Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Alin sayang, nanti akan Bunda jelaskan semua nya. Maaf kalau Bunda udah bohong sama Alin. Tapi, Alin bisa nunggu di sini sebentar, kan?"
"Memang nya Bunda mau ke mana?"
"Ada yang harus Bunda selesaikan di luar. Oh ya, nanti kalau ada yang gedor-gedor pintu, Alin diam dan masuk ke kamar itu. Jangan berisik."
"Kalau ternyata yang gedor itu Bunda, gimana?"
"Bunda tahu kode nya. Nggak bakalan menggedor."
"Baik. Tapi, Bunda janji ya. Jangan ninggalin Alin di sini."
"Iya. Bunda janji."
Setelah mengecup kening anak sambung nya itu, Aisyah langsung beranjak pergi dan menutup kembali pintu kamar Calista.
Tidak lupa ia mengambil beberapa senjata untuk jaga-jaga. Tidak mungkin juga, ia melawan mereka dengan tangan kosong.
Kondisi butik Calista masih aman. Tidak semua bisa masuk ke dalam butik dan membuat keributan.
Seperti nya mereka sedang menunggu Aisyah untuk keluar. Aisyah tahu itu. Ia hanya sedang bersiap saja. Karena sudah lama ia tidak menggerakkan badan nya lagi.
Beberapa agen sudah mengepung butik Calista. Mereka tidak bisa sembarang menembak. Karena hal itu sudah menjadi kesepakatan bersama.
Yang mereka lakukan hanya lah menunggu saat Aisyah terlihat nanti, dan langsung mengeksekusi nya.
Tanpa mereka tahu, salah satu senjata milik Aisyah telah membidik kepala salah satu dari mereka. Lalu...
Dor..
Dalam sekali tembak, salah satu nya jatuh dengan otak yang berhamburan. Saat itulah, mereka mulai membabi buta menyerang butik milik Calista.
"Iya. Bagus. Terus lah tembak hingga peluru kalian habis. Setelah ini, aku akan menghabisi kalian satu persatu." Ucap Aisyah pada diri nya sendiri.
Para agen yang di suruh untuk membunuh Aisyah sangat lah bodoh. Sudah jelas jika butik Calista tidak dapat di tembus dengan senjata seperti itu.
Saat mereka berhenti menembak, kini Aisyah kembali menumbangkan lima orang dari jarak yang tidak mereka ketahui.
Bahkan ketika Aisyah sudah keluar dari butik itu saja, mereka tidak tahu. Aisyah menertawakan kedunguan mereka semua.
Boom!
Salah satu mobil mereka meledak. Membuat beberapa agen yang ada di sana terkena serpihan nya. Setengah agen sudah luka-luka. Tapi mereka, bahkan tidak tahu Aisyah berada dimana.
"Bodoh! Bahkan kalian belum melukai nya sedikit pun. Tapi dia, sudah menghabisi setengah pasukan kalian."
"Kami tidak bisa melihat keberadaan nya. Dia seperti hantu saja."
"Dulu dia memang di juluki sebagai agen hantu. Maka dari itu semua pasukan di kerahkan sekarang."
"Apa kita tidak bisa langsung masuk saja ke dalam butik itu? Toh kita sudah mulai menembak nya."
"Baiklah. Mulai masuk dan periksa tempat itu."
Para agen yang tersisa, masuk ke dalam butik milik Calista. Mereka sudah tidak memikirkan lagi larangan untuk tidak melakukan masalah di tempat itu.
Biarkan Aisyah tertangkap terlebih dahulu. Baru lah mereka bisa aman.
" Hentikan. Kalian tidak bisa sembarangan masuk ke sini." Ucap Asisten Calista yang menggantikan nya untuk sementara.
"Minggir! Kami mencari Aisyah."
"Tapi,"
"Minggir atau ku habisi kau saat ini. Dimana wanita itu?"
"Aku tidak tahu. Aku dilarang ikut campur urusan siapapun yang datang ke sini."
"Dimana Calista?"
"Ibu Calista dirumah sakit."
"Baiklah. Duduk lah yang manis, dan tutup mata serta telinga mu. Anggap saja tidak terjadi apapun di sini."
Asisten Calista pun hanya duduk diam di sana. Daripada nyawa nya melayang, lebih baik ia bersembunyi di bawah meja saja.
