"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 34
Pada tengah malam, terlihat Alena tidur dengan gelisah.
Alena kemudian perlahan-lahan membuka matanya.
"badanku keringatnya banyak sekali...!"ujar Alena dalam hatinya sambil duduk di atas tempat tidurnya.
Narendra yang tidur duduk di kursi yang berada di sebelah tempat tidur Alena kemudian langsung membuka matanya.
"Alena kamu kenapa...? Badanmu berkeringat ya...?"ujar Narendra sambil duduk di pinggir tempat tidur Alena.
"iya, paman aku ingin mandi."ujar Alena sambil membuka ikatan rambutnya.
"Jagan mandi ini sudah tengah malam, nanti kamu bisa masuk angin, aku akan memasak air hangat untuk menyeka badanmu."ujar Narendra sambil berdiri dari tempatnya duduk.
"eh...! Bukankah paman sangat keterlaluan."ujar Alena dalam hatinya.
Narendra kemudian langsung berjalan keluar dari dalam kamar, dan langsung masuk ke dapur untuk memasak air.
"uh...! Rasanya sangat lengket, aku ingin mandi."ujar Alena dalam hatinya sambil memanyunkan bibirnya.
Tidak lama kemudian, terdengar suara pintu di buka dari luar.
Narendra masuk sambil membawa baskom berisi air dan sebuah handuk kecil.
Narendra kemudian langsung menaruh baskom itu di atas kursi, mata Narendra melirik ke arah Alena yang sedang manyun.
"apakah terasa sangat tidak nyaman...?"ujar Narendra.
"eh...! Enggak kok paman, setelah berkeringat rasanya sudah agak mendingan."ujar Alena sambil tersenyum.
"baiklah kalau begitu, segera lap badanmu yang berkeringat."ujar Narendra.
"oke paman."ujar Alena sambil mengacungkan jempolnya.
Narendra tersenyum tipis, setelah itu narendra kemudian langsung berjalan keluar dari dalam kamar.
"ah...! kenapa otakku ini ngeres sekali sih...?"ujar Alena sambil memukul jidatnya sendiri.
Alena kemudian langsung membersihkan badannya dan langsung berganti baju tidur.
beberapa saat kemudian terdengar suara pintu di ketuk dari luar.
Tok...!
Tok...!
Tok...!
"iya paman masuk saja, aku sudah selesai kok."ujar Alena sambil kembali duduk di atas tempat tidurnya.
Narendra kemudian langsung membuka pintu kamar Alena, setelah itu Narendra kemudian langsung berjalan mendekati Alena.
"buka mulutmu."ujar Narendra sambil menaruh termometer di mulut Alena.
Setelah itu Narendra kemudian mengambil termometer di mulut Alena.
"oke, sekarang cepat tidur lagi."ujar narendra sambil memakaikan selimut ke tubuh Alena.
"iya baiklah."ujar Alena sambil memejamkan matanya.
beberapa saat kemudian, narendra menaruh kompres di kening Alena.
"paman...!"ujar Alena sambil membuka matanya.
"iya ada apa...?"ujar narendra sambil memakai bantal leher dan kemudian duduk di kursi yang berada di dekat tempat tidur Alena.
"paman, kamu pergilah tidur,kamu tidak perlu menunggui aku lagi, tidurlah dengan tenang dan kamu tidak perlu duduk di sini lagi."ujar Alena sambil tersenyum.
"sudahlah jagan bicara lagi, segeralah tidur."ujar Narendra sambil melirik ke arah Alena.
"tapi paman, kenapa kamu sangat baik kepadaku...?"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
Narendra kemudian langsung menatap wajah Alena sambil tersenyum lebar.
"memangnya kenapa...? apakah kamu ini seorang masokis, di siksa dulu baru kamu senang...?"ujar Narendra sambil menatap wajah Alena.
"tumben paman bisa bercanda seperti itu."ujar Alena sambil tersenyum lebar.
"sudahlah Alena, cepat tidur."ujar Narendra sambil tersenyum.
"oke...!"ujar Alena sambil memejamkan matanya.
beberapa jam kemudian, terlihat Alena duduk di atas tempat tidurnya.
"ada apa...?"ujar Narendra sambil mengusap matanya.
"paman, kali ini aku harus segera mandi, suruh tubuhku basah kuyup dan lihatlah seprainya juga basah oleh keringat."ujar Alena sambil menyibakkan selimutnya.
