NovelToon NovelToon
Langit Yang Redup

Langit Yang Redup

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰

------------------------

"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"

Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.

"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."

Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?

"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"

Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.

Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Hasil USG

Ifa berhasil menstabilkan perusahaan pusat walau harus kehilangan banyak hal.

Ifa semakin sibuk dan sibuk. Sampai tak terasa perutnya sudah membuncit. Ifa bersyukur, apapun yang terjadi janin yang ada di dalam perutnya benar-benar tak rewel. Bahkan sampai saat ini.

Janin itu menjadi kekuatan tersendiri bagi Ifa. Menemani Ifa berjuang. Ifa berharap anaknya terus menemani dia. Namun, satu hal yang Ifa tak sadari. Terlihat baik-baik saja bukan berarti baik. Apalagi Ifa sudah lama tak memeriksa janin yang ada di perutnya. Ifa sudah melewatkan beberapa pertemuan. Saking sibuknya Ifa. Tapi, kali ini Ifa berusaha menyempatkan waktu untuk memeriksa kandungan. Kebetulan Harfa tidak terlalu sibuk.

Sudah selesai rapat, Ifa bergegas pergi. Jadwal pemeriksaan nya memang siang. Harfa sudah mengatur semuanya. Ifa hanya tinggal datang saja.

Kali ini Ifa tak di antar supir kantor. Melainkan oleh Mawar sendiri.

Mereka sudah sampai di rumah sakit bunda Husna. Harfa di sana sudah menunggu kedatangan sang kakak.

"Assalamualaikum, dek."

"Waalaikumsalam, kak."

Harfa mencium punggung tangan kakak Ifa.

"Ayo,"

Harfa menggandeng tangan kakak Ifa. Mawar berjalan di belakang keduanya. Mawar tersenyum melihat interaksi mereka berdua. Terlihat saling menyayangi satu sama lain.

Mawar menunggu Ifa di luar. Hanya Harfa dan Ifa saja yang masuk.

Ifa mulai di periksa dari mulai berat badan, tinggi badan, tekanan darah, nadi, suhu badan, dan frekuensi napas. Lalu, tes urine untuk memeriksa kadar hormon kehamilan (hCG), protein, gula, dan tanda-tanda infeksi.

Pemeriksaan nya cukup lama. Mengingat Ifa sudah lama tak check up.

Belum lagi, pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb), protein, dan kadar gula darah.

Terakhir Ifa melakukan USG. Bagian ini yang Harfa tunggu-tunggu. Harfa begitu antusias menatap layar di sampingnya.

Sejak awal sang dokter begitu fokus memeriksa Ifa. Sambil menjelaskan poin-poin nya.

Ada raut sedih dan juga bahagia terpancar secara bersamaan. Janinnya terlihat sudah berubah. Mengingat terakhir kali Ifa melakukan USG. Namun, janinnya ke kuranga. Hb yang menghambat pertumbuhannya.

"Bagaimana itu bisa terjadi dok. Selama ini saya merasa baik-baik saja."

"Itu faktor karena pikiran ibu hanya fokus pada satu hal. Dan mengabaikan hal lain. Saya yakin, Ibu pasti merasa kan kelelahan, denyut jantung tidak teratur ataupun pusing. Itu sebagian tanda-tanda Hb ibu rendah. Namun, ibu mengabaikan itu karena berpikir dari permasalahan yang terjadi."

Ifa terdiam. Yang di katakan dokter memang benar. Ifa pikir apa yang dia alami, hanya karena masalah pekerjaan saja.

"Saya sarankan, ibu harus banyak istirahat dan gizinya harus terpenuhi. Saya akan resep kan ibu suplemen harus di minum secara teratur agar pertumbuhan baby berkembang secara optimal."

"Baik, terimakasih banyak dok."

"Sama-sama. Nanti ibu bisa check up lagi sesuai yang di jadwal kan. Jangan telat lagi."

Ifa sedikit malu dan merasa bersalah pada anaknya. Ifa pikir, ia sudah memenuhi kebutuhan anaknya. Apalagi selama ini Ifa banyak makan dan merasa semua baik-baik saja. Tapi, Ifa tak sadar jika yang ia makan baik atau tidak untuk pertumbuhan baby-nya. Apalagi selama ini Ifa juga tak meminum susu ibu hamil. Mengingat, Ifa sedikit kurang suka susu.

Tapi, Ifa berjanji mulai saat ini Ifa akan memerhatikan janin yang ada di perutnya.

Sudah selesai pemeriksaan keseluruhan, Ifa dan Harfa pamit keluar.

"Buku ini biar aku yang pegang. Mulai saat ini aku yang akan mengatur jadwal check up kakak dan aku juga akan mengantar kakak setiap check up."

Ujar Harfa mengambil alih buku pink.

"Ingat! Kakak jangan kelelahan. Walau perusahaan bangkrut masih ada aku yang akan memenuhi kebutuhan kakak."

