Kapan lagi baca novel bisa dapat hadiah?
Mampir yuk gaes, baca novelnya dan menangkan hadiah menarik dari Author 🥰
-------------------
"Aku akan mendapatkan peringkat satu pada ujian besok, Bu. Tapi syaratnya, Bu Anja harus berkencan denganku."
Anja adalah seorang guru SMA cantik yang masih jomblo meski usianya sudah hampir 30 tahun. Hidupnya yang biasa-biasa saja berubah saat ia bertemu kembali dengan Nathan, mantan muridnya dulu. Tak disangka, Nathan malah mengungkapkan cinta pada Anja!
Bagaimana kelanjutan kisah antara mantan murid dan guru itu? Akankah perbedaan usia di antara keduanya menghalangi cinta mereka? Ikuti kisah mereka di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Pacar Bu Anja
"Ini beneran kamu?" Anja menutup mulutnya sendiri, merasa tak percaya.
"Ya iyalah, memangnya siapa lagi?" Raffi tertawa sambil melebarkan tangannya.
"Ya ampun, sayang!" Anja berseru senang, berlari ke pelukan Raffi. "Aku kangen banget sama kamu!"
Tindakan Anja yang tiba-tiba memeluk Raffi jelas membuat semua muridnya bengong. Khususnya Nathan, cowok itu bahkan sudah meremat botol air minum di tangannya hingga penyok.
"Cieee! Bu Anja, cieee!" Teriakan dari murid-murid Anja terdengar heboh. Hal itu langsung membuat Anja tersadar dan buru-buru melepaskan pelukannya dari Raffi.
"Eh, ya ampun, aku sampai lupa kalau masih ada anak-anak di sini," Anja berkata lirih sambil menundukkan kepala, merasa malu.
"Yaelah, nggak apa-apa kali Bu! Nggak usah malu-malu!" seloroh Andi yang langsung disambut gelak tawa teman-temannya. Sementara itu, Nathan yang merasa kesal, dengan sengaja menjitak kepala Andi.
"Aw! Nathan! Kok Lo mukul gue, sih?" protes Andi sambil mengelus-elus kepalanya yang terasa sakit.
"Sorry, gue nggak sengaja. Tadi ada serangga soalnya," kilah Nathan. Matanya tak lepas menatap Anja dan Raffi yang berada di depannya. Dadanya terasa panas saat melihat pasangan kekasih itu.
"Kenalin pacarnya dong Bu!" Para siswi berteriak penuh semangat. Anja hanya bisa tersenyum canggung, sementara Raffi tampak lebih santai.
"Hai semuanya, perkenalkan, namaku Raffi. Aku ini adalah calon suami Bu Anja, guru kalian yang cantik," Raffi memperkenalkan diri.
"Aw! Romantis banget!" Lagi-lagi para siswi berteriak heboh.
"Bu Anja yang dibilang cantik, kenapa aku yang baper?!"
"Astaga sayang," Anja memukul pelan dada Raffi. "Aku malu tau,"
"Loh, kenapa malu? Kita kan sebentar lagi memang mau menikah," Raffi mencubit gemas hidung pacarnya itu. "Oh ya, sekarang kalian mau kemana?"
"Aku mau ajak anak-anak makan siang di restoran itu," Anja menunjuk sebuah restoran yang berada di seberang jalan.
"Wah, kebetulan banget aku belum makan siang. Ya udah yuk, kita kesana. Aku yang traktir mereka semua," ujar Raffi sambil menggandeng tangan Anja.
"Hah? Jangan! Aku aja yang bayarin," Anja menolak.
"Let me Babe," Raffi menunjukkan ekspresi memohon, membuat Anja jadi tak kuasa menolak.
"Ya udah deh, terserah kamu aja," Anja akhirnya menyerah.
Raffi tersenyum lebar, lantas ia menoleh ke arah para siswa.
"Ayo, semuanya! Karena hari ini adalah hari yang spesial, biar Kak Raffi yang traktir kalian!"
"Horeeee!!!" Makin heboh lah teriakan mereka. Sementara teman-temannya sibuk bersorak, Nathan hanya terdiam sambil menatap tajam pacar gurunya itu.
...----------------...
"Aku sengaja datang nggak bilang-bilang, karena mau kasih kejutan buat kamu," ucap Raffi setelah mereka berada di restoran. Raffi dan Anja duduk berhadap-hadapan.
"Tapi sampai di rumah kamu, kamunya malah nggak ada. Kata Ibu, kamu sedang liburan sama anak-anak murid kamu di sini. Ya udah, aku susulin aja."
Anja tersenyum mendengar ucapan sang pacar.
"Sumpah, aku beneran kaget. Aku kira tadi aku berhalusinasi. Padahal, dari kemaren aku bete banget karena kamu nggak bisa dihubungi sama sekali,"
"Sorry," Raffi mengelus pipi Anja, wajahnya terlihat menyesal. "Aku kan lagi sibuk babe,"
"Iya, aku ngerti kok. Aku maafin karena kamu udah mau datang ke sini,"
"Thankyou," Raffi meraih tangan Anja dan mengecup punggung tangannya. Anja terkejut, ia menoleh ke kanan dan kiri, khawatir jika anak muridnya melihat. Tapi Raffi malah tertawa melihat wajah panik Anja.
"Nathan, dimakan tuh ayamnya. Nanti keburu dingin. Jangan ngelihatin orang pacaran mulu dong!" Andi menyenggol Nathan yang sedang serius menatap Anja dan Raffi.
Nathan berdecak sebal. "Lo makan aja, gue nggak laper."
"Hah? Serius?! Semuanya buat gue?!"
"Hmmm," Nathan menjawab malas.