Para agen pembunuh bayaran mulai masuk satu persatu dan mencari keberadaan Aisyah. Mereka bahkan ada yang tersesat di lorong-lorong yang di buat Calista.
Kesempatan itu tidak di sia-sia kan oleh Aisyah. Ia yang telah mengenal lorong yang mirip labirin itu dengan baik, sangat menguntungkan bagi nya.
Grek...
Mereka satu persatu tumbang dengan luka di leher dan da-rah yang mengucur deras. Tempat itu sudah seperti tempat pemotongan hewan. Bau amis tercium dimana-mana.
Para pelanggan yang datang, terpaksa pulang karena ketakutan dan langsung menghubungi polisi.
Polisi yang tahu ada kejadian berda-rah di butik milik Calista, hanya biasa saja menanggapi laporan para pelanggan biasa.
Mereka juga tidak ingin berurusan dengan organisasi-organisasi itu. Nanti saja, ketika semua nya telah berakhir, mereka akan datang dan membereskan area terlarang.
Tempat itu kini sudah sepi. Alin bahkan bisa melihat bagaimana Bunda nya menghabisi satu persatu manusia-manusia itu melalui kamera Cctv.
Bunda nya hanya sendirian. Sedangkan mereka, ramai-ramai mengeroyok Bunda nya yang hanya seorang wanita.
Dor..
Dor..
Dor..
Pintu kamar Calista di gedor dari luar. Alin begitu terkejut saat mendengar suara gedoran yang kuat itu.
"Buka pintu nya. Aku tahu kau ada di dalam. Buka pintu nya!"
Alin yang teringat dengan perkataan Bunda nya, langsung masuk ke ruangan khusus yang ada di kamar Calista.
Tidak lama setelah Alin masuk, pintu langsung bisa terbuka begitu saja. Mereka membuka pintu kamar Calista dengan menghancurkan pintu itu sekaligus.
"Kamar nya kosong, Tuan."
"Tidak mungkin kosong. Aku yakin ia bersembunyi di sini. Lihat lah kamera Cctv ini. Ia memantau kita dari sini. Sekarang, biar kita yang mengambil alih."
"Baik, Tuan."
"Berapa agen yang tersisa?"
"Tidak banyak."
"Tak apa. Yang penting masih ada yang bisa kita lakukan."
Cklek..
Pintu di buka. Alin keluar dari tempat persembunyian nya. Ia mengenal siapa yang ada di hadapan nya saat.
"Tante Bonita. Apa yang Tante lakukan?"
"Alin?" Ucap Bonita sambil tersenyum.
"Apa Tante akan membantu Bunda ku?"
"Benar. Jadi, katakan pada nya kalau aku bersamamu."
"Baik."
Di depan Alin terdapat pengeras suara. Ia pun lalu berbicara di sana.
"Bunda. Ini Alin. Di sini Alin udah aman. Ada Tante Bonita di sini. Jadi, Alin keluar untuk bicara dengan nya."
Aisyah yang bersembunyi, langsung menghentikan aksi nya. Jantung nya berdegup kencang.
Ia lupa mengingatkan Alin, untuk tidak percaya pada siapapun kecuali diri nya. Dan sekarang, Alin bersama wanita pengkhianat itu.
Aisyah berpikir sejenak. Ia harus memikirkan nasib Alin. Jangan sampai Alin terluka hanya karena diri nya.
"Aisyah, apa kau mendengar ku? Alin ada bersama ku sekarang. Ayo bertemu. Sebelum,,,"
Krek..
Bonita menggores sedikit lengan Alin menggunakan belati nya. Alin meringis kecil saat itu terjadi.
"Kenapa Tante menyakiti ku?"
"Ini hanya sebentar sayang. Jika Bunda mu tidak datang ke sini, maka nyawa mu yang akan jadi taruhan nya."
"Silahkan ambil nyawa Alin. Tapi, lepaskan Bunda."
Prok
Prok
Prok
"Sungguh anak Tiri yang berbakti. Kau tahu Alin, Bunda mu bukan orang yang baik. Dia juga pembunuh seperti kami."
"Alin nggak peduli. Yang penting, Bunda baik pada Alin. Setidak nya, Bunda Alin bukan pengkhianat."
Dor..
ada juga part lawaknya...
kweni...
kau memang anak pintar Alva...
bukan gerahnya.
aku harap Alin adalah yg asli
bermakna ada wanita lain ka?....