Bagaimana jika pernikahan mu tak di landasi rasa cinta?
Begitu lah kisah cinta yang membuat tiga keturunan Collins, Hadiadmaja menjadi begitu rumit.
Kisah cinta yang melibatkan satu keluarga, hingga menuntut salah satu dari kedua putri Hadiadmaja memilih pergi untuk mengalah.
" "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!"
Deg.
Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya.
"Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan.
Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengganggu
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sedangkan di tempat yang berbeda, Clara baru saja sampai di bandara Wanita itu tengah berjalan dengan menyeret kopernya menuju ke arah mobil yang sudah menunggu kedatangannya.
"Sial, kalau begini mana bisa aku mendekati kak Nathan lagi? bisa-bisa aku gagal total dan Gladys semakin bahagia bisa mengalahkan ku kali ini."
Karena terlalu fokus memikirkan masalahnya, Clara sampai tidak sadar jika sang supir sudah membuka pintu mobil itu untuk dirinya.
"Nona, apa anda tidak ingin masuk?" Tanya Sang supir bertingkah seolah-olah ia ingin menutup kembali pintu mobil itu.
Clara langsung tersadar dari lamunannya hingga langsung melangkah untuk masuk.
"Tunggu!!" Ucapnya sembari menahan malu.
Sang Sopir hanya tersenyum simpul, Ia terpaksa mengganggu lamunan Clara karena masih banyak mobil yang mengantre di belakangnya untuk mengantar jemput penumpang.
Setelah mobil itu berjalan, Clara memilih menyandarkan kepalanya di kepala kursi. jalanan yang ramai menyebabkan kemacetan sebagai mana kota-kota besar.
Sebelumnya, Clara menatap datar ke arah luar jendela mobil sambil menunggu kemacetan reda. namun tiba-tiba matanya membulat saat menangkap bayangan seorang wanita yang berada di dalam sebuah mobil yang terparkir di samping mobilnya.
Gladys nampak mengemudikan mobilnya sendiri tanpa di dampingi sang supir keluarga Collins, yang biasanya mengantarkannya ke mana-mana.
"Gladys" Gumamnya dalam hati sembari tersenyum licik. "Mau kemana dia? Tidak biasanya dia mengemudikan mobilnya sendiri." Gumam Clara semakin curiga.
Namun kecurigaannya itu perlahan pudar saat ia mengingat soal media sosialnya.
ia yakin jika Gladys sudah melihat Foto dan Vidio yang ia update di laman media sosialnya.
Dengan penuh percaya diri Clara mengambil ponselnya yang sejak tadi ia mode pesawat selama penerbangan. Namun, matanya kembali terbelalak karena tiba-tiba media sosial nya lenyap begitu saja tidak bisa terbuka.
"No-No-No, ada apa ini?" Clara masih belum bisa menerima jika Media sosial nya tidak bisa terbuka sehingga terus mencoba untuk memulihkannya.
Sampai akhirnya mobil mereka kembali berjalan dan Clara akhirnya terpaksa kembali menoleh ke arah Gladys yang ternyata sudah berbelok ke arah sebuah rumah sakit.
Kening Clara mengerut sembari bergumam. "Untuk apa Gladys ke sana? apa dia masih sakit? tapi kenapa dia malah periksa di sana? bukankah seharusnya anggota keluarga wajib berobat ke rumah sakit keluarga.... sepertinya ada yang tidak beres, lebih baik aku ikuti saja dia, siapa tau akan ada kejutan yang bisa aku manfaatkan untuk menjatuhkannya di depan keluarga Collins."
Clara bergegas menepuk punggung sang supir untuk memintanya putar balik menuju rumah sakit Permesta, di mana Gladys sudah lebih dulu masuk ke sana.
"Pak, putar balik! aku ingin ke rumah sakit Permesta! aku lupa jika ada temanku yang sedang sakit di sana."
Mendengar itu, Sang sopir langsung mengangguk patuh dan melakukan interupsi dari Clara tanpa banyak bertanya.
Sesampainya di rumah sakit Permesta, Dengan segera Clara keluar dari mobilnya dengan terburu-buru.
"Tunggu di sini, jangan kemana-mana!" Perintahnya pada sang supir.
Setelah itu, Clara langsung berlari sembari menoleh ke sana kemari mencari keberadaan mobil Gladys di sana. "Di mana dia memarkirkan mobilnya?... jangan bilang jika ia sudah pergi karena sopir sialan itu terlalu lama putar baliknya."