"Asekkk!" tanpa ragu, Andi menarik piring Nathan dan mulai melahap ayam bakarnya. Saat menoleh kembali, dia heran melihat Nathan masih terpaku menatap Anja dan Raffi.
"Nathan, lo kenapa sih dari tadi ngelihatin mereka mulu? Iri ya, karena Lo masih jomblo?"
"Gue pernah lihat cowok itu," ucap Nathan dengan tatapan tak lepas dari Anja dan Raffi.
"Oh ya? Dimana? Kapan?"
"Di hotel, kemarin," jawab Nathan dengan yakin.
"Hah?"
Pikiran Nathan lalu kembali pada kejadian kemarin saat dirinya sedang bekerja paruh waktu di restoran hotel. Nathan, yang bekerja sebagai pelayan bertugas untuk menyambut tamu dan mencatat pesanan mereka. Saat itulah Nathan melihat sepasang kekasih datang sambil bergandengan mesra.
Nathan menghampiri pasangan itu dan mencatat pesanan mereka. Setelah makanan siap, Nathan mengantarkannya. Tapi sebuah insiden membuat Nathan tak sengaja menumpahkan jus itu ke baju sang pria.
"Astaga! Lo punya mata nggak, sih?!" Pria itu mengumpat kasar sambil berdiri, menepuk-nepuk kemejanya yang basah terkena jus. Wajahnya memerah karena marah, sementara wanita di sebelahnya hanya tertawa kecil, seolah insiden itu bukan masalah besar.
Nathan langsung panik dan meminta maaf berulang kali. "Maaf, Pak. Saya benar-benar nggak sengaja. Saya akan ambilkan tisu dan bantu membersihkan."
Pria itu menatap Nathan dengan tajam, lalu mendengus kesal. "Cepat ambil! Jangan cuma minta maaf doang!"
Nathan bergegas mengambil tisu dan kembali untuk membersihkan tumpahan di meja. Saat itulah dia melihat wajah pria itu dengan jelas—Raffi. Sosok yang kini duduk di depan Anja, yang memperkenalkan diri sebagai pacar gurunya itu.
"Gue yakin dia orang yang sama," Nathan bergumam. "Tapi, siapa cewek yang bersamanya di hotel kemarin? Apa Bu Anja nggak tau tentang hal ini?"
"Hah? Lo ngomong apa sih, Than? Kok ngomongnya nggak jelas?" Andi memandang Nathan dengan bingung sambil terus mengunyah ayam. "Beneran kemaren Lo ketemu sama pacarnya Bu Anja?"
Nathan menghela napas panjang. Andi benar-benar tidak bisa membiarkannya tenang. Jadi yang bisa dilakukan Nathan adalah mengambil tempe yang ada di atas piring dan memasukkan paksa ke mulut Andi.
"Nggak usah kepo, abisin aja makanannya," sergah Nathan kesal.
Andi terbatuk-batuk karena mulutnya saat ini penuh dengan makanan. "Than! Gue keselek nih!"
Nathan hanya mendengus, tidak menghiraukan protes Andi. Di pikirannya, rasa kesal semakin menyelimuti ketika ia kembali memandang Raffi dan Anja. Keduanya terlihat sangat bahagia, seolah dunia di sekitar mereka tidak ada.
Selesai makan, Anja mengantarkan murid-muridnya naik bus, sementara dirinya akan pulang bersama Raffi. Ia melambaikan tangannya saat bus besar itu melaju ke jalan raya.
"Nah, sekarang kita bisa pul— Astaga, Nathan! Kamu kok masih di sini?!" Anja terkejut saat ia melihat Nathan berdiri di belakangnya dengan wajah santai. "Kamu udah ketinggalan bus!"
"Yah, gimana dong Bu?" Nathan pura-pura bingung. "Padahal aku tadi cuma ke toilet bentar,"
"Ada apa?" Raffi, yang baru kembali dari mengambil mobil bertanya heran.
"Ini loh, Nathan ketinggalan bus," adu Anja. "Kamu sih, nggak ngabarin teman-temenmu dulu tadi Than,"
"Oh, ya udah sayang, kita anterin aja ke rumahnya." Raffi menjawab santai.
"Wah, beneran kak?!" Nathan pura-pura antusias. "Aku nggak usah dianterin ke rumah, tapi ke sekolah aja. Soalnya motorku kan ada di sana,"
"Oke, ya udah yuk masuk," Raffi membuka pintu depan, bermaksud membukakannya untuk Anja. Tapi Nathan malah mendahului Anja dan langsung duduk manis di sana.
"Eh?"
"Aduh maaf Bu, soalnya aku nggak bisa duduk di belakang, takut mabuk," Nathan nyengir. Dia berbohong tentunya. Aslinya Nathan tidak sudi melihat dua sejoli itu mesra-mesraan di depannya.
Anja terpaksa mengalah dan ia pun duduk di bangku belakang. Di tengah perjalanan, Anja minta diturunkan ke dekat penjual rujak bebek karena ibunya minta dibelikan. Raffi menuruti permintaan pacarnya dan memarkirkan mobil di tepi jalan.
"Kalian tunggu sebentar ya di sini, aku nggak lama kok," ujar Anja sambil melangkah turun dari mobil.
Sepeninggal Anja, suasana di dalam mobil itu menjadi sepi. Baik Nathan maupun Raffi hanya diam satu sama lain. Raffi sibuk dengan ponselnya, tampak membalas pesan dari seseorang.
"Kak Raffi lagi balesin chat cewek yang kemarin, ya?" celetuk Nathan.
Raffi terkejut, sontak ia menoleh ke arah Nathan. "Apa?"
"Kak Raffi nggak ingat? Kemarin kan kita ketemu di restoran,"
kamu g tahu aj sebucin apa Nathan