Alice Catlyn, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran ejekan perundungan di sekolah, menemukan pelipur lara dalam sosok seseorang yang selalu hadir untuknya. ketulusan dan kepedulian orang itu membuat Alice diam-diam jatuh cinta. Namun perasaannya tetap tersimpan rapat, tak pernah di ungkapkan.
beberapa tahun kemudian, Alice berubah menjadi pribadi yang ceria dan penuh semangat. Di tengah kehidupannya yang baru, ia bertemu dengan seorang pria berhati dingin dan penuh misteri. tatapan tajam dan wajah datar pria itu tak mampu menyembunyikan cinta mendalam yang ia rasakan untuk Alice
Kemanakah hati Alice akan berlabuh? kepada seseorang yang dicintainya atau seseorang yang mencintainya?
Ikuti perjalanan cinta Alice yang penuh dengan Lika liku, dalam"Cinta Terakhir Alice". sebuah kisah yang menyentuh hati tentang pilihan dan takdir cinta.
Note: kisah ini terbagi menjadi 2 season, season pertama di masa sekolah SMA dan season kedua di masa dewasa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nda apri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Guyuran hujan
Di perjalanan pulang, Danzel dan Alice melaju dengan motor melewati jalanan kota yang mulai tampak mendung. Danzel sudah memakai seragamnya kembali, sementara Alice duduk di belakang. tubuhnya terbungkus jaket milik Danzel yang kebesaran untuknya.
keduanya tak banyak bicara, hanya suara mesin motor dan deru angin yang mengiringi perjalanan mereka. namun tak lama setelah mereka melaju, langit semakin gelap dan hujan mengguyur tanpa peringatan. Danzel segera mencari tempat berteduh di sebuah halte di pinggir jalan.
Dengan cepat, Danzel memarkir motor di dekat halte dan mengajak Alice berlindung. mereka duduk di bangku kayu yang sedikit basah.
"Kita meneduh disini terlebih dahulu tidak masalah kan Al?"tanya Danzel memandang Alice yang masih terlihat pucat.
Alice hanya mengangguk pelan menatap hujan di hadapannya.
beberapa saat kemudian, hujan tak kunjung reda. Danzel yang mulai merasa bosan melirik Alice sejenak. ia tahu rasa trauma masih membebani sahabatnya itu. satu ide spontan terlintas dibenaknya, Danzel tersenyum dan bangkit dari bangku, kemudian melangkah ke tengah hujan tanpa ragu.
Alice mengerutkan kening menatap Danzel yang sudah berada di tengah jalan yang sepi. pria itu basah kuyup, merentangkan kedua tangannya membiarkan hujan membasahi tubuhnya sepenuhnya.
"Kemarilah Alice...."ajak Danzel dengan suara lembut, suaranya tenggelam dalam suara rintik hujan
Alice hanya tersenyum kecil dan menggeleng pelan.perasaan sedih masih menyelimutinya membuat langkahnya terasa berat.
Danzel menghela nafas pelan, lalu tiba-tiba ia mendekat tanpa peringatan menarik tangan Alice dengan lembut. Alice sedikit terkejut namun tidak bisa menolak saat Danzel mulai membawanya ke tengah jalan yang sepi itu.
Alice bisa merasakan dinginnya air hujan yang mulai membasahi wajahnya begitupun tubuhnya. di tengah hujan yang tak berhenti, mereka berdiri berhadapan.
"Pejamkanlah matamu Alice, tengadahkan wajahmu ke atas. biarkanlah rintik hujan mengenai wajahmu."perintah Danzel
Alice menautkan kedua alisnya bingung
"Ayo lakukan."ucap Danzel tersenyum menyakinkan
dengan ragu-ragu Alice mencoba menuruti perintah Danzel. Saat matanya sudah terpejam dan wajahnya mendongak ke atas, Danzel mendekat dan membisikkan sesuatu di telinganya.
"Nikmatilah tetesan demi tetesan air hujan ini. rasa takut, trauma dan kesedihanmu akan menghilang dengan sendirinya. setiap tetesan itu akan membuatmu merasakan ketenangan yang damai."
"Jadi nikmatilah Alice, nikmati dan resapi. buatlah rasa senang muncul di balik kesedihanmu."
bisikan Danzel bagaikan sihir yang nyata, detik demi detik Alice mulai merasakan ketenangan yang mendamaikan dirinya. tanpa ia sadari, senyum kecil muncul di wajahnya dan perlahan tangannya merentang membiarkan air hujan membasahi seluruh tubuhnya.
Alice tetap berada dalam posisi itu untuk beberapa saat, menikmati setiap detik yang terasa seolah menghentikan waktu. Akhirnya, dengan perlahan, ia membuka matanya, namun ketika ia melihat sekeliling, Danzel tak lagi berada di sisinya.
Kebingungan menyelimutinya sesaat. Alice mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Danzel. tetapi kemudian matanya menangkap sosok Danzel sedang bermain di bawah guyuran air deras yang jatuh dari atap halte, air itu mengalir deras dari ujung atap dan mengguyur tubuh Danzel dengan kencang. Pria itu tertawa kecil, tampak menikmati setiap tetesan air yang jatuh, membiarkan dirinya larut dalam kegembiraan sederhana yang ditawarkan oleh hujan
Danzel yang melihat Alice menatap ke arahnya langsung melambaikan tangan mengajak Alice bergabung dengannya.
Dengan langkah perlahan, Alice mulai mendekat. Saat tiba di samping Danzel, ia berdiri di bawah atap halte, memperhatikan pria itu yang masih menikmati guyuran air.
"Bagaimana Alice? apakah kamu merasa lebih baik?"tanya Danzel
Alice tersenyum lembut."Ya aku merasa jauh lebih baik, terimakasih banyak."
