Berjuang sendirian sejak usia remaja karena memiliki tanggungan, adik perempuan yang ia jaga dan ia rawat sampai dewasa. Ternyata dia bukan merawat seorang adik perempuan seperti apa yang dirinya sangka, ternyata Falerin membesarkan penghianat hidupnya sendiri.
Bahkan suaminya di rebut oleh adik kandungnya sendiri tanpa belas kasihan, berpikir jika Falerin tidak pernah memperdulikan hal itu karena sibuk bekerja. Tapi diam-diam ada orang lain yang membalaskan semua rasa sakit Falerin. Seseorang yang tengah di incar oleh Faldo, paparazi yang bahkan sangat tidak sudi menerima uangnya. Ketika Faldo ingin menemui paparazi itu, seolah dirinya adalah sampah yang tidak pantas di lihat.
Walaupun Falerin terkesan selalu sendiri, tapi dia tidak sadar jika ada seseorang yang diam-diam melindunginya. Berada di saat ia membutuhkan pundak untuk bersandar, tempat untuk menangis, dan rumah yang sesungguhnya. Sampai hidupnya benar-benar usai.
"Biarin gw gantiin posisi suami lo."
Dukungannya ya guys
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angel_Enhy17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋇⋆CHAPTER 20 : STUPID ⋆⋇
Dan seperti apa yang sudah Falerin katakan sebelumnya, wanita itu benar-benar melakukan apa yang dia mau lakukan. Proses perceraian itu terus di proses, tanpa memperdulikan pihak kedua yang selalu menolak dan tidak mau melanjutkan proses cerai itu. Tentu saja, masalah itu sampai ke keluarga pria. Di mana orang tua yang langsung mendatangi rumah putra mereka, tidak ada yang baik-baik saja di sana.
Di mana baru mereka tahu, selama ini kedua pasangan suami istri itu bahkan tidak pernah tidur dalam satu kamar yang sama. Itu mereka dapatkan setelah mencari informasi dari salah satu dari pembantu rumah tangga di sana. Bukan hanya ucapkan, tapi bisa di lihat jika satu pun baju wanita tidak ada di dalam lemari putra mereka.
Sang ibu yang cukup kecewa berat, tapi dia juga tidak mau kehilangan putrinya. Ia menganggap Falerin seperti putrinya sendiri, layaknya seorang anak perempuan yang ia lahir kan sendiri. Ia berusaha agar menantunya nyaman dengan segala hal tentang keluarga, dalam berbagai hal sudah ia lakukan. Namun, kesalahan itu adalah putranya yang melakukan.
"Aku tidak menyangka jika akan seperti ini, aku menyakiti putri ku sendiri... Aku seperti mengirimkan racun untuk perempuan malang seperti Erin. Bagaimana aku bisa di sebut sebagai seorang ibu? Ibu macam apa aku? Ibu macam apa?"
"Sudah, jangan katakan apa pun. Ini bukan kesalahan mu, atau kesalahan siapa pun... Kita gagal mendidik putra kita dengan baik, kita terlalu gagal dan di sini... Aku yang paling gagal mendidiknya untuk menghormati seorang perempuan."
Tidak ada kata-kata lagi, bagi mereka semua ini lebih menyakitkan dari pada harus menerima tembakan dari berbagai arah. Mereka seperti di bunuh oleh putra mereka sendiri, mendengar berita di televisi tentu saja mereka akan tahu semuanya.
Segala rumor yang ternyata sudah tersebar luas di publik, tentu saja akan berpengaruh dalam semua hal. Tapi bukan itu yang mau mereka khawatirkan, melainkan keadaan menantu mereka sekarang ini, yang mungkin tengah tidak baik-baik saja.
...♡♡♡...
"Aku menamparnya... " Ucapnya tatapan kosong, bersamaan dengan air mata yang turun begitu bebas.
Di sana nampak begitu menyedihkan, di ruangan itu hanya ada Celline, Falerin dan Harka. Mereka nampak berusaha menenangkan Falerin sekarang, dan Harka sebenarnya tidak mau semua ini terjadi. Pada awalnya Harka ingin mencegah Rumi masuk ke dalam gedung perusahaan, tapi karena sikap perempuan itu juga yang membuat ia tidak bisa berpikir hal yang lain. Salah sedikit saja reputasi Falerin yang terancam.
Celline memeluk tubuh sahabatnya itu yang semakin kurus, setelah ia tahu semuanya. Jujur saja, Celline senang karena Falerin akhirnya bisa mengambil tindakan ini setelah satu tahun hanya berdiam diri dengan alasan masih mau bertahan, manusia bisa berubah. Tidak, perselingkuhan tidak akan bisa berubah.
Penyakit mematikan adalah perselingkuhan, mau pria itu miskin atau kaya dia akan tetap berselingkuh. Terkecuali ketika dia berbaring kaku di atas tanah milik tuhan, baru dia tidak akan melakukan hal menjijikan itu.
"Gw udah bilang dari dulu, cerai aja... " Celline mengusap rambut panjang sahabatnya itu.
"Bukannya gw mau sebuah perpisahan itu, tapi di sini lo udah terlalu sakit. Gw gak mau lihat lo kesakitan cuma karena ini... Untuk beberapa hari gw gak mau tau, lo harus istirahat sebelum tanggal persidangan cerai lo di adakan. Lo harus kelihatan baik-baik saja biar dia tau kalau lo tanpa dia gak ada masalah... Mau ya?"
