Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14. Bukan Mengkhianati, Hanya Nikah Siri.
Keesokan harinya, Hyuna terbangun tepat pukul 6 pagi. Dia yang akan bangun dan turun dari ranjang tidak bisa menggerakkan tubuhnya dengan kepala yang terasa sangat berat.
"Ya Allah, kepalaku pusing sekali."
Dengan pelan Hyuna mencoba untuk bangun sambil berpegangan pada ranjang, sampai akhirnya dia berhasil duduk.
"Apa aku sakit?"
Hyuna memegang keningnya yang memang terasa panas, dia lalu mengambil gelas berisi air yang ada di atas meja dan meminumnya.
Dia diam sejenak untuk menghilangkan rasa sakit yang ada di kepalanya. Setelah merasa lebih baik, Hyuna lalu turun dari ranjang dan berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai membersihkan diri, Hyuna beranjak keluar dari kamar menuju dapur. Dia berpegangan pada kayu pembatas tangga agar tidak terjatuh, dan berjalan dengan pelan untuk mencapai tempat tujuan.
Ruby yang sedang memasak sarapan terlonjak kaget saat melihat kedatangan Hyuna. "Ya ampun Mbak, kenapa Mbak keluar kamar?" Dia merasa khawatir.
"Memangnya Mbak sedang dihukum, makanya enggak boleh keluar kamar?"
Ruby langsung tergelak saat mendengar ucapan Hyuna, dia senang karena wanita itu terlihat baik dan tidak kacau seperti semalam. Namun, wajah Hyuna tetap saja sangat pucat.
"Kau masak apa, Ruby?" tanya Hyuna sambil mendudukkan tubuhnya ke kursi.
"Aku masak bubur ayam, Mbak. Tunggu ya, bentar lagi siap kok."
Hyuna mengangguk-anggukkan kepalanya. Sebenarnya dia hanya bertanya saja, dan bukannya berniat untuk makan.
Beberapa saat kemudian, Ruby menyajikan bubur ayam yang sudah dia buat ke atas meja dan ikut duduk di hadapan Hyuna.
"Di makan, Mbak. Tapi jangan kaget kalau rasanya gak enak, soalnya aku tidak sepintar Mbak."
Hyuna hanya tersenyum saja untuk menanggapi apa yang Ruby katakan. Dia lalu mulai menikmati makanan yang sudah wanita itu suguhkan untuknya.
"Wah, ini enak sekali, Ruby," seru Hyuna yang baru saja memasukkan satu suapan ke dalam mulut.
"Ah, Mbak. Yang bener dong?"
Hyuna menganggukkan kepalanya. "Mbak beneran, Ruby. Rasanya benar-benar enak."
Ruby langsung tersenyum lebar mendengar pujian dari Hyuna, dia lalu semakin semangat untuk menghabiskan bubur ayam itu.
Hyuna juga ikut menikmati makanan itu walaupun merasa sangat tidak selera, tetapi dia ingin menghargai Ruby yang sudah bersusah payah memasakkan semua itu untuknya.
Setelah selesai, Ruby mengajak Hyuna untuk periksa ke Dokter karena wanita itu terlihat sangat pucat dengan suhu tubuh panas.
"Tidak perlu, Ruby. Mbak minum obat biasa aja, abis itu nanti sehat lagi,"
"Tapi badan Mbak sangat panas, nanti kalau Mbak kena flu gimana?" Ruby merasa khawatir.
Hyuna menggelengkan kepalanya. "Mbak cuma butuh istirahat. Kalau gitu mbak kembali ke kamar ya, sekalian mau izin tidak masuk dengan manager restoran."
Ruby lalu membantu Hyuna untuk masuk ke dalam kamar, setelah itu dia juga pamit pulang karena siang ini ada jadwal masuk kelas jadi harus segera bersiap.
Setelah kepergian Ruby, Hyuna meminum obat lalu duduk bersandar di atas ranjang. Dia mengambil ponselnya dan bergegas menelepon manager untuk izin karena tidak bisa bekerja hari ini.