Danzel tersenyum lebar, senang mendengar jawaban Alice. "Sekarang kamu juga harus merasakan kesenangan ini."
Tanpa peringatan, Danzel tiba-tiba meraih tangan Alice dan menariknya ke bawah guyuran air yang deras dari atap. Alice yang tak siap hanya bisa terkejut, tubuhnya langsung tersapu air yang dingin.
"Danzel!! kamu..."pekik Alice membulatkan matanya
Danzel hanya tertawa semakin keras."Jika ingin membalas, kejarlah aku sampai dapat Alice!"serunya penuh tantangan, lalu tanpa menunggu, ia segera berlari ke sebuah taman yang tak jauh dari sana.
Alice, masih tercengang, memandang Danzel yang berlari dengan langkah ringan di tengah hujan. Perlahan, senyuman muncul di wajahnya, lalu tanpa ragu, ia mulai mengejar Danzel.
Di bawah guyuran air yang deras, mereka berdua terlibat dalam kejar-kejaran di taman kecil yang dikelilingi pepohonan. Suara langkah kaki mereka yang menghantam genangan air dan derai tawa yang tak terputus memenuhi suasana. Danzel berlari cepat, sesekali menoleh ke belakang dengan senyum lebar di wajahnya, sementara Alice mengejar tanpa kenal lelah, tawa ceria mewarnai setiap langkahnya.
Alice akhirnya berhasil menyusul Danzel. Dengan cepat, ia menarik tangan Danzel dan, sambil tertawa dengan langkah mundur membawanya kembali menuju pancuran air.
"Aku sudah mendapatkanmu Danzel, sekarang saatnya pembalasan." seru Alice dengan nada riang
"ya baiklah, kamu bisa melakukan apapun."balas Danzel terkekeh pelan
Namun, naasnya, saat berjalan mundur, kakinya terpeleset di atas tanah yang licin. tubuhnya melayang ke belakang.
"Alice!" pekik Danzel, segera berusaha menolong, namun usahanya justru membuatnya ikut terjatuh. Dalam hitungan detik, Danzel jatuh menimpa Alice yang sudah tergeletak di tanah.
brukkk
Tubuh Danzel berada di atas Alice, dan mata mereka saling bertatapan dalam jarak yang sangat dekat. Pandangan Alice terperangkap dalam mata Danzel yang basah oleh hujan, dan ia bisa merasakan jantungnya berdebar kencang. Detik demi detik terasa melambat, udara di antara mereka dipenuhi kehangatan yang aneh di tengah dinginnya hujan.
Danzel terdiam sejenak, matanya terkunci pada wajah Alice yang begitu dekat. Mata bulat Alice, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang indah membuat Danzel terpesona oleh kecantikannya yang alami. Sejak tadi ia baru menyadari tampilan Alice yang tampak berbeda dari biasanya.
perasaan aneh mulai di rasakannya lagi, Danzel masih belum mengerti arti perasaan ini. Tanpa sadar Danzel semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Alice. jarak mereka semakin tipis namun,
tiba-tiba tangan mungil Alice mendorong dada Danzel dengan pelan namun tegas.
Sentuhan itu seketika menyadarkan Danzel dari lamunannya. Matanya membulat, dan dengan gerakan cepat, ia segera menjauh. Rasa canggung langsung menyergapnya, tubuhnya terasa kikuk saat ia bangkit berdiri, mencoba menata dirinya kembali.
"Maaf...Aku-Danzel tak mampu merangkai kata-kata dengan benar. Wajahnya memerah sedikit karena malu
Danzel menggeleng pelan dan mencoba mengalihkan pembicaraan."Kamu tidak apa-apa kan?"tanyanya membantu Alice berdiri kembali
Alice menerima uluran tangan Danzel."ya aku baik-baik saja."jawabnya tersenyum tipis
sementara itu, di dalam mobil yang melaju perlahan. seseorang mengeratkan genggamannya pada stir pengemudi. sorot matanya tajam, di penuhi ketidaksukaan dan cemburu yang menggerogoti hatinya. jantungnya berdebar keras tak bisa menahan rasa sakit yang menyentuh sanubarinya. dan dia adalah Rachel.
Tanpa sengaja, saat perjalanan pulang, ia melihat Danzel dan Alice bermain hujan di sebuah taman. Melihat kedekatan mereka saat ini dan juga kejadian tadi, membuat Rachel semakin yakin jika Alice memiliki potensi buruk untuk hubungannya.
"Alice Catlyn, aku membencimu!"
**
Setelah beberapa saat berlindung dari hujan, Danzel memutuskan melanjutkan perjalan untuk mengantar Alice pulang. Toh, pakaian mereka sudah basah kuyup, jadi tak ada gunanya menunggu lebih lama.
Hujan masih mengguyur deras, tapi tak ada keluhan dari mereka berdua—hanya keheningan yang diiringi suara hujan dan angin yang berhembus dingin.
Saat mereka melaju di jalanan yang basah, tiba-tiba Danzel meraih tangan Alice yang semula menggantung di sisi tubuhnya dan menariknya ke depan, mendekatinya pada tubuhnya.
"Peluk lah tubuhku Alice, kamu pasti kedinginan."kata Danzel
Alice sedikit terkejut, namun setelah itu dengan sedikit ragu tangannya mulai melingkari pinggang Danzel. tidak lama kemudian Alice menyandarkan kepalanya pada punggung lebar milik Danzel. bolehkan sekali saja Alice ingin merasakan kenyamanan yang lebih lama bersama pria yang dicintainya meskipun pria itu bukan miliknya.
Danzel yang merasakan pelukan Alice dan rasa berat di punggungnya, hanya tersenyum kecil.
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih