Brian Carlos adalah seorang presiden direktur sekaligus pewaris tunggal salah satu perusahaan terbesar di suatu negara. Ia diterpa gosip miring tentang minatnya pada wanita.
Valerie, seorang wanita yang bekerja sebagai instruktur senam dengan keahlian beladiri yang mumpuni serta kehidupan penuh rahasia.
Keduanya terlibat masalah karena sebuah kesalahpahaman, hingga Brian menuntut Valerie atas kasus penganiayaan.
Demi menyelamatkan nama baiknya, Valerie menerima tawaran Brian untuk bekerja sebagai bodyguard. Namun tidak menyangka jika Brian sudah memiliki maksud lain sejak pertama kali mereka bertemu.
Akankah kisah mereka berakhir manis seperti kisah dalam novel pada umumnya?
Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolakan Tegas
Sayangnya, segala pertanyaan dan ungkapan rasa kesal itu hanya bisa Valerie dengar sendiri. Ia tidak mungkin menumpahkan seluruh pikirannya di hadapan Brian secara terus terang.
Menatap Brian dengan penampilan sempurna seperti malam ini, semakin membuat Valerie kesal. Ia benar-benar merasa telah dipermainkan.
"Untung saja aku tidak menyukaimu. Jika aku menyukaimu, pasti aku sudah mencekik lehermu karena mempermainkan perasaanku!"
Lagi-lagi Valerie berusaha bernegosiasi dengan dirinya sendiri. Ia adalah seorang wanita, menerima perhatian, perlakuan baik, serta ucapan rasa suka tentu membuat hatinya tergerak. Ia cukup merasa kecewa sekaligus sakit hati, Brian mengatakan suka padanya namun tidak mau memperjuangkannya. Apakah Brian pikir Valerie adalah wanita yang mudah ia dapatkan?
Saat mobil berhenti di sebuah halaman rumah bergaya Eropa dengan tiang-tiang besar dan tinggi, Brian meminta Valerie dan Max keluar dari mobil untuk ikut bersamanya. Menyadari tentang rumah siapa yang berdiri megah di hadapannya, Valerie terdiam. Lututnya terasa lemas, tubuhnya membeku.
"Kau baik-baik saja?" tanya Max.
"Hmm." Valerie mengangguk cepat. Seketika matanya memanas, dadanya terasa nyeri.
"Kau terlihat pucat, apa kau sakit?" tanya Brian. Ia memegang bahu Valerie.
"Tidak, aku baik-baik saja."
"Kau tidak perlu masuk jika kurang sehat. Duduklah di sini, tunggu aku. Acaranya tidak akan lama."
"Tidak apa-apa. Aku akan ikut denganmu," jawab Valerie.
Brian masuk bersamaan dengan Max dan Valerie. Untuk melangkah ke dalam rumah, kaki Valerie terasa berat. Ia hampir tidak bisa menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
Bayang-bayang masa kecil terlintas di kepalanya. Valerie masih ingat dengan jelas, suasana dan kenyamanan rumah tempat ia dibesarkan oleh kedua orang tuanya.
Dada Valerie terasa sakit, sekujur tubuhnya terasa dingin. Namun dengan sekuat tenaga ia berusaha berdiri tegap.
Saat memasuki ruang tamu, Valerie melihat pemandangan yang sangat ia rindukan, yaitu foto saat ia masih kecil bersama kedua orang tuanya. Foto-foto masa kecilnya masih terpajang di beberapa area dinding. Valerie semakin ingin menangis.
Saat Valerie sampai di ruang makan bersama Brian dan Max, ia melihat sang kakek sudah duduk dengan nyaman bersama beberapa orang yang sudah tidak lagi ia kenali wajahnya. Di sana juga sudah hadir kedua orang tua Brian, sementara Brian langsung duduk di samping mereka.
Theo terkejut mendapati cucunya datang bersama Brian. Entah mengapa, perasaan laki-laki tua itu menjadi cemas dan khawatir. Namun Valerie ataupun Theo, tetap bersikap seolah-olah mereka tidak saling mengenal.
Ini merupakan acara makan malam penting pertemuan dua keluarga kaya raya untuk membahas perjodohan anak mereka masing-masing. Karena itu, pengawal, sekretaris dan orang-orang yang bukan keluarga inti hanya di perbolehkan berdiri tidak jauh dari meja makan.
Valerie melirik seorang wanita cantik dengan rambut panjang kecoklatan. Ia Elena, calon tunangan Brian sekaligus sepupu Valerie, yakni anak dari paman tiri Valerie.
Brian dan Elena duduk saling berhadapan, semua orang mulai memuji kecocokan si tampan dan si cantik. Hal itu membuat Valerie sedikit terganggu.
"Bagaimana Brian, cantik bukan?" tanya Calvin. "Dia adalah calon istrimu," lanjutnya.
Wanita paruh baya di samping Brian menyenggol lengan putra semata wayangnya. Ia adalah istri dari Calvin sekaligus Mama Brian.
"Dia tipe wanita sempurna, kalian sangat cocok. Mama senang dia adalah calon menantu Mama," ucapnya.
Brian hanya diam mematung, matanya menatap wanita cantik di hadapannya dengan tatapan yang tajam dan datar. Namun Elena nampak sangat percaya diri. Terlihat dari sikapnya yang secara terang-terangan tersenyum manja di depan Brian.
"Kita akan membahas tanggal pertunangan kalian setelah kita selesai makan," sela Damian, paman Valerie. Wajahnya begitu bahagia melihat dua keluarga akhirnya bertemu.
Namun reaksi tidak terduga datang dari Brian. Laki-laki itu berdiri dari kursi sambil merapikan jas yang ia kenakan.
"Saya datang untuk menghargai undangan dari keluarga terhormat, tapi maaf jika secara langsung saya menolak perjodohan ini," tegas Brian.