Begitu selesai, Hyuna lalu berbaring di atas ranjang dan berlalu tidur karena efek obat yang baru saja dia minum.
Tidak berselang lama, sampailah Aksa di halaman rumahnya. Dia segera turun dari mobil dan berlalu masuk ke dalam rumah tersebut.
Aksa segera mencari keberadaan Hyuna yang tidak terlihat di lantai 1, dia lalu beranjak naik ke lantai 2 dan langsung menuju kamar.
Hati Aksa langsung lega saat melihat Hyuna sedang tidur. Sejak semalam dia khawatir jika wanita itu pergi dan tidak pulang ke rumah, apalagi tadi malam hujan turun dengan sangat deras.
"Kenapa dia pucat sekali, apa dia sakit lagi?"
Aksa lalu menyentuh kening Hyuna dengan punggung tangannya. Dia terkejut saat merasa suhu tubuh wanita itu sangat panas, dengan cepat dia keluar kamar dan pergi ke apotek untuk membeli obat.
***
Beberapa jam kemudian, Hyuna mengerjapkan matanya saat merasakan ada sesuatu yang menempel di keningnya. Dia lalu mengambil benda itu yang ternyata sebuah sapu tangan.
"Kau sudah bangun, Dek?"
Hyuna tersentak kaget saat mendengar suara baritone seseorang, sontak dia langsung melihat ke arah pintu di mana Aksa berada.
Aksa tersenyum sambil melangkah masuk ke dalam kamar, sementara Hyuna hanya diam sambil menatap laki-laki itu dengan tajam.
"Mas sudah belikan makan siang untukmu, ayo kita makan dulu!"
Hyuna langsung menarik tangannya saat Aksa akan menyentuhnya membuat laki-laki itu terkejut.
"Aku masih kenyang, Mas," jawab Hyuna dengan dingin, tetapi suaranya terdengar lirih.
Aksa menghela napas berat lalu menarik kursi yang ada di meja kaca ke samping ranjang, dan duduk di kursi tersebut.
"Mas tau kalau kau sangat marah, Dek. Itu sebabnya Mas ke sini karena ingin menjelaskan semuanya,"
"Tidak perlu, Mas. Semalam semuanya sudah jelas, jadi kau tidak perlu repot-repot lagi untuk menjelaskannya."
Aksa memandang Hyuna dengan sayu, sementara Hyuna sendiri melihat ke arah lain karena enggan menatap wajah laki-laki itu.
"Dek, mas sama sekali tidak bermaksud untuk menyakitimu. Sebenarnya mas ingin mengatakan semua itu padamu, hanya saja mas tidak tahu bagaimana cara untuk mengatakannya."
Hyuna tersenyum miris, apakah Aksa pikir dia hanya marah karena laki-laki itu tidak mengatakan soal pernikahan saja?
"Kenapa, Mas? Kenapa kau mengkianatiku?"
Awalnya Hyuna tidak ingin bertanya alasan dari apa yang Aksa lakukan, karena semua sudah cukup jelas dan tidak butuh lagi alasan apapun dibalik pernikahan itu. Namun, hati kecilnya merasa penasaran dengan alasan Aksa sampai tega menyakitinya.
"Mas sama sekali tidak mengkhianatimu, Dek. Mas hanya menikah siri dengan Laura,"
"Dan kau mengatakan semua itu bukan sebuah pengkhianatan, Mas?" Hyuna menatap Aksa dengan nanar membuat laki-laki itu terdiam. "Baiklah, terserah jika memang bagimu itu bukan pengkianatan. Lalu, kenapa kau melakukannya? Kenapa kau menikahi wanita itu?" Bibirnya sampai bergetar saat mengucapkannya.
"Itu karna, karna ibu ingin punya cucu, Dek. Mas melakukannya hanya karena ibu."
•
•
•
Tbc.
..kau saja yg dibodohi