Celline mencoba membujuk, pekerjaan Falerin terlalu banyak karena semakin banyak artis, penyanyi, dan aktor yang masuk ke perusahaannya. Semakin banyak pekerjaan karena banyak sekali project dalam waktu dekat, tentu saja keadaan kantor akan sangat sibuk. Tapi sekarang, keadaannya berbeda. Kesehatan Falerin bisa terancam.
"Aku akan kontrol semuanya, ini bukan pertama kalinya... Falerin, kamu harus istirahat. Masalah Jaedan, aku akan urus. Akan aku pastikan dia mau berinvestasi kepada kita, tanpa penolakan tapi penawaran. Istirahat dengan benar, maka semuanya akan membaik. Kamu harus istirahat, Celline akan mengantar mu ke apartemen ku. Di sana ada adikku, dia akan mengurus semuanya."
Celline mengangguk setuju dengan pengajuan yang telah Harka katakan tadi. Mungkin itu akan membantu setidaknya dalam masa sulit ini, secara tiba-tiba segala rumor terungkap ke publik. Padahal sebenarnya Falerin tidak mau ada yang bocor, hanya saja ada saja yang menyebarkan. Entah siapa yang melakukannya, apakah Falerin harus menyatakan terimakasih atau sebaliknya?
Setelah itu, Falerin benar-benar di bawa ke apartemen di mana Harka tinggal. Galen sudah di hubungi dan dia bisa membantu apa yang harus di butuhkan oleh Falerin selama di rumah, di sana tentu saja Falerin akan tidur di kamar Harka berada. Tidak mungkin di kamar Galen, kamar berantakan penuh dengan kertas gambar akan membuat wanita itu bersin-bersin nantinya.
Urusan itu selesai, setidaknya sesaat saja. Harka akan mengurus semuanya selama Falerin istirahat, sebenarnya memang dirinya yang menyuruh untuk melakukan itu. Apa lagi sekarang Falerin lebih terlihat kurus, apakah karena terlalu banyak pikiran?
"Harka? Apa kamu yakin akan menggantikan Nona Falerin?" Ucap salah satu staff yang memandu nya dahulu, dia sekarang memandu penyanyi baru yang akan segera di publik.
Dengan santai Harka duduk di kursi, memakai headphone yang sudah tersedia. Dia dengan lihai menarik beberapa tombol di sana untuk menyesuaikan nada musiknya, ia berusaha profesional di sini. Tanpa memikirkan apa pun, tapi ia masih memikirkan seseorang sekarang.
"Aku yakin, lakukan saja apa yang aku suruh. Semuanya akan seperti yang di harapkan, tolong kerja samanya... "
Dan setelah itu Harka melakukannya, dia akan menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan akurat. Tidak ada kata mengecewakan nantinya, ia akan menunjukkan artisnya sekaligus bagaimana bakat mereka kepada investor, itulah cara perusahaan entertainment bermain.
...♡♡♡...
Uap kopi mengepul di sana, bertabrakan dengan udara dingin yang ada di sekitarnya. Suasana restoran mewah itu begitu mendominasi di sana, tidak ada aura yang begitu rendah. Semuanya nampak sangat mewah dan begitu ber derajat. Di sana dua orang pria berbincang serius, akan permasalahan yang terjadi.
"Lo jauh-jauh kuliah ke Jepang tapi pulang jadi penyanyi, cuma jadi CEO pengganti. Gw gak tau cara pikir otak IQ tinggi lo itu buat apa?"
Harka berpotensi banyak, walaupun sebelumnya dia hanyalah orang biasa yang bermodalkan isi kepala encer. Dia bisa kuliah sampai keluar negeri, itu membanggakan. Tapi kenapa dia berpikir ke jalur yang lain? Jaedan tidak habis pikir, jurusan mereka tidak jauh beda dan berpotensi sama.
"Gw cuma gak mau dia kesepian," seraya asap rokok yang terus mengepul di sana memenuhi udara bersih, di sana Jaedan tertawa pelan ketika mendengar alasan klasik Harka.
"Ada-ada aja, tapi lo dateng waktu dia udah nikah. Bukannya lo terlalu lambat?"
"Seenggaknya cowok itu gak lebih baik dari gw, gw gak mau lihat Erin sakit jadi gw dateng. Gw rasa itu juga penyesalan gw selama ini." Ucapnya dengan raut wajah yang penuh dengan kekesalan, dia juga sempat tertawa dengan ingatan masa lalunya yang tidak pernah beruntung.
"Tapi lo hebat, lo bisa audisi sekali dan langsung jadi aktor terkenal. Mungkin lo emang cocok kalau jadi aktor pemeran CEO perusahaan,"
"Hah? Lo banyak bacot, gw gak mau jadi CEO sebelum apa yang gw suka bisa gw dapetin-"
"Erin? Yah, itu dari dulu lo mau kan? Gak berubah, Don't think too short, that stupidity will sooner or later eat up your high IQ,"
"Maksud lo apa?" Jaedan menghisap asap nikotin itu dengan santai, dengan raut wajah yang sulit di tebak dia membuang asap itu dari mulutnya itu.
"Ignorance is love, and love is weakness. Gw tau lo gak sebodoh itu dalam hal mengartikan sebuah pribahasa." Di sana Harka yang diam tidak menanggapi apa pun.
Jaedan sekedar membuatnya sadar, tapi sayangnya Harka menolak untuk sadar. Apa yang sudah dia perjuangkan sampai seperti ini hanyalah demi seorang perempuan yang jelas dia sadar akan mustahil di dapatkan.