"baiklah kalau begitu kamu juga harus hati-hati, Jagan sampai masuk angin ya, seprai dan selimutnya berikan saja kepadaku, aku yang akan menggantinya."ujar Narendra.
"baiklah paman."ujar Alena sambil tersenyum lebar.
Tangan Alena diam-diam mengambil baju tidur seksi yang di belinya di mall tadi.
Ketika narendra memalingkan wajahnya,Alena dengan sangat cepat masuk ke dalam kamar mandi.
setalah masuk ke dalam kamar mandi, Alena kemudian langsung membuka bajunya dan membersihkan badannya.
Setelah selesai, Alena kemudian langsung memakai baju lingerie yang di belinya di mall tadi.
Alena terlihat sangat terbuka memakai lingerie itu.
setalah itu Alena kemudian langsung berjalan keluar dari dalam kamar mandi.
Gluk...!
Narendra yang melihat ke arah Alena tanpa sadar menelan ludahnya sendiri.
Tiba-tiba saja Narendra tersadar dari lamunannya.
"Alena, kenapa kamu memakai pakaian yang terbuka dan tipis seperti itu, kamu masih demam Lo...!"ujar narendra.
"ah...! Maaf paman, aku lupa membawa kimonoku masuk ke dalam kamar mandi."ujar Alena sambil menundukkan kepalanya.
"kalau begitu, cepat naik ke atas tempat tidur dan berselimut."ujar Narendra dengan intonasi suara yang agak keras.
"ba...baik paman."ujar Alena.
Alena kemudian langsung berjalan naik ke atas tempat tidurnya.
ketika Alena naik ke atas tempat tidur, Narendra Tidak sengaja melihat belahan bagian belakang Alena.
Akan tetapi Narendra segera memalingkan wajahnya.
"Narendra hentikan...! apa yang sedang kamu pikirkan...? Buang jauh-jauh pikiranmu itu."ujar narendra dalam hatinya.
Alena kemudian langsung berbaring di atas tempat tidur sambil membelakangi Narendra.
"oh...tuhan, apakah aku ini benar-benar bukan seorang wanita, masa aku tidak tahu sama sekali bagaimana caranya merayu pria."ujar Alena dalam hatinya.
"kenapa hatiku ini terasa sangat sakit, paman bahkan tidak ada reaksi sama sekali, atau Jangan-jangan, paman memang tidak tertarik sama sekali dengan seorang wanita...?"ujar Alena dalam hatinya sambil menggigit bibirnya.
"eh...! Alena bodoh, seharusnya kamu tidak perlu terlalu berpikir yang tidak-tidak, Mungin saja rayuan mu saja yang belum pas, nanti aku coba lihat di pencarian online lagi deh."ujar Alena dalam hatinya sambil mengepalkan tangannya.
Alena kemudian langsung membalikkan badannya ke arah narendra.
"paman, apakah kamu bisa mengambilkan ponselku...?"ujar Alena sambil tersenyum.
"tidak boleh dan tidak bisa, ini sudah malam, segeralah pergi tidur."ujar Narendra sambil melirik ke arah Alena.
"tapi paman, sehabis mandi aku merasa tubuhku sudah enakan dan aku juga tidak mengantuk, rasanya aku tidak ingin tidur."ujar Alena sambil memanyunkan bibirnya.
"owh...! sekarang kamu sudah merasa baikan ya, oke kalau begitu aku akan mengukur suhu tubuhmu dulu."ujar Narendra sambil meraih termometer yang berada di atas meja yang berada di sebelahnya.
Beberapa saat kemudian.
"oke Alena, suhu tubuhmu memang benar sudah turun."ujar Narendra sambil melihat ke arah termometer yang berada di tangannya.
"syukurlah paman, jadi sekarang aku sudah bisa memainkan ponselku kan...?"ujar Alena sambil tersenyum lebar.
"tidak boleh, jika kamu tidak ingin tidur maka kamu baca buku saja, Jagan main ponsel terus."ujar narendra sambil duduk di kursi yang berada di sebelah tempat tidur Alena.
"tapi paman, Bu guru bilang, kita tidak boleh membaca buku sambil tiduran."ujar Alena sambil tersenyum lebar.
Narendra menggelengkan kepalanya.
"ya sudah, aku akan membacakan buku untukmu."ujar Narendra sambil meraih buku yang berada di atas meja.
"eh...! apakah paman benar-benar ingin membacakan aku buku...?"ujar Alena dalam hatinya sambil tersenyum lebar.