelah pihak! Aku yang tahu semuanya, aku juga yang menjalani semuanya. Tiara memang janda, tapi dia pantas untuk aku pertahankan. Dia memang wanita biasa, tapi dia pantas kuperjuangkan! Dia berharga, dia membuat hatiku hidup lagi! Hardy, memang ancaman untuknya! Justru aku harus melindungi dia dari bedebah itu! Untuk teror pada perusahaan, aku juga tahu, ini adalah sabotase, agar membuat kalian goyah, dan menyalahkanku. Dia ingin aku hancur, dia tak terima Hardy seperti ini sekarang. Kalian jangan mudah terkecoh, bersikaplah dewasa, Mama, Papa!”
“Jangan mengajariku! Lepaskan pembawa masalah itu!”
“Jangan harap aku akan mendengarkan kalian. Sekalipun kalian bersikeras untuk memisahkanku dengan dia, perusahaan lah yang akan aku lepaskan!”
Alvin menggebrak meja, lalu ia meninggalkan mereka. Alvin keluar rumah dengan wajah memerah penuh dengan emosi dan kekecewaan pada kedua orang tuanya.
Tiara bukan penyebab masalah ini, tapi ini adalah ujian kisah cintaku dengannya. Tuhan ingin tahu, seberapa kuat aku melewati semua ini. Ternyata, aku memang sudah jatuh padanya. Aku tak rela, ada orang yang menyalahkannya, sekalipun itu adalah orang tuaku sendiri. Tiara, sepertinya aku memang sudah jatuh cinta, padamu. Aku sangat menyayangimu. Aku ingin hidup bersamamu, selamanya ….
***