Ifa merasa terharu. Dulu, Harfa sangat membenci kehamilannya dan menyuruhnya menggugurkan. Tapi, lihatlah sekarang. Harfa mulai menunjukan ke posesif pannya.

Harfa menatap Mawar yang sejak tadi diam.

"Mba, sekertaris kakak saya bukan?"

"Iya, nona."

"Boleh minta nomornya?"

Mawar mengerutkan kening, walau bingung Mawar tetap memberikannya. Mengingat Harfa adik dari bos nya. Itu berarti Mawar harus menghormati Harfa juga.

"Nanti, saya akan chat mba. Menu makanan apa saja yang boleh dan yang tidak boleh di makan kakak Ifa. Mohon, bantunya, Mba. Untuk menjaga kakak Ifa. Jika kakak Ifa menolak, Mba bisa lapor saya."

"Astaghfirullôhal! Dek. Jangan berlebihan. Kakak jadi malu."

Tegur Ifa akan tingkah adiknya. Walau sejujurnya Ifa merasa terharu akan perhatian adiknya.

Mawar hanya menggaruk tengkuknya saja sambil mengangguk.

"Aku harus pergi kak, bentar lagi jadwal ku periksa pasien."

"Ya sudah, sana."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Ifa menghela nafas pelan melihat kepergian adiknya. Harfa benar-benar membawa buku pink itu.

"Mawar, maafkan adik saya. Harfa memang seperti itu."

"Gak apa, nona. Nona begitu beruntung punya adik yang begitu perhatian."

Ifa hanya tersenyum saja, mereka berdua memilih segera pergi dari rumah sakit untuk kembali ke kantor.

Mawar benar-benar semakin kagum akan sikap Ifa ataupun Harfa. Mereka begitu hangat walau di awal bertemu mereka seperti biasa saja.

Seperti nya Mawar sangat bahagia punya saudara seperti itu. Namun, sayang sekali. Mawar hanya anak tunggal. Jadi Mawar tak bisa merasakan bagaimana hangatnya punya saudara.

Sudah sampai di kantor, Ifa dan Mawar kembali masuk kedalam ruangan masing-masing.

Ifa hanya tinggal menandatangi laporan yang belum sempat ia tandatangani karena harus pergi. Hanya sedikit, membuat Ifa bisa pulang lebih awal.

Sudah membereskan ruangannya, Ifa bergegas pulang. Ifa merasa lega karena baru kali ini Ifa bisa pulang lebih cepat dari biasanya.

Itu artinya Ifa bisa santai di jalan.

Cuaca sore cukup cerah. Bahkan matahari masih begitu menyengat. Ifa sangat menikmati perjalanan pulangnya. Mengingat Ifa harus makan-makan yang bernutrisi. Ifa berhenti sejenak di supermarket. Ifa berniat membeli buah-buahan.

Dengan perut buncitnya, Ifa mendorong pelan troli ke arah buah-buahan. Ifa memilih buah-buahan yang di anjurkan untuk ibu hamil.

Tak lupa juga Ifa membeli susu ibu hamil. Merk susu yang di sarankan dokter. Sudah selesai, Ifa mendorong ke arah kasir.

"Totalnya, jadi 256,400.00, Bu."

Ifa memberikan sebuah kartu pada kasir. Sudah selesai pembayaran, Ifa kembali mendorong troli menuju di mana mobilnya terparkir.

"Biar saya bantu, mba."

Alhamdulillah, masih ada orang baik yang membantu Ifa membawakan troli. Mungkin orang itu merasa kasihan melihat Ifa mendorong troli sambil memegang perut buncitnya.

"Terimakasih, mas."

"Sama-sama."

"Biar saya yang kembalikan trolinya. Mba langsung pulang saja."

"Terimakasih banyak mas. Sudah membantu saya."

Ifa benar-benar sangat bersyukur ada orang yang membantunya. Membuat Ifa tak kesusahan lagi.

Orang yang membantu Ifa hanya tersenyum tipis.

Saat Ifa hendak masuk mobil, sebuah motor melintas membuat tubuh Ifa seketika menegang.

Tatapan mereka bertemu. Ifa benar-benar terpaku di tempat. Jantungnya berdebar kencang.

Bukan hanya Ifa, orang yang berada di atas motor pun sama. Bahkan tatapannya terpaku pada perut buncit Ifa.

"Mungkin kah ...,"

Deg!

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...

1
DISTYA ANGGRA MELANI
Oh malang sekli hidup zain kecil, smg hnya prank aja, smg ada kesembuhan untuk baby kecil... Smngt
Siti Wiharti
bagus ceritanya jadi terbawa ikut ngerasa jadi Ifa😭
Rahma Qolayuby: Alhamdulillah, terimakasih kakak. Jangan jadi Ifa ya🤭
total 1 replies
Jumi Saddah
👍👍👍👍👍👍👍👍😍
Jumi Saddah
ntar lahir jgn mirip bapak tpi mirip ibu nya,,,
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Diah Bundayaputri
dasar biadab😡😡😠😠😠👹👹👺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!