Clara nampak mengomel sembari terus mencari keberadaan Mobil kakak angkatnya, "Aja, itu dia mobilnya."
Clara tersenyum girang saat melihat mobil merah maroon itu terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. dan itu artinya jika Gladys masih ada di dalam rumah sakit Permesta.
Kini, ia tinggal mencari keberadaan Kakaknya di dalam. siapa tau ia mendapatkan informasi akurat dan terbaik untuk menyakiti kakaknya lagi.
Di dalam lobby, Clara berusaha bersikap biasa saja agar tidak ada yang mencurigai keberadaannya di sana. Hanya saja, Ia masih belum bisa menemukan keberadaan kakaknya karena rumah sakit itu terlampau besar dan cukup ramai oleh pengunjung, entah yang sakit atau hanya sekedar mengantar keluarganya untuk periksa.
"Sial, kemana aku harus pergi? rumah sakit ini cukup besar jika aku harus mencari satu orang saja." Gumamnya dalam hati.
Namun bukan Clara namanya jika mudah putus asa. Alhasil ia memilih duduk terlebih dulu di kursi khusus pengunjung untuk menghubungi ponsel kakaknya.
Tak berselang lama, panggilan itu tersambung. "Ya"Jawab Gladys dari ujung telepon.
"Kak, kau di mana?"
Tanya Clara mencoba mengorek informasi dari Gladys.
"Aku..... aku sedang di rumah."
Kening Clara nampak mengerut sinis, lalu ia menjauhkan ponselnya itu dari telinganya. "Aku semakin yakin jika Gladys sedang menyembunyikan sesuatu." Gumamnya sembari menatap ponsel itu dengan tajam.
"Halo, ra. ada apa?" Tanya balik Gladys yang tengah menunggu antrian di depan ruangan Pemeriksaan. .
"Tidak, aku hanya ingin minta maaf karena aku lupa menghubungi kakak saat aku di tunjuk untuk mengantikan kakak menemani kak Nathan pergi ke Bali. sebenernya, saat itu aku sudah menolaknya namun kak Nathan memaksa."
Ucapnya dengan berbohong.
Gladys tersenyum miris, Ia sadar jika posisinya tak lebih penting dari Clara di hati Nathan. Namun, sikap Nathan akhir-akhir ini yang begitu perhatian padanya sempat membuatnya memiliki harapan jika Nathan sudah bisa menerimanya sebagai seorang istri.
Tapi angan-angan nya itu terpatahkan setelah melihat bukti foto dan Vidio yang di postingan adiknya semalam.
"Kak, apa kakak memaafkan aku?" Tanya Clara mencoba memecah keheningan.
"Nyonya Gladys, silahkan masuk ke ruang 2 !" Ucap seorang perawat yang tiba-tiba memanggil Nama Gladys.
Di saat bersamaan Gladys dengan cepat menutup ponselnya sehingga Clara gagal memperoleh informasi keberadaan nya di mana.
"Halo-Halo, kak...... "
Clara berteriak cukup kencang setelah panggilannya tiba-tiba di matikan secara sepihak oleh Gladys. Ia bahkan tak sadar jika teriakannya membuat beberapa pengunjung di sana menatap ke arahnya dengan tatapan keheranan.
Clara menarik nafasnya dalam-dalam lalu mendongak menatap ke sekitarnya. saat itulah ia baru sadar jika sejak tadi banyak pasang mata menatap aneh ke arahnya.
"Sial, kenapa mereka menatapku begitu? apa mereka tidak pernah melihat wanita cantik sebelumnya?"
Karena malu, Clara memutuskan untuk kembali mencari keberadaan kakaknya meskipun peluang untuk menemukan nya begitu kecil mengingat rumah sakit Permesta cukup besar dan ada ratusan orang di dalamnya.
***
Sepuluh menit kemudian, Gladys keluar dari ruang pemeriksaan. Di dalam dokter mengatakan jika keadaan bayinya baik-baik saja dan tidak perlu ada yang di khawatir kan.
Hanya saja, Dokter menyarankan agar Gladys tidak terlalu stres agar tidak berdampak buruk pada kesehatan janinnya.
Gladys menyentuh perutnya sembari memberikan belaian lembut di sana sembari mengajak calon anaknya untuk bicara meskipun yang ia tau jika Calon anaknya itu belum bisa mendengar nya.
"Tumbuhlah yang sehat, Mom janji akan terus merawat mu!"
Deg
Tanpa di sadari Gladys, ternyata ada seseorang yang mendengar ucapannya itu dengan jelas.